Saat matahari balik ke peraduannya di ufuk barat, cahaya di langit belantara ibukota Jakarta pun perlahan meredup dan berganti dengan cahaya kelap kelip lampu di berbagai pencakar langit.
Aisyah, mulai sibuk, dari mengambil posisi duduk dan menyiapkan teropong atau teleskop atau disebut juga sebagai alat optic yang dapat digunakan untuk melihat sesuatu yang terletak lebih jauh.
Teropong yang digunakan Aisyah adalah teropong bintang (astronomi ) termasuk teropong biasa yang tersusun dari lensa hanya saja khusus dapat digunakan untuk menghunting ataupun mengamati benda-benda yang terdapat di luar angkasa luar. Teropong bintang memakai 2 buah lensa positif, masing-masing terdiri dari lensa obyektif dan lensa okuler.
Malam ini, Aisyah dari ketinggian 50 meter dari permukaan air laut (mdpl) di seputaran kawasan Sudirman, berencana menghunting si Orion. Iyaa Orion, berdasarkan berbagai referensi, menyatakan bahwa orang Yunani kuno mengimajinasikan rasi bintang yang berbentuk orang tengah membawa sebilah pedang. Mereka menamakannya Orion, nama seorang pemburu dalam mitologi Yunani.
Gak hanya itu meen ... ternyata rasi bintang Orion dikenal di pelbagai peradaban kuno, termasuk orang Jawa, rasi Orion menyerupai waluku atau alat bajak sawah, sehingga disebut bintang Waluku. Orang Sumeria melihatnya mirip domba, orang Mesir menganggapnya wujud Osiris atau Dewa Kematian yang tengah membawa tongkat komando.
Selain itu, dalam tradisi orang Nias, sebagian bintang penyusun rasi Orion ini disebut Sara Wangahalö. Ehm, semua referensi tersebut, membuat rasa penasaran Aisyah semakin bertambah. Mulai merapatkan matanya di eyepice dan mengeser perlahan main tube, dari arah matahari terbenam ditarik sejajar hingga matahari terbit, pelaaaan hingga ujung timur, namun hasilnya belum ada.
Dalam garis yang sama, Aisyah kembali menggeser perlahan main tube dan tetap meneropong melalui eyepice namun kali ini menggunakan focusing knob, namun hingga ujung garis maya, hasilnya kembali nihil.
Kembali perlahan menaikan sedikit ke garis maya yang lebih tinggi, dan tetep hasilnya belum tampak sama sekali.
Malam semakin larut, perlahan lagu Love nya Lala Suwages, sebagai lagu wajib pengantar tidur mulai melantun pelan .. Sometimes I want you as a dream to dream - I like to kiss your sleepy face - I lie there n pray - You’ll never ever go away - No one could take your place
Oh love, you are everything - You’re the song I sing, your music is forever - Love I had never heard such your lovely word - A word that means together - Love I will give to you and I will be true - Until my life is over - You’ve made my world go round - And I’ll never let you down, my only love
Sebelum bermimpi, disamping teropong bintang-nya, Aisyah menuliskan dalam diary-nya “Bintang akan tetap muncul dan akan bersinar di langit, apapun namanya. Kan kasihku yang ngajarin aku tentang Orion dan bintang barat itu, gimana dan dimana cara mencarinya. as for me, in searching of si bintang barat, setiap malam kupandang di langit, i have found him, so I will search no more”
Mantaapsss Meennn .... hehehe
>> Jerri Irgo - Freelance Photographer ; Traveler ; Travel Writter
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H