Mohon tunggu...
Jeremy Randolph
Jeremy Randolph Mohon Tunggu... Buruh - opini-opini

aku ingin tinggal di Meikarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Netizen dan Sindrom Self Superiority

1 April 2017   15:54 Diperbarui: 25 Maret 2018   13:10 10132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar 4 : huffpost.com diakses pukul 2.00 am , 31-3-2017

Kenapa Netizen selalu mengomentari negatif foto-foto artis kontroversial? Karena mereka ingin berada di oposisi agar terlihat superior dalam moralitasnya.

Kenapa Netizen selalu memberi statement-statement pada kasus-kasus fenomenal? Karena mereka ingin menunjukkan superioritas nya dalam intelektual. 

Kenapa Netizen selalu bersimpati atas tragedi atau orang yang sedang berada dibawah? Karena mereka ingin menunjukkan superioritas dalam hal nurani dan moralitasnya. 

Kenapa Netizen selalu mengkritik hal-hal yang tidak mereka suka atau menyinggung perasaan? Karena mereka ingin menunjukkan superioritas dalam hal otentisitas idealisme.

Kenapa Netizen selalu begini begitu beginu begana beguni? Karena Netizen atau SJW atau Haters hanya ingin menunjukkan bahwa ia superior dalam hal ini itu inu ana uni.

apakah hal-hal yang selama ini mereka lakukan berguna dan actually helping the victim ? terkadang iya, lebih sering tidak.

Demo 212, apakah mereka betul-betul menyuarakan sebuah urgensi? kalau iya kenapa? atas dasar teori apa? atau jangan-jangan menjadi oposisi sampai mati agar nampak superior dalam hal-hal tertentu seperti moralitas, Iman, kebenaran, dan sebagainya. tersinggung atau tidak menurut saya seharusnya tidak dihitung, karena tersinggung sendiri muncul dari hati yang tidak bisa memaafkan. (atau karena tikus-tikus yang memakan sabun?)

Kenapa orang-orang menceritakan pada teman-temannya opininya tentang sesuatu, pendapatnya tentang kasus, pemikirannya tentang sebuah fenomena, menyatakan kebenciannya pada tokoh kontroversial, bla-bla-bla. Karena mereka ingin terlihat superior dalam hal-hal terntentu. Apakah yang mereka lakukan membantu menyelesaikan masalah apapun? tentu tidak, dan memang mereka dari awal tidak berniat menyelesaikan atau membantu permasalahan apapun.

gambar 4 : huffpost.com diakses pukul 2.00 am , 31-3-2017
gambar 4 : huffpost.com diakses pukul 2.00 am , 31-3-2017
Dan yang disalah kirakan generasi milenial adalah bahwa terlihat kritis dan idealis adalah ciri-ciri orang yang pantas dipuja, dihormati, disembah. Lalu dari pemikiran itu tercipatalah Netizen ganas yang aktif setiap hari mencari batu loncatan, terciptalah post-post instagram dengan caption nan bijak, terciptalah status line berisi opini-opini nya akan suatu masalah, terciptalah berita di Yahoo tentang "Netizen mengamuk setelah melihat foto artis x memperlihatkan belahan dada", terciptalah reaksi-reaksi Netizen atas apapunyang terjadi di dunia maya. Sebetulnya semua hal di atas itu tidak masalah dan tidak dipermasalahkan, tetapi ketika sudah mengganggu, merugikan, menyebalkan, dan kontraproduktif....

Mungkin hal ini bisa dikaitkan juga dengan sindrom krisis identitas, tapi karena terlalu panjang dan ngelantur saya pun mengurungkan niat.

Sebuah solusi muncul di benak saya saat sedang mengetik artikel ini untuk para Netizen dan Social Justice Warrior : 

berkarya ! 

kuatkan hati dan teguhkan iman (dibaca: jangan terlalu sensitif) dunia memang keras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun