Setiap orang di dunia ini pasti memiliki kecenderungan dalam melihat suatu benda yang sama dan mengintepretasikannya dengan cara  yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,  pengalaman dan pengetahuan. Persepsi berkaitan erat dengan sudut pandang, dengan menggunakan indera yang kita miliki untuk menafsirkan objek, seseorang dapat mengintepretasikannya dengan cara yang berbeda-beda.
Persepsi dapat bersifat positif maupun negatif, keduanya telah tersimpan dalam alam bawah sadar kita sebagai manusia. Faktor- faktor yang  dapat mempengaruhi persepsi kita dalam mengintepretasi objek adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah perasaan, sikap, individu, proses belajar, dan motivasi seseorang. Sedangkan faktor eksternal yaitu latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan, dan lain sebagainya.
Persepsi menurut Samovar, (2010) Persepsi adalah proses seleksi, pengaturan, pengintepretasian data sensor dengan cara yang memungkinkan kita mengerti dunia kita. Dengan kata lain, persepsi merupakan proses dimana orang-orang mengubah kejadian dan pengalaman eksternal menjadi pemahaman internal yang berarti.
Contohnya adalah gestur finger heart yang saat ini sedang populer di dunia. Khusunya di Korea Selatan. Â setelah banyak idola Korea Selatan yang menunjukkan gestur finger heart ini ketika konser atau jumpa fans sebagai bentuk tanda cinta kepada para penggemarnya. Kemudian para fans pun berbondong-bondong melakukan hal yang sama.
Sebagian orang menyebutnya itu adalah bentuk ekspresi cinta, terutama para penggemar idol Korea (budaya Korea). Tetapi sebagian lain, menganggap bahwa finger heart sebagai ungkapan meminta uang. Dari gestur ini terlihat bahwa tiap orang memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang dilihat. Seperti dijelaskan di awal, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor pengetahuan contohnya, sebagian orang menganggap bahwa finger heart sebagai simbol tanda cinta, hal ini bukan sesuatu yang aneh pada penggemar idol Korea. Mereka melakukan hal itu, karena mengikuti para idol yang ada di Korea Selatan. Jadi, apa yang dilakukan oleh idol, ditiru oleh penggemarnya.
Sedangkan, bagi sebagian orang yang menyebutnya simbol finger heart sebagai ungkapan meminta uang. Karena mereka tidak mengerti bahwa asal usul finger heart itu di awali oleh seorang idol Korea. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuannya kurang tentang hal tersebut. Biasanya, yang mengungkapkan finger heart sebagai ungkapan meminta uang adalah generasi boomer, mereka cenderung mengungkapkan hal itu, karena mereka memiliki pengetahuan yang rendah tentang hal tersebut. Sedangkan para remaja khususnya milenial saat ini, lebih menganggap bahwa fingert heart sebagai ungkapan cinta, dikarenakan mereka memiliki pengetahuan yang lebih akan hal itu.
Bukan hanya pengetahuan, pengalaman juga menentukan seseorang dalam memutuskan persepsi yang diambil. Contohnya, orang yang menganggap finger heart sebagai tanda cinta, adalah orang yang pernah diberi finger heart oleh orang lain. Nah, sebagian lain ada yang menyebut finger heart sebagai ungkapan meminta uang. Contohnya, pengalaman orang-orang yang dalam lingkup pekerjaan, memungkin seseorang tersebut mempersepsi hal itu dengan cara yang berbeda.
Persepsi yang diberikan oleh orang satu dengan orang yang lain, tidak ada yang salah. Semuanya ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi. Bisa bersifat positif maupun negatif. Maka dari itu, sebelum menggunakannya, lebih baiknya seseorang mempelajari dulu budaya yang seseorang anut. Apakah cocok digunakan? Apakah layak? Tergantung situasi dan kondisi yang terjadi. Agar tidak menimbulkan kesalah pahaman atau miss-understanding yang akan menimbulkan perpecahan. Apa lagi, gesture atau bisa disebut komunikasi non verbal, dapat memberikan makna yang berbeda-beda kepada setiap orang, karena ambiguitas atau makna lebih yang ada di dalamnya.
Daftar Pustaka :
Mukhoyyaroh, K. (2010). Pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO 9001: 2000 di SMA Negeri 1 Surakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Samovar, Larry A, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya: Communication Between Culture. Jakarta: Salemba Humanika.