Mohon tunggu...
Healthy

Melemahnya Eritrosit Seiring Berjalannya Waktu

25 November 2017   20:30 Diperbarui: 25 November 2017   20:39 3246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini kita mudah sekali merasakan cepat lelah, mudah mengantuk, dan lemas. Sebagian orang percaya bahwa hal ini disebabkan oleh sel darah merah atau eritrosit manusia pada masa ini yang semakin lemah dan usianya tidak mencapai 120 hari. Apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi? Sebelumnya, mari kita perdalam dahulu apa sebenarnya eritrosit itu.  

Eritrosit adalah jenis sel darah yang berfungsi untuk mengikat oksigen atau karbon dioksida. Oksigen yang diikat kemudian diedarkan seluruh tubuh. Eritrosit memiliki bentuk bikonkaf atau seperti cakram, dan juga tidak memiliki nukleus. 

Eritrosit sendiri terdiri atas sebuah protein yaitu Hemoglobin. Hemoglobin inilah yang menyebabkan darah dapat mengikat gas oksigen maupun karbon dioksida. Hemoglobin terdiri dari Hem dan Globin. Hem disini mengikat zat besi atau Fe yang menyebabkan warna eritrosit menjadi merah.

Eritrosit berjumlah kurang lebih 5 juta tiap milimeter kubiknya. Eritrosit terbentuk pada sumsum tulang belakang. Proses pembentukan eritrosit disebut sebagai eritropoiesis. Produksi eritrosit dirangsang oleh sebuah hormon yaitu hormon eritropoietin. Setelah terbentuk, eritrosit akan beredar di pembuluh darah selama kurang lebih 120 hari. 

Sepanjang 120 hari itu, eritrosit akan beredar di pembuluh darah. Namun, dikarenakan eritrosit tidak dapat melakukan sintesis protein, maka kerusakan yang dialami sel tidak mungkin untuk diperbaiki. Akibatnya, terjadi perubahan pada membran eritrosit yang menjadi semakin rapuh dan akhirnya terjadi penuaan. Setelah 120 hari, Eritrosit yang sudah menua akan dipecah di hati, mati, dan akan digantikan oleh sel-sel darah merah baru. Zat besi dari eritrosit yang mati kemudian digunakan lagi oleh sel darah merah yang baru saja terbentuk lagi.

Kembali lagi ke pertanyaan di awal, Apakah benar jika sel darah merah atau eritrosit manusia pada masa ini semakin lemah dan usianya tidak mencapai 120 hari? Dan Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa saja faktor yang mempengaruhi hal tersebut? Mari kita simak penjelasan dibawah ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas.

Jaman sekarang ini, kehidupan manusia berangsur-angsur berubah. Sudah banyak sekali hal yang berbeda antara jaman dahulu dan jaman sekarang. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi umur eritrosit. Seperti yang sudah kita bahas diatas, penuaan eritrosit akan menyebabkan perubahan pada membran selnya sehingga sel darah merah akan menjadi tidak fleksibel dan menjadi rapuh seiring berjalannya waktu. 

Membran sel yang rapuh dapat menyebabkan sel jadi lebih mudah pecah dan akhirnya sel dapat mengalami lisis sebelum 120 hari. Menurut saya, memang benar eritrosit semakin lama menjadi semakin lemah dibandingkan dengan jaman dahulu. Hal ini disebabkan karena sekarang terdapat lebih banyak faktor yang dapat mempengaruhi kerapuhan eritrosit dalam tubuh kita dan mempercepat penuaan eritrosit. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah lingkungan, gaya hidup yang tidak sehat, penyakit-penyakit kronis tertentu yang menyebabkan eritrosit lisis sebelum waktunya, dan juga paparan zat kimia. Berikut adalah penjelasan mengenai faktor-faktor diatas.

Lingkungan kita saat ini sudah jauh lebih berpolusi daripada saat dahulu. Polusi udara seperti asap rokok, asap kendaraan, dan asap pabrik, kemudian sinar UV dan radiasi termasuk kedalam jenis-jenis radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu molekul yang tidak stabil karena kehilangan satu elektron dari pasangan elektronnya. 

Radikal bebas terbentuk karena reaksi oksidasi. Radikal bebas yang dihasilkan saat oksidasi dapat memicu reaksi berantai yang menyebabkan kerusakan sel terus menerus kemudian membentuk radikal baru. Secara alamiah, tubuh manusia sebenarnya dapat menangkal radikal bebas dengan antioksidan. Antioksidan adalah molekul yang mampu mencegah atau memperlambat proses oksidasi. 

Namun, pada masa sekarang ini kita sudah sangat terpapar oleh radikal bebas sehingga jumlah radikal bebas dalam tubuh kita semakin sulit untuk dinetralisir oleh antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh kita. Keadaan dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kemampuan tubuh untuk menetralkannya disebut stress oksidatif. Stress oksidatif inilah yang nantinya akan mempengaruhi masa hidup sel darah merah. Stress oksidatif menyebabkan proses oksidasi dalam tubuh terus terjadi sehingga menyebabkan kerusakan lebih pada sel tubuh kita. 

Stress oksidatif ini juga mempengaruhi sel darah merah kita. Stress oksidatif dapat mempengaruhi elastisitas membran sel darah merah dan mempengaruhi kemampuan eritrosit untuk berubah bentuk saat melewati tempat-tempat sempit. Akibatnya, saat eritrosit melewati tempat-tempat sempit, eritrosit bisa saja pecah atau lisis saat melewati bagian-bagian tersebut. Pada kesimpulannya, radikal bebas mempercepat penuaan eritrosit sehingga eritrosit yang awalnya bisa bertahan hingga 120 hari menjadi lebih rentan dan akhirnya dapat pecah sebelum mencapai usia 120 hari.

Apabila kita memiliki gaya hidup yang tidak sehat, ini akan berdampak pada sel darah merah kita.

Gaya hidup yang tidak sehat juga dapat menyebabkan jangka hidup eritrosit yang memendek.  Orang jaman sekarang ini sering sekali tidak memperhatikan kadar makanan yang kita makan, salah satunya adalah garam. Jika kita mengkonsumsi garam secara berlebihan, akibatnya darah akan memiliki kadar garam yang tinggi dan menjadi larutan yang hipetonis. 

Jika darah menjadi larutan yang hipertonis, maka cairan dalam eritrosit akan keluar menuju plasma darah sehingga darah akan mengalami pengerutan atau krenasi.  Krenasi ini akan menyebabkan kerusakan pada membran sel darah merah dan nantinya akan berdampak pada usia eritrosit.

Selain itu, terdapat juga keadaan hipotonis atau keadaan dimana plasma darah menjadi lebih encer. Larutan yang hipotonis akan menyebabkan stress osmotik. Larutan atau plasma darah yang hipotonis masuk ke dalam sel darah merah, dan menyebabkan sel eritrosit menjadi menggembung. Apabila membran eritrosit sudah tidak dapat menahan plasma yang masuk ke dalam sel darah merah, maka eritrosit akan pecah atau mengalami hemolisis.

Selain itu, contoh lain yang kadang tidak kita perhatikan adalah konsumsi nutrisinya. Nah, terkadang orang-orang jaman sekarang terlalu sibuk hingga lupa dengan nutrisi yang harus dikonsumsi seperti salah satunya adalah Vitamin C. Lagi-lagi kita akan membahas soal radikal bebas. Seperti sudah saya singgung diatas, radikal bebas sebenarnya bisa ditangani oleh antioksidan dalam tubuh kita. Namun seringkali, antioksidan yang diproduksi tidak cukup untuk menangkal radikal bebas yang ada di dalam tubuh kita. Sebenarnya, hal ini bisa saja disebabkan oleh tidak adanya pemicu yang dapat memproduksi antioksidan dalam tubuh. 

Antioksidan yang dapat diproduksi oleh tubuh manusia adalah Gluthatione. Pembentukan Gluthatione baru dapat dipicu jika kita mengkonsumsi vitamin C sebanyak 1000 mg. Apabila kita tidak mengkonsumsi Vitamin C, tidak memakan makanan yang mengandung antioksidan dari luar yang bisa membantu menetralisir radikal bebas dalam tubuh kita, dan terus-menerus terkena radikal bebas, seperti yang sudah dibahas diatas bahwa akan terjadi stress oksidatif yang menyebabkan penuaan dini pada sel darah merah dan menyebabkan usia sel darah merah tidak mencapai 120 hari.

Merokok juga merupakan salah satu gaya hidup yang tidak sehat. Sekarang ada banyak sekali asap rokok dimana-mana. Orang-orang yang tidak merokok pun akhirnya menjadi perokok pasif dan akhirnya juga akan terkena dampak negatif dari rokok, bahkan terkadang perokok pasif memiliki resiko terkena penyakit lebih tinggi daripada perokok aktif. Jika kita merokok, maka zat zat kimiawi yang memiliki oksidan yang besar secara langsung masuk ke tubuh dan dapat menyebabkan radikal bebas.

Tidak bisa dipungkiri juga bahwa memang orang jaman sekarang jauh lebih sibuk dan jauh lebih pekerja keras daripada orang jaman dahulu. Dengan kegiatan kita yang jauh lebih banyak, kita memerlukan nutrisi dan oksigen semakin cepat. Akibatnya, eritrosit akan semakin sering beredar di dalam pembuluh darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen. 

Dengan keadaan sel darah merah  manusia sekarang yang terpapar radikal bebas dan sel darah merah terus menerus bekerja, sel darah merah akan terforsir, mengalami penuaan secara lebih cepat, kemudian masih harus terus menerus melewati pembuluh darah yang sempit. Lama kelamaan eritrosit akan terjepit di pembuluh darah kemudian dimakan oleh makrofag, atau pecah saat melewati tempat-tempat sempit tersebut. Selain karena kita menjadi lebih pekerja keras, ternyata olahraga berlebihan juga memiliki dampak yang sama terhadap eritrosit. Hal ini juga merupakan salah satu faktor yang dapat memicu kerusakan eritrosit. Kebutuhan suplai oksigen yang banyak lagi-lagi juga dapat memicu timbulnya radikal bebas.

Membran eritrosit juga bisa dirusak oleh paparan zat kimia. Dinding eritrosit terdiri dari lipid dan protein yang membentuk suatu lapisan lipoprotein yang semipermeabel. Jika eritrosit terkena suatu zat kimia yang dapat melarutkan lemak, maka membran eritrosit dapat larut atau rusak. Ada banyak sekali pelarut-pelarut lemak seperti yaitu kloroform, aseton, alkohol benzen, dan eter. Proses rusaknya membran eritrosit karena zat kimia adalah hemolisa kimiawi. 

Selain itu, jika kita memakan makanan yang menggunakan pestisida, dan pestisida tersebut masih tersisa dimakanan yang kita makan, maka makanan yang kita makan ini akan menyebabkan radikal bebas.

Faktor lain adalah semakin banyaknya penyakit kronis yang menyebabkan pemendekan usia eritrosit. Telah Meskipun tidak signifikan, sebuah penelitian membuktikan bahwa orang yg mengidap diabetes memiliki umur eritrosit yang sedikit lebih pendek daripada orang yang tidak mengidap diabetes. Selain diabetes, penyakit gagal ginjal juga ternyata mempengaruhi usia eritrosit. 

Orang yang mengidap gagal ginjal ternyata juga memiliki umur eritrosit yang sedikit lebih pendek dari orang yang sehat. Selain itu, jika ginjal kita mengalami kegagalan fungsi, makan hormon eritropoietin yang diproduksi pada ginjal juga akan terpengaruh. Maka dari itu, jika hormon eritropoietin terganggu maka produksi eritrosit bisa terganggu dan hal ini bisa menyebabkan kualitas

Jadi, bisa disimpulkan dari pembahasan diatas bahwa Saya setuju bahwa sebenarnya eritrosit semakin lama semakin lemah dikarenakan banyaknya faktor-faktor baru yang mempengaruhi keelastisan membran sel dan kerapuhan membran sel sehingga eritrosit umurnya tidak mencapai 120 hari. Salah satu faktor yang paling berperan adalah radikal bebas dan juga polusi. 

Jaman dulu radikal bebas dan polusi masih belum sebanyak jaman sekarang ini. Radikal bebas sangat mempengaruhi kerapuhan eritrosit. Hal ini disebabkan karena radikal bebas dapat menyebabkan faktor-faktor lain yang membuat eritrosit menjadi semakin rapuh, contohnya radikal bebas yang bisa masuk kedalam tubuh dikarenakan gaya hidup kita yang tidak baik, dan juga penyakit kronis bisa disebabkan oleh radikal bebas.

Sekian dari saya, Terimakasih telah membaca artikel saya. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata-kata. Semoga tulisan saya ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Sekali lagi, Terimakasih.

Daftar Pustaka: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun