Mohon tunggu...
Jerri Irgo
Jerri Irgo Mohon Tunggu... Konsultan - Consultant, Tutor and Trainer working in Local-Regional Economic Development (L-RED) mainly on the perpetrators of SMEs ; Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter

Consultant, Tutor and Trainer working in Local-Regional Economic Development (L-RED) mainly on the perpetrators of SMEs ; Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Braga dan Jejak Inspiratif Gayuh

20 April 2023   13:40 Diperbarui: 20 April 2023   13:42 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Braga adalah salah satu tempat favorit untuk recharge energi. Sebelum mengalami burn-out alias kehabisan energi akibat bekerja dan berdiskusi dengan banyak orang, maka perlu waktu pribadi yang cukup, agar tidak kehilangan fokus atau bahkan tidak ada ide, setidaknya kita terhindar dari stres atau depresi.

Cukup jalan kaki menyusuri jalan sepanjang kurang lebih 700 meter. Jalan Braga sangat eksotis, kita dapat menemui banyak sekali orang berlalu lalang, ada yang santai menikmati kopi dan camilan ataupun  mendengarkan live music di jalan rancang oleh Edward Cuypers pada 1909 tersebut.

Dari berbagai literatur, Braga tu sangat khas Sunda banget, karena berasal dari kata "baraga" atau "ngabaraga".  Arti dari kata ini adalah berjalan menyusuri sungai. Iyaa, jalan Braga memang berada di samping Sungai Cikapundung.

Karena terlalu melegendanya, Jalan Braga sampai diabadikan dalam sebuah lagu yang dinyanyikan penyanyi terkenal Hetty Koes Endang.

Berikut sepenggal lirik lagunya dalam bahasa sunda; Jalan Braga tetep teu robah - teu galider tahan sajarah - gunta ganti heunteu niru cara nu sejen - tuh jalan nu paten hey jalan konsekwen atau dalam Bahasa Indonesia Jalan Braga tetap tidak berubah - tidak terguncang mempertahankan sejarah - berganti rupa tapi tidak seperti yang lain - inilah jalan yang paten, jalan konsekuen

Ada yang berbeda, saat berjalan di Braga, akhir pekan bulan Ramadhan tahun ini. Iya berbeda banget karena waktu mulai berbuka puasa hingga mendekati tengah malam. Saya banyak menemukan hal-hal untuk selalu bersyukur dari sebuah pertemuan singkat namun sangat efektif, sungguh saya mendapat banyak sekali energi positif dari si Eneng Gayuh Minang Latih.

Selaras dengan keistimewaan dan kemulian bulan Ramadhan yang memiliki orientasi dan makna yang luar biasa sebagai media pendidikan pada pembentukan karakter diri menuju derajat takwa yang mulia dan mengubah kualitas secara pribadi maupun secara sosial.

Saat berdiskusi dengan si Eneng Gayuh, terasa sekali auranya dia sebagai si eneng tangguh. Eneng yang tidak takut untuk menjadi diri sendiri, berpenampilan sebagaimana yang diinginkan, dan dapat membuat dirinya nyaman di berbagai kondisi.  Hal itu menandakan si Eneng Gayuh punya kepercayaan diri yang tinggi. Jadi, tidak merasa takut untuk tidak ikut tren seperti orang lain.

Belajar cepat dari si Eneng Gayuh tentang hidup di era teknologi digital, kita tetap harus hidup proporsional yang memiliki arti sesuai dengan proporsi, seimbang, sebanding, dan berimbang

Eneng Gayuh tidak hanya berteori, tapi telah mengimplementasikannya sehari-hari. Secara prinsip kita melakukannya sesuai dengan kemampuan diri untuk menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi dan keluarganya.

Keseharian lulusan S1 Teknik Industri FTI UII Yogyakarta dan dari ceritanya saat menyelesaikan S2 Program Masternya di NTUST Taiwan, tampak sekali sebagai pribadi pantang menyerah. Pribadinya menganggap sesuatu yang terjadi itu dari segi positifnya. Dia  yakin betul bahwa sekenario Allah itu tidak akan meleset sedikit pun.

Keseharian bekerja sebagai Dosen, namun tetap meluangkan waktu untuk bekerja sebagai relawan di sebuah SLB di Kota Bandung dan tetap menjaga komunikasi serta hubungan baik dengan teman-temannya, selain melalui olah-raga atapun hunting kuliner.

Menurut saya, tipe kepribadian tangguh si Eneng Gayuh merupakan suatu konstalasi karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, dan optimis dalam menghadapi stres dan mengurangi efek negatif yang dihadapinya

Menerapkan skala prioritas adalah keadaan dimana kita menentukan urgensi dari kebutuhan atau pekerjaan yang harus didahulukan. Cara ini dianggap efektif untuk menyelesaikan berbagai macam masalah yang dihadapi. Akan tetapi, banyak orang kesulitan dalam menentukan skala prioritas

"Nah kunci dari poin-poin penting itu semua adalah, harus dilakukan setulus hati," tegas si Eneng Gayuh. Karena semua itu akan membuat hati kita semakin merasa nyaman.

Kalimat lugas yang langsung terkunci, menambah nikmat rasa disaat menikmati es kopi awan dan almond croissant di Kopi Toko Djawa Braga. Mendengarkan cerita si Eneng Gayuh itu, tidak hanya menciptakan rasa hormat ataupun rasa kagum, saya pun menemukan salah satu cara mendapatkan kebahagiaan dengan mengungkapkan rasa syukur.

Sepenggal kalimat menjadi jejak yang sangat inspiratif, hatur nuhun si Eneng Gayuh Minang Latih, yang telah recharge energy saya. Sungguh Ramadhan di Braga kali ini, benar-benar menumbuhkan rasa syukur yang tak terhingga kepada-Mu, Ya Allah.

+

Jerri Irgo - Consultant of SME's & LRED

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun