Mohon tunggu...
Jessica Ferdi
Jessica Ferdi Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Topik Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perlukah Pemberian Omega-3 pada Pasien Skizofrenia?

10 Juni 2022   18:54 Diperbarui: 10 Juni 2022   19:18 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Penulis: Jessica Ferdi, Yohannessa Wulandari
(Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

Skizofrenia merupakan suatu gangguan kesehatan mental yang berhubungan dengan ketidakmampuan yang dapat mengganggu fungsi pribadi, keluarga, sosial, pekerjaan, dan pendidikan.

Dari data WHO, terdapat 24 juta orang dengan skizofrenia di seluruh dunia. Kejadian skizofenia sering terjadi pada masa remaja akhir (usia 18 hingga 21 tahun) dan usia dua puluhan, dan biasanya terjadi lebih awal pada pria. Sampai saat ini penyebab skizofrenia masih belum sepenuhnya diketahui, namun diperkirakan berasal  dari faktor genetik, nutrisi, biokimia, toksin dan lingkungan.

Skizofrenia ditandai dengan gejala positif dan negatif, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan perilaku. Gejala positif berupa pikiran tidak berdasar dan halusinasi, sedangkan gejala negatif berupa hilangnya kemampuan merasakan senang, kurang mampu berkata-kata, dan rasa enggan melakukan aktivitas apapun. Kondisi skizofrenia diketahui dapat berisiko meningkatkan kejadian bunuh diri dan tindak kekerasan.

Terapi skizofrenia meliputi pemberian obat-obatan, latihan kemampuan sosial, terapi individu dan keluarga, serta pelatihan kerja. Sering dijumpai peningkatan berat badan, terutama lemak tubuh, yang disebabkan oleh perubahan metabolisme dan juga efek samping pengobatan. Namun hal ini dapat diatasi dengan pengaturan nutrisi bersama dengan dokter.

Beberapa studi menunjukkan penurunan kadar asam lemak tidak jenuh ganda di darah pasien skizofrenia. Kadar yang lebih rendah juga sering didapatkan pada pasien skizofrenia yang merokok. Omega-3 merupakan salah satu jenis asam lemak tidak jenuh ganda yang diperlukan tubuh, terutama untuk saraf dan otak.

Omega-3 berperan antara lain dalam memelihara struktur dinding sel tubuh dan menurunkan peradangan. Hasil studi lain mendapatkan manfaat lain omega-3 dalam mengurangi nyeri sendi, gejala asma, depresi, serta menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke.

Omega-3 merupakan salah satu nutrisi yang dapat memperbaiki fungsi global dan gejala negatif pada penderita skizofrenia. Terapi obat rutin skizofrenia disertai pemberian omega-3 dapat mengurangi efek samping obat, meningkatkan toleransi obat, dan performa otak.

Tubuh tidak dapat memproduksi omega-3, sehingga perlu mendapatkan omega-3 dari makanan sumber. Makanan kaya omega-3 terutama berasal dari sumber hewani (eicosapentaenoic acid/EPA, docosahexaenoic acid/DHA) dan nabati (alpha linolenic acid/ALA). Sumber hewani dapat diperoleh dari ikan salmon, tuna, kembung, lele, dan sumber nabati dari minyak tumbuhan (minyak bunga matahari, minyak kedelai), biji-bijian (flax, chia), dan kacang (walnut). Selain itu juga terdapat produk komersial seperti minyak ikan.

Berbagai studi menunjukkan hasil terapi yang lebih baik pada pasien skizofrenia yang mendapatkan omega-3, sehingga menjadi penting untuk memperhatikan kecukupan asupan omega-3 pada pasien skizofrenia.

Daftar Referensi

1. WHO. Schizophrenia. Diunduh dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schizophrenia. Diakses (Juni 2022).

2. Altamura AC, Pozzoli S, Fiorentini A, Dell'osso B. Neurodevelopment and inflammatory patterns in schizophrenia in relation to pathophysiology. Prog Neuropsychopharmacol Biol Psychiatry. 2013 Apr 5;42:63–70.

3. Fatouros-Bergman H, Cervenka S, Flyckt L. Meta-analysis of cognitive performance in drug-naive patients with schizophrenia. Schizophr Res. 2014;158:156–162.

4. Cho W, Shin WS, An I, Bang M, Cho DY, Lee SH. Biological aspects of aggression and violence in schizophrenia. Clin Psychopharmacol Neurosci. 2019 Nov 20;17(4):475-486.

5. Teitelbaum J, Weiss A, Brewster G, Leyse-Wallace R. MNT in psychiatric and cognitive disorders. Dalam: Mahan LK, Raymond JL, editor. Krause’s Food & The Nutrition Care Process. Edisi ke-14. Missouri: Elsevier, 2017. Hal 861–2.

6. Hsu MC, Huang YS, Ouyang WC. Beneficial effects of omega-3 fatty acid supplementation in schizophrenia: possible mechanisms. Lipids Health Dis. 2020 Jul 3;19(1):159.

7. Goh KK, Chen CY-A, Chen C-H, Lu M-L. Effects of omega-3 polyunsaturated fatty acids supplements on psychopathology and metabolic parameters in schizophrenia: A meta-analysis of randomized controlled trials. J Psychopharmacol. 2021;35(3):221-235.

8. Raymond JL, Morrow K. Krause and Mahan’s Food & The Nutrition Care Process. Edisi ke-15. Missouri: Elsevier, 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun