Mohon tunggu...
Jerri Irgo
Jerri Irgo Mohon Tunggu... Konsultan - Consultant, Tutor and Trainer working in Local-Regional Economic Development (L-RED) mainly on the perpetrators of SMEs ; Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter

Consultant, Tutor and Trainer working in Local-Regional Economic Development (L-RED) mainly on the perpetrators of SMEs ; Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Eksotiknya Alam dan Budaya Kalimantan Barat

3 November 2013   14:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:39 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guyuran air hujan yang lumayan deras, membasahi landasan di Bandar Udara Internasional Supadio, menyambut kedatangan-ku, kali keenam dalam satu setengah tahun terakhir ini. Ada yang berbeda pada trips kali ini, yaitu mendapat tawaran ke Sanggau. Bagiku, ini adalah kali pertamanya ke pedalaman, berjarak sekitar 200 km dari Pontianak, yang terletak di tengah-tengah dan berada di bagian utara propinsi Kalimantan Barat. Guide sekaligus driver, Petrus Agam sudah standby dan langsung mulai perjalanan pada jam 11.15am WIB (20/10/2013) keluar bandara menuju Sanggau, melalui Tayan dan Maliau. Perjalanan kami berdua, menggunakan mitsubishi pajero sport keluaran terakhir milik CU Lantang Tipo terasa nyaman, namun bukan karena kendaraannya semata, melainkan aku pemandangan yang berbeda dan pastinya mengingatkan aku pada masa kecilku saat tinggal dipedalaman Sumatera Selatan .. mantaapsss !!. Tampak sepanjang perjalanan silih berganti hijaunya hutan, tanah merah, bekas bakaran persiapan buka lahan pertanian, rumah panggung dan juga jalanan yang berkelok, naik dan turun dengan kemilau dari percikan air hujan, ehmm ... sungguh eksotik alam Kalimantan Barat, tidak dipungkiri betapa bahagianya kita semua yang dapat tinggal dan hidup diatas Zamrut Kathulistiwa ini. Perjalanan semakin bertambah menyenangkan saat memasuki wilayah Tayan, dimana Agam mengarahkan kendaraanya melalui jalan yang tidak beraspal, masih tanah merah dan sejajar dengan daerah aliran Sungai Kapuas atau sungai batang Lawai, sebuah sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang total 1.178 km, membentang dari arah Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu dan bermuara di Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Waaaaa ... pemandangan yang luar biasa, perpaduan beraneka ragam warna alam yang benar-benar semakin eksotiknya alam Kalimantan Barat, ya alam Indonesia tercinta. Setelah sempat mengabadikan beberapa photo, disela-sela rintik hujan gerimis di jalan tanah merah, Petrus Agam kembali bercerita tentang eksotiknya budaya Kalimantan Barat, diantaranya tentang suku Dayak,  adalah nama yang diberikan oleh penduduk pesisir pulau kalimantan untuk penghuni pedalaman yang mendiami pulau Kalimantan, tidak hanya di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan, namun juga termasuk Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah dan Sarawak. Menurut Agam, yang ternyata juga keturunan orang Dayak ini menyatakan “Orang Dayak terbagi dalam enam rumpun yakni rumpun Klemantan alias Kalimantan, rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot Danum-Ngaju dan rumpun Punan”. Uniknya lagi, berdasarkan referensi dari berbagai penelitian ilmiah, Dayak memiliki 5 kelompok bahasa yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar pulau Kalimantan, yaitu pertama kelompok bahasa Barito Raya punya 33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok bahasa Madagaskar, dan Sama-Bajau, selanjutnya yang kedua kelompok bahasa Dayak Darat memiliki 13 bahasa. Kelompok bahasa ketiga Borneo Utara lebih banyak lagi, yaitu memiliki 99 bahasa, termasuk bahasa Yakan di Filipina dan keempat kelompok bahasa Sulawesi Selatan dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalimantan Barat, meliputi Dayak Taman, Dayak Embaloh, Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka serta  terakhir, kelima kelompok bahasa Melayik dituturkan 3 suku Dayak: Dayak Meratus/Bukit alias Banjar arkhais yang digolongkan bahasa Melayu, Dayak Iban dan Dayak Kendayan Kanayatn. Tidak termasuk Banjar, Berau, Kedayan Brunei, Senganan, Sambas yang dianggap berbudaya Melayu. Sempet aku hitung dengan cepat, sejumlah 151 bahasa ... kereeen banget kaan !! Sesaat sebelum sampai ditujuan, Petrus Agam menyampaikan ada satu lagi yang perlu aku ketahui yaitu Moto dan Falsafah Hidup orang Dayak yaitu “Adil Ka' Talino Bacuramin Ka' Saruga Basengat Ka' Jubata” artinya “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Dan Dengan Berpedoman Pada Ajaran Agama / Kepercayaan, Bersikap Adil Terhadap Sesama Manusia. Moto ini juga dijadikan salam dalam setiap pertemuan, jika ada yang memberi salam dengan moto tersebut maka yang diberi salam menjawab dengan kata “Arus, Arus, Arus... artinya Amin, Amin, Amin” ujar Agam tersenyum. Sungguh hari yang sangat menyenangkan, banyak sekali yang aku dapatkan selama 5 jam perjalanan, seolah telah menempuh 1 semester mengambil matakuliah dengan bobot 3 sks  .. hahaha ... Mantaapsss !! Terimakasih Petrus Agam dan Teman-teman Credit Union (CU) Lantang Tipo .. suatu saat berharap akan dapat kembali ke Sanggau, tentu dengan trips yang berbeda ... Sukses dan bahagia selalu untuk kita semua. - - - Jerri Irgo - Freelance Photographer ; Traveler

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun