Walaupun aku sangat senang untuk mengajar murid-muridku, aku tidak boleh meninggalkan kewajiban dan tanggung jawabku sebagai ayah dan kepala keluarga. Aku harus tetap bekerja untuk mencari nafkah untuk menghidupi istriku dan Bacil. Aku tidak memungut biaya sepeser pun ketika aku dan Bacil mengajar di panti asuhan tersebut. Hatiku berkata bahwa aku ikhlas berpenampilan sebagai badut dalam mengajar anak-anak panti tersebut untuk mendapat keberkahan.Â
Namaku Yahya Edward Hendrawan. Aku memiliki cita-cita untuk menyiarkan agama Islam melalui profesiku sebagai badut. Aku tidak malu menjadi badut karena lewat badut, aku dapat menjadi figur yang dapat ditiru oleh anak-anak. Aku ingin menunjukkan kepada orang-orang bahwa seorang badut bisa menjadi seperti seorang ustaz yang mengajarkan etika-etika, dan mengaji dengan suara yang merdu bagai buluh perindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H