Mohon tunggu...
Jessen Rafael N
Jessen Rafael N Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seorang pelajar dari SMA Katolik Santo Fransiskus Assisi Samarinda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan Partisipatif, Strategi Bertahan untuk Pemimpin yang Ultra Modern

3 Oktober 2024   09:05 Diperbarui: 3 Oktober 2024   09:12 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

         Dari banyaknya, atau mungkin bahkan di sebagian besar organisasi seperti OSIS, Anda sebagai pemimpin pasti sering mendengar keluhan anggota. Walaupun Anda melihat ungkapan yang bervariasi, namun pesan yang umum tetap sama:
          Kami tidak diberi informasi.
          Kami bekerja untuk orang yang sulit dihubungi.
          Kami mengerjakan hal yang sangat sulit, dan kami ditekan
          untuk orang yang tidak tahu berterima kasih!

          Walaupun seorang pemimpin tentu berniat baik, berdedikasi, dan bekerja keras semampunya, para anggota pengurus sebagai bawahannya perlu merasa terlibat, dimengerti, dan dihargai. Semakin baik mereka sebagai anggota, semakin mereka berharap untuk mengetahui apa yang sedang berlangsung, dan semakin mereka berhak untuk mengetahui, semakin frustasi mereka bila tidak mengetahuinya.
          Kita hidup dalam dunia yang semakin meng-global, hidup di antara generasi yang terus berkembang, dan tentu dengan perubahan yang nampak dan perbedaan yang kontras. Seorang ahli psikolog mengenai stress mengklaim bahwa kebanyakan pekerja generasi sekarang tidak menyukai pekerjaan mereka. Apa yang menyebabkan begitu banyak orang kurang antusias terhadap pekerjaannya? Tentu saja ada banyak variabel, tetapi satu pertimbangan utama adalah gaya yang digunakan seorang pemimpin itu sendiri. 

         Para anggota menginginkan lebih dari hanya sekadar diberitahu. Mereka ingin diminta untuk berpikir dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Anggota tentu menginginkan akses ke pemimpinnya, evaluasi dan masukan, serta pengakuan akan prestasi. Bukankah anggota menginginkan Anda untuk menjadi komunikatif, bersedia dihubungi, mendukung, bersedia mendelegasikan, dan senantiasa menghargai usaha mereka?

         Kini pahamilah peran Anda sebagai pemimpin. Bagaimana Anda akan berinteraksi dengan para anggota Anda? Ajukan pertanyaan inti di bawah ini:
Bagaimana saya dapat menjadi lebih efektif sebagai pemimpin?

Ini tentang masalah gaya.
Pemimpin yang otoriter berorientasi pada tugas dan cenderung mengandalkan posisi otoritas ketika mengarahkan anggota bawahan mereka. Pemimpin seperti ini menyisakan sedikit atau tidak sama sekali peluang bagi bawahan mereka untuk menyumbang dalam proses pengambilan keputusan. Secara kasar, pemimpin ini mengharapkan bawahan mematuhi perintah tanpa pernah menantang atau mempertanyakan perintah.
        Sebaliknya, pemimpin partisipatif menciptakan suatu atmosfer terbuka. Mereka meminta masukan dari anggotanya sejak awal proses pengambilan keputusan. Namun, jangan salah mengerti; mereka tidak sepenuhnya meminta bawahan untuk memberikan suara mengenai masalah yang mempengaruhi mereka atau departemen mereka. Alih-alih, pemimpin partisipatif menginginkan bantuan gagasan bawahan sebelum mengambil keputusan.
        Sayangnya, ketika kita mengalami masalah dalam berkomunikasi atau berinteraksi, kita cenderung terlebih dahulu menyalahkan lingkungan atau orang lain, tetapi bukan diri sendiri. Betapa mudah kita masuk ke dalam sikap seperti:
        Saya ingin departemen di perusahaan kita menjadi lebih komunikatif dan mau bekerja- sama dengan kita.
        Saya ingin orang lain mendengarkan saya.

Alih-alih, kita masing-masing seharusnya menanyakan sudah seberapa baik kita mendengarkan, berkomunikasi, mengerti, bekerjasama dan berkolaborasi dengan turut memuji, serta menghargai orang lain. 

       Kita dapat memilih untuk mengembangkan lebih banyak kerja tim dan meningkatkan gaya kepemimpinan. Barangkali kita merasa bahwa anggotanya terlalu sering salah mengerti diri pemimpinnya, atau bahwa mereka tidak memiliki tingkat komitmen dan dedikasi setinggi yang dimiliki pemimpin. Kita mungkin juga merasakan semangat kerja yang lebih rendah di antara mereka daripada yang kita inginkan, barangkali bahkan sikap bermusuhan? Bila masalah ini membuat prihatin, gaya yang lebih partisipasitif dan inklusif  lebih dipertimbangkan untuk Anda coba!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun