Mohon tunggu...
Jeshica Khoirunnisa Amalia
Jeshica Khoirunnisa Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Dreamer

Put my thought into words

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Psikologi Islam vs Psikologi Barat

24 Desember 2018   10:35 Diperbarui: 24 Desember 2018   10:44 2987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Islam merupakan agama samawi yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada hamba-hamba-Nya, melalui perantara para rasul. Sebagai sebuah agama, islam memuat seperangkat nilai yang menjadi acuan bagi pemeluknya dalam berperilaku. Aktualisasi nilai dalam bentuk perilaku yang benar, akan berimplikasi pada kehidupan  yang positif serta mendapatkan pahala dan surga, sedangkan praktik nilai yang keliru akan berimplikasi pada kehidupan yang negatif, dosa dan neraka. Nilai-nilai tersebut tertera dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah, meski cakupannya bersifat umum-tidak sampai membahas masalah-masalah operasional secara mendetail.

Dalam Islam, ilmu merupakan produk akal budi setelah manusia mengetahui dan memahami ayat-ayat Allah. Manusia dengan kekuatan akal budi yang diberikan oleh-Nya, mampu untuk 'mengungkapkan' atau 'menemukan' ilmu yang telah diciptakan oleh-Nya di dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah. Penemuan atas 'ilmu' tersebut melahirkan berbagai bidang keilmuan yang bercorak ajaran islam, seperti halnya ilmu psikologi islam.

Apa itu psikologi islam? Adakah perbedaan khusus antara psikologi islam dengan ilmu psikologi barat? Bagaimana perspektif islam dalam menjabarkan struktur kepribadian manusia? Menurut Prof. Zakiah Daradjat, psikologi islam adalah ilmu yang berbicara tentang manusia, terutama kepribadian manusia yang didasari pendekatan sumber-sumber formal islam (Al-Qur'an dan Hadist), akal, indera, dan intuisi. 

Psikologi islam ini merupakan filterisasi dari psikologi kontemporer/ modern yang di dalamnya terdapat wawasan islam, dan membuang konsep-konsep yang tidak sesuai dengan islam. Keberadaan psikologi islam ini salah satunya karena ketidakpuasan terhadap mazhab-mazhad psikologi kontemporer sebelumnya (aliran psikoanalisa dan behaviourisme yang merendahkan derajat manusia & aliran humanistik yang memandang manusia terlalu sempurna, seolah bisa bermain-main dengan Tuhan).

Integrasi antara Islam dan psikologi (yang kemudian disebut psikologi Islam) ternayata tidak semudah yang dibayangkan. Secara tidak langsung, integrasi ini memadukan dua bidang keilmuan dengan karakteristik yang berbeda. Karakteristik pertama pada lebel Islam yang sarat akan ilmu-ilmu keislaman, teosentris-doktriner, sedangkan karakteristik kedua pada lebel psikologi yang sarat akan cabang-cabang kepsikologian, antroposentris-positivistik.

Terdapat empat pemahaman yang mengemuka di kalangan para peminat dan pemerhati psikologi islam: Pertama, psikologi Islam disamakan dengan psikoloi agama. Pengertian ini sering dimunculkan bagi mereka yang belum pernah terlibat langsung dalam kegiatan psikologi Islam, sehigga mereka salah memahaminya. Psikologi agama merupakan cabang dari psikologi yang membicarakan tingkah laku keagamaan individu dari sudut pandang psikologi yang kedudukannya telah resmi sebagai salah satu cabang daari psikologi. 

Psikologi agama ini memiliki kedudukan yang sama dengan psikologi kepribadian, psikologi pendidikan, psikologi sosial dan sebagainya. Sedangkan psikologi Islam merupakan salah satu mazhab dalam psikologi lain seperti psikoanalisis, psikobehavioristik, psikohumanistik, dan psikotranspersonal. Kedua, psikologi Islam dipandang sebagai bidang studi atau mata kuliah. 

Psikologi islam dalam kedudukan ini memiliki posisi yang sama dengan matakuliah yang lain, yang memiliki bobot SKS dan dipasarkan kepada mahasiswa di institut/universitas yang berbasis Islam. Ketiga, psikologi islam dipandang sebagai cara pandang, pola berpikir, atau sistem pendekatan dalam mengakaji psikologi. Psikologi Islam merupakan satu keutuhan cara berpikir dalam memahami universalitas ajaran Islam ditinjau dari sudut pandang psikologis. 

Atau, "kajian atau studi Islam yang berhubungan dengan aspek-aspek dan perilaku kejiwaan manusia, agar secara sadar ia dapat membentuk kualitas diri yang lebih sempurna dan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat". Keempat, psikologi islam dipandang sebagai lembaga. Lembaga psikologi Islam adalah lembaga psikologi yang concern dalam melahirkan dan mengembangkan mata kuliah dan mazhab psikologi islam.

Kepribadian dari kacamata psikologi islam 

Pengertian kepribadian dari sudut terminologi memiliki banyak definisi, karena hal itu berkaitan dengan konsep-konsep empirik dan filosofis tertentu yang merupakan bagian dari teori kepribadian. Dengan meminjan definisi Allport, kepribadian secara sederhana dapat dirumuskan dengan definisi "what a man really is" (manusia sebagaimana adanya). 

Maksudnya, manusia sebagaimana sunnah atau kodratnya, yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Definisi luas dapat berpijak pada struktur kepribadian, yaitu "integrasi sistem qalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku". Definisi ini sebagai bandingan dengan definisi yang dikemukakan oleh para psikolog Psikoanalitik seperti Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung.

Struktur kepribadian islam

Struktur kepribadian adalah aspek-aspek atau elemen-elemen yang terdapat dalam diri manusia, yang membentuk kepribadian. Menurut al-Zarkali, bahwa studi tentang diri manusia dapat dilihat melalaui tiga sudut, yaitu: Al-jasad, atau jasmani; Al-ruh, atau rohani; dan Al-'nafs, atau nafsani. Jasad merupakan aspek fisik manusia. Dapat dirasakan dengan panca indra. Misal: tangan, mata, kaki. Sedangkan roh sendiri adalah aspek psikis, atau materi halus. Dan nafsani merupakan aspek gabungan antara jasad dan roh, disebut psikofisik. Beberapa orang mengartikan nafsani sebagai jiwa.

Dinamika kepribadian islam

  • Dinamika Jasmani: Jasad tidak dapat berdiri sendiri untuk membentuk tingkah laku. Pada hakikatnya, jasad merupakan wadah bagi struktur roh yang pertama kali diberikan pada manusia ketika empat bulan dalam kandungan ibunya. Setelah lahir, struktur nafsani akan melengkapi tiga komponen untuk membentuk tingkah laku.
  • Dinamika Rohani: Roh merupakan struktur halus yang tercipta dari amar Allah Swt. Roh telah ada sebelum jasad manusia terbentuk, dan kehidupannya abadi bahkan setelah jasad manusia tiada. Roh membutuhkan agama sebagai pemandu.
  • Dinamika Nafsani: Struktur nafsani merupakan sinergi antara jasmani dan rohani. Jasmani hanya memiliki natur yang buruk (hewan/ syaitan), dan rohani hanya memiliki natur yang baik (malaikat), sedangkan nafsani memiliki natur baik-buruk, yang saling tarik-menarik untuk mendominasi. Nafsani terdiri dari tiga komponen, yaitu kalbu, akal, dan nafsu. Tiga komponen ini melahirkan tiga jenis kepribadian, yaitu pribadi muttmainnah, pribadi yang sangat baik. Didominasi oleh kalbu; pribadi lawwamah, yang penuh kebimbangan dan ragu-ragu. Kadang berbuat buruk, namun cepat menyadari kesalahannya dan bertaubat; dan terakhir pribadi ammarah, pribadi yang paling buruk. Melakukan kejahatan. Pribadi ammarah didominasi oleh nafsu. Tiga potensi nafsu buruk itu antara lain: hayawaniyyah (seperti hewan ternak) untuk mendapat kepuasan lahiriyah; sabu'iyyah (binatang buas) menindas dan merebut hak orang lain; dan syaithaniyyah (setan) membenarkan kejahatan.

    Kesimpulan
  • Kemunculan psikologi islam sebagai jawaban atas ketidakpuasan terhadap mazhab psikologi kontemporer sebelumnya, terutama pada aliran behaviourisme dan psikoanalisa yang cenderung merendahkan derajat manusia, serta aliran humanistik yang memandang manusia terlalu sempurna. Alasan lainnya adalah karena psikologi kontemporer tumbuh di wilayah Amerika yang beberapa latar belakang kebudayaannya tidak sesuai diaplikasikan di wilayah timur, itulah sebabnya psikologi islam dimaksudkan sebagai penyempurna dari mazhab-mazhab sebelumnya. Psikologi islam mengadaptasi beberapa nilai yang ditemukan di aliran psikologi kontemporer, dan menghapus apa yang tidak sesuai dengan ajaran islam. Dapat dikatakan bahwa psikologi islam belum mampu berdiri snediri lantaran ada beberapa metode diagnosa kondisi kejiwaan yang belum bisa dijelaskan secara ilmiah dan empiris oleh ajaran islam semata, namun sudah ditemukan di aliran psikologi modern. Kondisi ini menyimpulkan diperlukannya integrasi antara ajaran psikologi islam dengan psikologi kontemporer agar terlahirnya bidang keilmuan psikologi yang tidak hanya bermanfaat sebagai pembelajaran, namun juga sebagai pedoman hidup menuju kebaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Asiyah. Marliany, Rosleni. 2015. Psikologi Islam. Bandung. CV Pustaka Setia

Mudzakir, Jusuf. Mujid, Abdul. 2001. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada.

Mujid, Abdul. 2017. Teori Kepribadian Perspektif Psikologi Islam. Jakarta. Rajawali Pers.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun