Tetapi sejauh manakah kita menjadi begitu terikat pada kenyamanan hidup itu? Apakah kenyamanan hidup justru menjadi simbol status sosial sebegitu rupa sehingga kita menjadi terikat padanya? Apakah kita menjadi orang yang kehilangan semangat hidup ketika berada pada situasi tanpa kenyamanan, seperti seseorang yang resah dan tidak bisa tidur karena jauh dari bantalnya yang nyaman?
Kedua, renungan tentang bantal membantu kita melihat motivasi hidup keberagamaan kita. Apakah kita termasuk bilangan yang mengkompromikan Tuhan? Apakah kita adalah orang-orang yang mengikuti Tuhan secara setengah-setengah? Kita diingatkan bahwa mengikuti Tuhan adalah pilihan yang bebas.
Begitu memilih, kita terikat pada tanggung jawab untuk setia pada pilihan itu. Dan itu sebuah pengalaman yang tidak menimbulkan rasa nyaman dalam artinya yang sesungguhnya.
Semoga kita diberkati Tuhan dan diizinkan untuk bertumbuh menjadi pribadi-pribadi luhur yang tidak melekatkan diri pada berbagai kenyamanan hidup.
Semanggi, 1 Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H