Di era globalisasi saat ini pangan merupakan sumber utama kehidupan yang menopang keberlangsungan hidup umat manusia. Berbagai macam jenis pangan di dunia terutama di Indonesia, tentunya membutuhkan teknologi dalam mengolah pangan menjadi pangan yang aman dan memiliki kualitas yang terjamin untuk di konsumsi.
Dan pengolahan sendiri merupakan hal penting yang sudah menjadi kebutuhan pokok produk pangan supaya bisa meningkatkan umur simpan produk yang akan di olah. Untuk mendapatkan suatu produk yang berkualitas dan meningkatkan stabilitas, dalam pengolahan tentunya kita harus memperhatikan teknologi yang digunakan atau teknologi yang tepat agar bisa menghasilkan produk makanan yang berkualitas.
Salah satu teknologi yang harus digunakan dalam pengolahan adalah dengan menggunakan teknologi pemrosesan dan pengawetan dengan panas inframerah.
Dalam teknologi pemrosesan dan pengawetan makanan harus dalam keadaan segar seperti karakter produk sekaligus memberikan umur simpan yang lebih baik serta keamanan dan nutrisi. Di dalam teknologi pengolahan ini melibatkan berbagai metode untuk menonaktifkan mikroorganisme, meningkatkan kualitas dan stabilitas.
Radiasi inframerah atau hanya Inframerah adalah salah satu teknik tertua untuk memanaskan makanan tetapi potensinya telah lama diremehkan padahal pemanasan menggunakan inframerah dalam pengolahan adalah hal yang sangat luar biasa manfaatnya. Dengan perpindahan panas dilakukan dengan tiga metode yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Pemanasan inframerah sendiri menawarkan banyak keuntungan dibandingkan pemanasan konvensional yang meliputi pengurangan waktu pemanasan, koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi, mengurangi kehilangan kualitas, pemanasan seragam, peralatan serbaguna, sederhana dan kompak dan menghemat energi dalam kondisi serupa. Dengan memaparkan suatu objek ke radiasi inframerah energi panas yang di hasilkan dapat di serap oleh bahan makanan.
Radiasi inframerah sendiri dapat dibagi menjadi tiga jenis yang pertama adalah Near-IR (NIR) dengan panjang gelombang antara 0,75 sampai 1,4 m. Dan yang kedua adalah Mid-IR (MIR) dengan panjang gelombang antara 1.4 dan 3 m. Sedangkan yang terakhir adalah Radiasi IR-Jauh (FIR) dengan panjang gelombang antara 3 dan 1000 m.
Interaksi IR dengan berbagai komponen makanan
Panas dari pemanasan inframerah dihasilkan pada permukaan material yang diolah inframerah, sehingga bagian dalam material dipanaskan oleh hubungan antara molekul makanan, sehingga suhu dinilai dari permukaan ke tengah. Dan udara yang bersentuhan dengan permukaan makanan dipanaskan secara tidak langsung, tetapi tidak sepanas yang terjadi pada pemanasan secara konveksi dan konduksi.
Pengaruh radiasi IR pada sifat optik dan fisik bahan makanan juga  sangat penting untuk desain sistem pemanas inframerah dan optimalisasi proses termal komponen makanan.
Aplikasi pemanasan IR dalam operasi pengolahan makanan
Penerapan radiasi inframerah untuk pemrosesan makanan telah mendapatkan momentum karena keunggulannya yang melekat dibandingkan sistem pemanas konvensional. Pemanasan inframerah ini juga telah banyak diterapkan dalam pengeringan, pemanggangan, pemanggangan, blansing, pasteurisasi, dan sterilisasi produk makanan.
- Pengeringan dan dehidrasi.
Penerapan pengeringan FIR ini dalam industri makanan diharapkan akan dapat merepresentasikan proses baru untuk produksi makanan kering berkualitas tinggi dengan biaya rendah (Sakai dan Hanzawa 1994). Penggunaan teknologi radiasi IR untuk dehidrasi makanan memiliki banyak keuntungan termasuk pengurangan waktu pengeringan, sumber energi alternatif, peningkatan efisiensi energi, suhu seragam dalam produk saat pengeringan, produk jadi dengan kualitas lebih baik, pengurangan kebutuhan aliran udara di seluruh produk, parameter kontrol proses tingkat tinggi, dan penghematan ruang bersama dengan lingkungan kerja yang bersih (Dostie dkk. 1989) Penerapan pengeringan FIR dalam industri makanan diharapkan dapat mewakili proses baru untuk produksi makanan kering berkualitas tinggi dengan biaya rendah.
- Inaktivasi enzim.