Mohon tunggu...
JEREMY JORDAN LOESI
JEREMY JORDAN LOESI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa Fakultas Hukum di Universitas katolik Parahyangan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Problematika Kopi Arabika Gayo sebagai Salah Satu Indikasi Geografis

17 Juni 2024   12:15 Diperbarui: 17 Juni 2024   12:35 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://igis.id/kopi-arabika-gayo-nad/

Penulis : Jeremy Jordan Loesi, Calvin Daniel Haryanto, Asyilla Rizqa Ratu Ratmansya

KOPI ARABIKA GAYO SERTA INDIKASI GEOGRAFIS

Kopi Arabika Gayo merupakan salah satu jenis kopi yang berasal dari daerah Aceh. Kopi gayo ini tergolong sebagai indikasi geografis karena memenuhi kriteria dari indikasi geografis. Indikasi Geografis sendiri adalah salah satu objek perlindungan dari HKI Komunal yang diatur secara khusus dalam undang-undang yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Dalam Pasal 1 angka 6 dari undang-undang tersebut dikatakan bahwa “Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang dan/ atau produk yang dihasilkan.” Jadi dapat dikatakan bahwa indikasi geografis ini merupakan tanda khusus yang menunjukkan adanya ciri khas suatu barang atau produk yang berhubungan dengan daerah tertentu dimana produk tersebut memiliki keunikan karena faktor alam ataupun manusia. Saat ini sudah banyak barang ataupun produk di Indonesia yang tergolong sebagai indikasi geografis. Dimana bisa dilihat di DJKI mengenai daftar produk yang telah tergolong sebagai indikasi geografis, dan salah satu produk yang telah memiliki tanda/logo indikasi geografis adalah Kopi Arabika Gayo. Kopi Gayo ini memiliki reputasi dimana kopi ini berasal dari Gayo yang merupakan daerah di Aceh, dimana karena kenikmatan dari rasa kopi ini yang membuat kopi gayo ini dikenal sebagai kopi berkualitas dan menjadi salah satu kopi termahal di dunia. Kemudian yang kedua adalah kualitas dimana kualitasnya sudah diakui di dunia sebagai salah satu jenis kopi terbaik. Lalu yang ketiga adalah karakteristik dari kopi gayo ini yang memiliki rasa yang kuat, unik, serta wangi. Kemudian perbedaan ketinggian pun menentukan cita rasa dari kopi ini sendiri. Perbedaan ketinggian yang mempengaruhi rasa ini memang menyebabkan rasa jadi tidak konsisten, tetapi hal ini menjadi keunikan bagi kopi gayo sendiri. 

SEJARAH KOPI ARABIKA GAYO

Kopi Arabika Gayo berasal dari dataran tinggi Gayo terletak di salah satu punggung bukit Bukit Barisan yang membentang di pulau Sumatera di bagian paling utara dan di tengah provinsi Aceh. Secara administratif, dataran tinggi Gayo meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Tiga kota utamanya adalah tiga ibu kota kabupaten, yaitu Takengon, Simpang Tige Redelong dan Blangkejeren. Wilayah geografis (900-1700 m di atas permukaan laut), ekosistem pertanian yang sangat cocok untuk budidaya kopi Arabika dan kondisi iklim dataran tinggi Gayo dikombinasikan dengan pengetahuan produsen menghasilkan kopi berkualitas tinggi. Kopi Arabika Kopi Gayo sudah terkenal di pasar domestik dan internasional. Ini memiliki reputasi sebagai kopi spesial yang memiliki rasa dan aroma yang berbeda, serta rasa yang kompleks, keasaman ringan, dan berat yang kuat. Ini memiliki aroma krim dan kuat. Kopi Gayo terbagi menjadi dua kualitas yang berbeda tergantung pada beberapa faktor (lingkungan, varietas dan metode pengolahan): kopi konvensional dan khusus Gayo. Kopi yang ditanam di daerah Gayo hanya berasal dari varietas Arabika. Produsen menggunakan teknik khusus untuk melestarikan petak kopi (seperti penggunaan pupuk alami, penggunaan tanaman pelindung, kerapatan perkebunan, dll.). Ceri kopi dipanen dari bulan September hingga Mei-Juni. Ceri matang dipilih secara selektif untuk memastikan kualitas terbaik. Untuk mendapatkan biji kopi hijau, buah ceri dicuci (pengolahan metode basah), disortir, dihaluskan, difermentasi, direndam, dijemur, dipilah dan disimpan. Biji kopi pada awalnya disortir dan dinilai dan kemudian disortir dengan tangan untuk memastikan kualitas biji terbaik. Produk kopi dari dataran tinggi Gayo sebagian besar berupa biji kopi hijau (bahan baku) dan hanya sebagian kecil yang berupa kopi bubuk (sebagai produk akhir). Proses roasting tidak serta merta berlangsung di area produksi.

PROBLEMATIKA 

Tetapi meski Kopi Arabika Gayo ini telah terdaftar sebagai salah satu produk Indikasi Geografis, bukan berarti tidak terdapat permasalahan meski sudah ada jaminan perlindungan dari hukum terhadap produk ini. Permasalahan itu dipengaruhi oleh beberapa hal seperti :

Konflik Gerakan Aceh Merdeka

Konflik Gerakan Aceh Merdeka banyak sekali memberikan dampak bagi masyarakat. Mulai dari hancurnya fasilitas infrastruktur seperti terbakarnya gedung sekolah, rumah warga, banyaknya korban jiwa yang berjatuhan hingga menyebabkan gangguan psikis pada masyarakat. Selain itu, konflik tersebut juga sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat Gayo yang mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi. Dimana pada saat itu terjadi penurunan produksi kopi secara besar-besaran akibat banyaknya kebun kopi terlantar yang ditinggalkan oleh petani.

Kerusakan Hutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun