Mohon tunggu...
Joshua Jeremy
Joshua Jeremy Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nikmatnya Hidup dengan Kesantunan Berbahasa

18 November 2015   14:07 Diperbarui: 18 November 2015   14:16 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Kesantunan? Kesantunan itu apa? Penting gak sih kesantunan itu untuk hidup kita? Kenapa penting? Buat apa sih kesantunan itu? Bagaimana sih kesantunan itu? Gimana cara melakukannya? Kalau menurut KBBI, kesantunan itu merupakan kehalusan dan baik(budi bahasanya, tingkah lakunya, dan lain-lain). Arti lain dari kesantunan itu adalah cara berbahasa dengan tujuan mendekatkan jarak sosial antara para penuturnya dalam peran mereka yang berbeda-beda. Atau upaya untuk mewujudkan, mempertahankan, menyelamatkan harga diri dan kehormatan mitra bicara.

            Di kesantunan itu kita harus menunjukan sikap pengorbanan, sikap saling menghargai, dan menghormati. Tetapi, kita harus menghindari sikap egois dan keinginan untuk menonjol. Selain itu kesantunan memiliki beberapa unsur di antara lain adalah etika atau kaidah berbahasa, norma social, sistem budaya.

            Terdapat beberapa strategi penolakan dalam kesantunan antara lain tidak, ragu-ragu, alternative, menunda, menerima tidak pasti, menerima menyesal, memberi alasan, menyalahkan dan mengkritik.

            Di dalam kesantunan terdapat beberapa maksim yaitu maksim cara, maksim relevansi, maksim kuantitas, dan maksim kualitas. Maksim cara menuntut penutur untuk berbicara langsung lugas tidak berlebih. Contohnya “Mau baju biru atau merah?” “Merah saja lebih cerah”. Maksim relevansi menuntut penutur memberikan kontribusi relevasi dengan situasi pembicaraan.

Contohnya “Mau makan apa?” “Nasi goreng”. Maksim kuantitas menuntut penutur untuk memberikan kontribusi secukupnya. Contohnya “Abang saya sudah bekerja” bukan “Abang saya laki-laki sudah bekerja” karena kata “abang” sudah menunjukan bahwa ia adalah laki-laki. Maksim kualitas menuntut penutur untuk mengatakan yang sebenarnya tanpa adanya bumbu-bumbu tambahan.

            Kita harus memperhatikan pilihan kata atau unsur, maksud dan pesan, dan serta efek dari ujaran. Dalam kesantunan terdapat juga beberapa aspek-aspek. Aspek-aspek kesantunan dapat dilihat bukan hanya pada kata tertentu, penggunaan dan sapaan, tetapi dapat dilihat pada jenis kalimat dan struktur.

Aspek-aspeknya di antara lain adalah jenis kalimat (kalimat berita Tanya lebih santun daripada kalimat perintah), dan struktur kalimat(struktur lengkap akan menyebabkan lebih santun daripada yang struktur pendek). Contoh aspek jenis kalimat adalah “Boleh saya meminta makan?” bukan “Saya minta makan.”. Contoh aspek struktur kalimat adalah “Kakak mau makan sekarang?” “Boleh kalau sudah siap” bukan “Kakak mau makan sekarang?” “Ya”.

            Tidak hanya aspek-aspek tetapi kesantunan berbahasa juga ditentukan oleh unsur-unsur kebahasaan dan konteks berkomunikasi atau faktor-faktor non kebahasaan, seperti mitra tutur, tempat, waktu dan topic pembicaraan. Konteks mitra tutur dilihat dari usia dan status sosial seseorang. Contohnya dengan orang tua kita harus menggunakan kata “bapak” atau “ibu” sedangkan dengan yang muda menggunakan kata “Anda” atau “Kamu”. Sedangkan untuk status sosial memiliki perbedaan antara tokoh dengan rakyat biasa.

            Pada konteks tempat penutur harus melihat kondisi tempat ia berbicara. Misalnya saat berbicara dengan teman di sekolah dan di luar sekolah. Misalnya di sekolah kita berbicara secara sopan karena berada di lingkungan yang mengharuskan kesopanan. Contohnya “Kamu ternyata sangat pandai”. Berbeda dengan di luar sekolah, seperti contoh “Lu pinter juga ya”.

            Konteks waktu sebenarnya hampir mirip dengan konteks tempat. Bedanya konteks waktu memperhatikan waktu berbicara meski berada di tempat yang sama. Misalnya saat berada di rumah. Penutur harus memperhatikan tuturan saat sedang kedatangan tamu (harus sopan) dengan saat di rumah hanya sendiri atau hanya dengan kakak adik.

            Terakhir konteks topik pembicaraan. Saat penutur berbicara perlu memperhatikan kesantunan sesuai topik. Jika berbicara dalam situasi formal harus santun sedangkan saat hiburan harus lepas bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun