Mengapa sikap semacam ini seharusnya dihindari? Menurut saya, alasan teologis yang dikemukakan itu tidaklah salah. Tetapi jawaban semacam itu hanya akan memperuncing masalah dan memperpanjang kegaduhan.Â
Selain itu, sikap ekstrem lainnya yang harus dihindari adalah membalasnya dengan tindakan kekerasan, vandalisme atau perbuatan melawan hukum lainnya. Sikap ini pun akan memperunyam persoalan.
Kedua, sebaiknya orang Kristen mempromosikan pendekatan dialogis dengan mengarahkan dialog kepada kajian kultural sebagaimana yang saya usahakan di atas.Â
Seharusnya menjadi tugas semua orang Kristen untuk menjelaskan dan terus memberi wawasan kepada kelompok yang memusuhi salib agar mereka bisa melihat realitas salib secara lebih komprehensif.Â
Semua orang Kristiani memikul tanggung jawab besar untuk terus menjelaskan dan memberi pencerahan bahwa salib sebenarnya adalah sebuah ekspresi kebudayaan.Â
Sebagai ekspresi kebudayaan, salib sudah berumur puluhan ribu tahun jauh sebelum era Kekristenan. Dan sebagai ekspresi kebudayaan, kehadiran salib dalam  berbagai ritus keagamaan klasik merupakan ekspresi dari kehidupan itu sendiri.
Konsekuensinya dasyat. Saya melihat bahwa kegagalan pendekatan ini hanya akan mengafirmasi kegagalan pendekatan teologis, biblis, dan dogmatis dan tidak sebaliknya. Jika asumsi ini benar, kegagalan ini sekaligus juga menunjukkan rendahnya kebudayaan bangsa Indonesia itu sendiri.
(Catatan: tulisan ini adalah refleksi dan pendapat pribadi penulis, tidak mewakili ajaran resmi agama Kristen atau Katolik)