Dengan merefleksi pada kearifan lokal masyarakat adat Manggarai, maka segala bencana yang disebabkan oleh air seperti yang terjadi di negeri ini jelas menunjukkan dan memberikan peringatan keras bahwa kita telah mengabaikan keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan sesama, manusia dengan lingkungan alam, dan manusia dengan Sang Khalik. (sumber)
Para Penjaga Terakhir
Air bagi masyarakat Manggarai dan bagi semua makhluk hidup pada dasarnya merupakan kebutuhan jasmani dan rohani. Kita butuh  air untuk melepas dahaga, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya.Â
Air juga merupakan representasi kebutuhan rohani seseorang akan kehausan batiniah agar disegarkan kembali dari kejenuhan moral dan batin. Oleh sebab itu, air dan sumbernya perlu dijaga dan dilestarikan agar terus dan terus memberi kehidupan bagi manusia.
Barong wae hanya satu dari sekian banyak kearifan lokal di Indonesia tentang bagaimana peran serta adat dalam menjaga keseimbangan alam dan ekosistem.Â
Saya yakin, di banyak kebudayaan di Indonesia juga punya cara yang istimewa untuk menjaga mata air. Apa perlu juga dilakukan barong wae bila kekeringan air melanda Jakarta. Tentu iya, tapi mungkin Jakarta punya versi barong wae nya sendiri.
Produk kebudayaan tidak boleh disepelehkan. Kekayaan kultural bisa menjadi alternatif menggantikan produk-produk modernisasi. Jelaslah kebudayaan hadir sebelum produk-produk tersebut merangsek masuk dalam masyarakat. Ketika kebudayaan itu ditanggalkan, kita sedang membunuh eksistensi diri, bahwa kita dilahirkan dari budaya.
Melalui barong wae kita memulihkan tiga ekses relasi semesta: Pencipta, alam, dan manusia. Jared Diamond dalam The World Until Yesterday (2012) menjelaskan dengan apik bagaimana relasi yang semestinya dalam kosmik alam semesta. Apa yang patut kita pelajari dari masyarakat tradisional. Khususnya, bagaimana masyarakat tradisional menanggapi bahaya.Â
Orang-orang modern terkadang menanggapinya dengan rasional dengan cara mengambil tindakan yang efektif untuk meminimalisir bahaya tersebut. Namun dalam kasus-kasus lain, sama seperti masyarakat tradisional kita menanggapi dengan tidak rasional melalui doa-doa dan ritual, serta praktik-praktik religius lainnya (Jared Diamond, 2012:342).
Air perlu dijaga sampai ke sumbernya. Menjaga air tidak cukup dengan kepandaian rasionalitas manusia. Nyatanya, masih banyak kasus kekeringan air melanda daerah-daerah di Indoesia. Percaya atau tidak, mata air butuh penjaga yang tepat. Para penjaga terakhir. Barong Wae!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H