Mohon tunggu...
Jessica Audrey Gricella
Jessica Audrey Gricella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemanfaatan Limbah Bongkol Pisang dan Kotoran Ternak sebagai Pupuk Kompos Ramah Lingkungan oleh Mahasiswa KKNT Gel.112 UNHAS

13 Agustus 2024   19:12 Diperbarui: 13 Agustus 2024   20:32 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lamatti Riattang, 25 Juli 2024 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) Gelombang 112 Universitas Hasanuddin (UNHAS) telah sukses mendemonstrasikan inovasi pemanfaatan limbah bongkol pisang dan kotoran ternak sebagai pupuk kompos ramah lingkungan. Inisiatif ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan memberdayakan masyarakat lokal dalam mengolah limbah organik menjadi produk yang bermanfaat.

Dalam kegiatan yang berlangsung di Desa Lamatti Riattang, Kec. Bulupoddo, Kab. Sinjai, mahasiswa UNHAS bekerja sama dengan warga setempat untuk mengolah limbah bongkol pisang dan kotoran ternak menjadi pupuk kompos. Bongkol pisang, yang biasanya dianggap sebagai limbah yang tidak bernilai, dan kotoran ternak, yang seringkali menjadi masalah lingkungan, kini diubah menjadi sumber daya yang berguna melalui proses pengomposan yang sederhana dan efisien.

Penanggung jawab program kerja, salah satu mahasiswa KKNT Gelombang 112, menjelaskan bahwa program ini diinisiasi sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat akan solusi pengelolaan limbah organik yang berkelanjutan. “Kami melihat potensi besar dari limbah bongkol pisang dan kotoran ternak untuk diolah menjadi pupuk kompos. Selain ramah lingkungan, pupuk kompos ini juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dan hasil pertanian warga,” ujarnya.

Dokumentasi Pribadi, 2024
Dokumentasi Pribadi, 2024

Proses pembuatan pupuk kompos ini melibatkan beberapa tahap, mulai dari pengumpulan bahan baku, pencacahan bongkol pisang, pencampuran dengan kotoran ternak, hingga proses fermentasi yang berlangsung selama 3-4 minggu. Dalam demonstrasi tersebut, mahasiswa juga memberikan pelatihan kepada warga tentang teknik pengomposan yang benar serta cara memanfaatkan pupuk kompos dalam bercocok tanam.

Masyarakat setempat menyambut baik program ini dan berharap agar kegiatan serupa dapat terus dilakukan di masa mendatang. Dengan adanya pemanfaatan limbah bongkol pisang dan kotoran ternak sebagai pupuk kompos, diharapkan desa ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam pengelolaan limbah organik yang efektif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun