Mohon tunggu...
Jeremy Randolph
Jeremy Randolph Mohon Tunggu... Buruh - opini-opini

aku ingin tinggal di Meikarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sekulerisme, Dilema antara Realitstis atau Romantis

26 Maret 2017   21:17 Diperbarui: 27 Maret 2017   06:00 1519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekulerisme merupakan paham dimana segala bentuk urusan publik yang mengatur kehidupan orang banyak harus di asingkan dari urusan-urusan keagamaan. Artinya dalam hukum, politik, keputusan publik, dan lain-lain semuanya tidak boleh tercampur aduk dengan zat-zat Agamawi. 

perdebatan ini sudah bukan hal yang baru lagi di pergulatan dunia ini, dan banyak negara yang sudah mengambil keputusan serta melangkah kedepan. Sekarang di dunia ini terdapat Negara sekuler, non sekuler dan yang gonjang-ganjing. 

Saya sendiri tidak bisa menentukan mana yang lebih baik dari ketiga jenis negara tersebut, tetapi memang banyak negara-negara besar yang sekuler seperti Amerika, Jepang, China, Singapur, Korea, Afrika Selatan, Israel, Russia, Prancis, Italia, Australia, dan masih banyak lagi.

 Beberapa negara besar non sekuler adalah Afghanistan, Argentina, Mesir, Inggris, Qatar, Saudi Arabia, dan lain-lain. 

Dan Indonesia termasuk dalam negeri gonjang-ganjing yang masih tidak memiliki data pasti keputusannya, bersama beberapa negara lain seperti Jerman, Finlandia, Thailand, Malaysia, Myanmar, SriLanka, Swiss, United Kingdom, Lebanon, dan Norwegia. 

Banyak juga kasus-kasus seperti Israel yang mayoritas penduduknya adalah Yahudi taat yang rutin beribadah, namun 65% dari rakyatnya menyatakan dirinya Secular dan tidak ada masalah dengan hal tersebut. Juga beberapa negara di Eropa yang memiliki tingkat penduduk muslim yang cukup tinggi seperti Perancis, Rusia, Belanda yang negaranya Secular juga tidak terjadi konflik berdarah-darah sampai tergoncang persatuan Negaranya. 

Biasanya keputusan-keputusan terjadi setelah adanya urgensi atau resolusi dari akibat sebuah konflik yang bergejolak di Negara tersebut seperti perang sipil, terorisme, atau apapun. Bisa juga terjadi akibat pergeseran tradisi akibat globalisasi, imigrasi, dan sebagainya. Contohnya saat Iran yang awalnya sekuler mengalami revolusi Islam akibat kediktatoran rezim Shah yang terjadi di 1979, dan menjadi Negara Islam setelahnya.

beberapa keuntungan dan kerugian dari sekulerisme : 

1. Toleransi perbedaan (penyama rataan hak manusia) karena sudah tidak ada mayoritas dan minoritas dalam hal kepercayaan. Sehingga tidak ada konflik diskriminasi dan sebagainya akibat Agama seperti FPI, kasus Ahok, dan sebagainya.

2. Kemajuan sains dan penelitian karena semuanya harus berdasarkan data-data valid bukan kepercayaan.

3. Fleksibel dalam kehidupan individu akibat tidak bisa dipaksa untuk mengikuti kepercayaan-kepercayaan tertentu, beserta ajaran-ajarannya.

4. Fokus terhadap hidup dan bukan kehidupan setelah kematian. (tidak terfokus pada dosa dan pahala saja.)

5. Akal manusia lebih sering digunakan ketika pengetahuan atau tindakan tidak hanya di dikte saja. 

6. Budaya materialistik (uang, uang, uang) akan makin meninggi akibat budaya duniawi.

7. Kehidupan spiritual menjadi berkurang akibat terlalu fokus ke kehidupan duniawi.

8. Hasrat duniawi bisa membutakan individu dan menjadikannya egois dan tidak simpatik.

9. Untuk point-point lain lihat kultur dari negara-negara sekuler seperti (China, Jepang, Amerika, dsb) dan non sekuler (Inggris, Qatar, Mesir, dsb)

opini tersendiri dari saya bahwa untuk negara plural dengan begitu banyak kebudayaan dan kepercayaan dari sabang sampai merauke, mungkin sekulerisme adalah hal tepat untuk beberapa situasi, tetapi tak sedikit juga situasi dimana budaya sekuler tidak bisa merangkul. Dan jawaban untuk dilema saya ini ternyata sudah dijawab jauh sebelum saya mempertanyakannya, bahkan sebelum saya lahir, oleh Ir. Soekarno. 

Pancasila kembali menjadi paham yang menjembatani kedua pihak yang tampak tak kunjung baikan. Dalam sila-silanya terdapat garis tengah dari sekulerisme dan Agama, silas atu untuk Agama, sila dua, tiga, empat dan lima merangkum inti dari sekulerisme dan Agama. Entah kenapa jawaban ini justru tidak memuaskan kedua belah pihak karena tidak ada yang ingin mengalah. Sekuler kerap di haramkan, di hina, di lecehkan oleh orang-orang Agama yang menurut saya terlalu ekstrim. Begitu juga sebaliknya. Kalau tidak percaya cek saja di Google.

sekulerisme dan Agama tetap memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi, maka keduanya harusnya buan bersaing tetapi saling melengkapi, dan pelengkap itu adalah Pancasila.

 Maafkan kami Bung, tampaknya kemerdekaan masih belum cukup untuk membebaskan kami dari penjajahan moral.

Daftar pustaka : 

wikipedia.com diakses pukul 9.12 pm, 3-26-2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun