Mohon tunggu...
Jeremy Suhendra
Jeremy Suhendra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Kolese Kanisius

bosen…

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Bimbingan Karir bagi Remaja

23 Oktober 2024   21:04 Diperbarui: 23 Oktober 2024   21:06 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa remaja merupakan fase penting dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosional, dan sosial. Pada fase ini, remaja sering kali dihadapkan pada berbagai pilihan penting, termasuk karir. Bimbingan karir bagi remaja memiliki peran krusial dalam membantu mereka untuk menjadi pribadi yang utuh di kemudian hari dengan merancang langkah-langkah yang tepat untuk mencapai tujuan karir mereka.

Namun nahas, bimbingan karir sering kali diremehkan di Indonesia. Hal ini terbukti melalui riset yang dilakukan oleh Youthmanual, salah satu perusahaan rintisan hasil binaan Skystar Ventures, Tech Incubator Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Setelah 2 tahun melakukan riset, Youthmanual memperoleh hasil, bahwa 92% siswa SMA/SMK sederajat merasa bingung dan tidak tahu akan nasib masa depannya dan 45% mahasiswa merasa salah mengambil jurusan. Menurut saya, hal ini menjadi salah satu bukti kuat bahwa
bimbingan karir belum mendapatkan perhatian yang cukup di Indonesia, khususnya di kalangan remaja dan institusi pendidikan. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan mengingat masa remaja merupakan periode yang krusial untuk membuat keputusan yang akan memengaruhi kehidupan mereka di masa mendatang.

Faktor Penyebab

Hasil riset Youthmanual yang menunjukkan bahwa 92% siswa SMA/SMK merasa bingung mengenai masa depannya mengindikasikan bahwa banyak remaja yang tidak memiliki arahan jelas dalam menentukan tujuan karir mereka. Lebih mengkhawatirkan lagi, 45% mahasiswa yang merasa salah mengambil jurusan menandakan bahwa proses pemilihan jurusan di tingkat pendidikan tinggi sering kali dilakukan tanpa perencanaan atau bimbingan yang tepat. Situasi ini menciptakan masalah serius, dengan banyak remaja merasa terjebak dalam jurusan atau karir yang tidak sesuai dengan minat dan potensi mereka, yang pada akhirnya berdampak pada kinerja akademis dan kepuasan karir di masa depan. Menurut saya, ada beberapa faktor yang menyebabkan minimnya bimbingan karir di kalangan remaja di Indonesia, di antaranya,

Kurangnya Kesadaran akan Pentingnya Bimbingan Karir dan Menentukan Tujuan

Baik di tingkat sekolah, keluarga, maupun masyarakat, masih banyak yang menganggap bahwa bimbingan karir tidak terlalu penting. Orang tua cenderung berfokus pada aspek akademis tanpa memikirkan masa depan karir anak-anak mereka. Dari sisi remaja sendiri, mereka terlalu terlena dengan kehidupan remajanya dan tidak berpikir maju ke depan. Akibatnya, banyak anak yang tidak memiliki tujuan dalam hidup akademis mereka dan membiarkan diri terombang-ambing dalam ketidakpastian nasib. Jika mereka tidak memiliki tujuan, maka mereka akan cenderung malas dan tidak memedulikan nilai mereka. Hal ini terbukti melalui riset yang dipublikasikan oleh Universitas Ahmad Dahlan yang memapaparkan bahwa faktor utama dari perilaku malas belajar pada remaja adalah tidak adanya motivasi untuk maju.

 Budaya dan Ekspektasi Sosial 

Budaya di Indonesia yang cenderung mengedepankan kehendak orang tua dalam menentukan karir anak sering kali menghambat remaja untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri. Riset yang dilakukan oleh Youthmanual menyampaikan bahwa faktor utama siswa dan mahasiswa kesulitan dalam mengambil jurusan adalah karena mereka tidak paham apa bakat dan potensi yang mereka miliki. Ekspektasi bahwa anak harus mengikuti jalur karir tertentu, seperti menjadi dokter, insinyur, atau pengacara, bisa membatasi pilihan dan mendorong remaja untuk memilih karir yang tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka.  Hal ini tertulis dalam riset oleh Irma dalam tesisnya mengenai hubungan antar pola asuh otoriter dengan pengambilan keputusan karir.  

Minimnya Akses ke Konselor Karir Profesional  

Di Indonesia, tidak semua sekolah memiliki konselor karir atau program bimbingan karir yang terstruktur. Jika pun ada, jumlah konselor tidak sebanding dengan jumlah siswa, sehingga mereka tidak bisa memberikan perhatian yang cukup untuk setiap siswa. Selain itu  tertulis dalam jurnal berjudul "Permasalahan Pelaksanaan Layanan Bimbingan Karir di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-Kota Yogyakarta" oleh Ratna Utami Singgih bahwa minimnya jumlah konselor yang memiliki kualifikasi khusus di bidang karir menyebabkan kualitas bimbingan yang diberikan sering kali tidak memadai.

Dampak

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor di atas, terpampang jelas bahwa minimnya bimbingan karir di kalangan remaja di Indonesia dapat menimbulkan dampak serius yang berkelanjutan. Tanpa dukungan yang memadai dalam menentukan arah karir, remaja tidak hanya kehilangan kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka, tetapi juga berisiko menghadapi konsekuensi yang lebih besar di masa depan. Kurangnya bimbingan karir dapat menyebabkan banyak anak merasa bingung dan tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidup akademis mereka, yang pada akhirnya berpotensi menimbulkan perilaku apatis terhadap pendidikan. Selain itu, ketidaksesuaian antara minat dan jurusan yang diambil dapat mengarah pada kinerja akademis yang rendah dan ketidakpuasan karir. Dalam jangka waktu panjang, beberapa dampak mayor bagi masa depan remaja Indonesia. Dampak tersebut antara lain,

Pengangguran

Banyak lulusan perguruan tinggi mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan karena keterampilan yang mereka miliki tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Kurangnya bimbingan karir sering kali membuat remaja mengambil keputusan pendidikan yang tidak sesuai dengan perkembangan industri. Misalnya, mereka mungkin memilih jurusan yang populer tanpa mempertimbangkan prospek kerja atau keterampilan yang relevan di masa depan. Hal ini dapat menyebabkan lulusan terjebak dalam jurusan yang tidak memberikan mereka pengetahuan atau keterampilan yang dicari oleh perusahaan.

Selain itu, perkembangan teknologi dan perubahan tren industri yang cepat menambah kompleksitas, karena pengetahuan yang relevan hari ini mungkin tidak lagi dibutuhkan beberapa tahun ke depan. Akibatnya, banyak lulusan menemukan diri mereka dalam situasi ketika mereka memiliki gelar, tetapi tidak memiliki keterampilan praktis yang dicari oleh pemberi kerja. Hal ini tidak hanya menyebabkan frustrasi di kalangan lulusan, tetapi juga berkontribusi pada meningkatnya angka pengangguran, yang pada gilirannya dapat memengaruhi perekonomian negara secara keseluruhan. 

Ketidaksesuaian Keterampilan

Ketidaksesuaian antara kualifikasi lulusan dan permintaan pasar kerja menjadi masalah serius yang merugikan banyak remaja. Sering kali, lulusan terjebak dalam pekerjaan yang tidak memadai karena pendidikan yang mereka jalani tidak selaras dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap situasi ini adalah pengaruh orang tua dalam proses pengambilan keputusan karir anak.

Di Indonesia, terdapat budaya yang kuat, yakni orang tua yang sering kali mengambil peran dominan dalam menentukan jalur pendidikan dan karir anak mereka. Ekspektasi sosial yang tinggi terhadap profesi tertentu, seperti dokter, insinyur, atau pengacara, mendorong orang tua untuk memaksa anak-anak mereka mengikuti jalur yang dianggap "prestise ". Akibatnya, banyak remaja yang memilih jurusan yang tidak sesuai dengan minat dan bakat mereka, hanya untuk memenuhi harapan orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun