Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kebiasaan Membaca untuk Memerangi Berita Bohong

17 Januari 2019   09:31 Diperbarui: 6 Juli 2021   15:52 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebiasaan membaca secara digital dapat bernilai positif. Jangan dimusuhi. Sumber: https://www.kqed.org

Banyak penelitian menunjukkan bahwa media sosial justru memiliki dampak buruk terhadap kebiasaan membaca. Anak-anak yang terbiasa membaca melalui media sosial umumnya memiliki kebiasaan membaca cepat dan bukan kebiasaan membaca yang lebih mendalam. Karena itu, mereka hanya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya hafalan dan bukan analitis (Rosemary Adu-Sarkodee, dkk: 2015). 

Meskipun begitu, kebiasaan membaca secara digital tidak bisa dihapus dan dilenyapkan dari  kultur membaca generasi zaman now. Tantangannya adalah bagaimana mengubah media sosial menjadi lebih positif dan lebih mendorong pembentukan kebiasaan membaca. Dan itu bukanlah hal yang sulit. Lima langkah dapat diusulkan dan diimplementasikan.

Pertama, ketika membaca melalui media digital, usahakan untuk tidak membaca secara skimming. Perlambat kebiasaan membaca cepat-cepat akan membantu seseorang membaca teks digital secara mendalam.

Kedua, usahakan untuk menghindari distraksi. Ini penting untuk diperhatikan, karena membaca melalui media sosial secara daring membuat seseorang mudah kehilangan konsentrasi karena keinginan untuk mengakses informasi-informasi lainnya pada saat yang sama. Latihan yang terus-menerus akan membiasakan seseorang memiliki konsentrasi yang dibutuhkan.

Ketiga, seperti halnya membaca teks buku cetak, kita juga dapat membubuhi keterangan pada teks digital. Ini dilakukan sebagai cara kita melibatkan diri dengan teks yang sedang kita baca. Dan ini bukan hal yang sulit. Teks dalam bentuk pdf, misalnya, memungkinkan kita untuk menambah catatan, meng-higlight kata, frasa, atau paragraph tertentu, dan sebagainya.  

Keempat, berbagilah teks yang sedang kita baca secara digital dengan orang lain. Ada cukup banyak pengajar yang memberikan tugas kepada siswa mereka untuk membaca teks secara digital setiap minggunya, kemudian mensintesakan teks itu dan kemudian membagikannya di media sosial miliknya. Tugas semacam ini membantu pemahaman teks.

Kelima, mengisi kekurangan informasi. Ada juga studi yang memperlihatkan bahwa anak-anak dengan kemampuan yang tinggi dalam pemahaman dan pengetahuan teks (reading comprehension) sering memiliki pengetahuan yang rendah dalam topik-topik tertentu yang lebih spesifik. Tetapi media sosial dan media online dapat membantu mengisi kekurangan ini, karena akan-anak dapat mencari dengan cepat hal yang tidak mereka ketahui.

Penutup

Dua kesimpulan dapat dikemukakan di sini. Pertama, saya memiliki keyakinan, bahwa berita buruk dan ujaran kebencian dapat diatasi. Caranya adalah dengan memajukan kebiasaan membaca anak-anak kita. Alih-alih mengutuk media sosial sebagai penyebab bagi menurunnya kebiasaan membaca, saya justru melihat pentingnya mempromosikan media sosial dan kebiasaan membaca digital sebagai medium pembentukan pemikiran kritis.

Kedua, tugas kita semua (orang tua, guru, dan semua pemangku kepentingan) untuk memromosikan gerakan literasi, terutama gerakan membaca. Kita bisa memulainya dengan mempertimbangkan lima langkah yang saya kemukakan di atas. Kesetiaan kita dalam melaksanakan usulan ini, insya Allah, akan membantu pembentukan masyarakat Indonesia yang semakin beradab. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun