Meskipun begitu, politik sebagai seni segala kemungkinan dan strategi merebut kekuasaan, akan selalu dekat dan lekat dengan kapitalisasi isu-isu rasial. Ingat, ketika Prancis tampil dalam Piala Dunia tahun 1998, Jean-Marie Le Pen, politisi kanan-jauh, malah berkomentar, dengan mengatakan bahwa terlalu banyak pemain berkulit hitam dalam timnas Prancis. Komentar yang sama juga dikemukakan lagi di tahun 2002, ketika negara ini melakukan pemilihan presiden.Â
Perhatikan, bahwa dalam pemilihan presiden paling akhir, bulan Juli 2017, ada sekitar 10 juta orang yang memilih Marine Le Pen, putri dari Jean-Marie Le Pen, yang selalu mempersoalkan identitas Prancis. Dengan begitu, euforia kemenangan Prancis dalam Piala Dunia 2018 ini, untuk sesaat akan menyatukan orang Prancis, tetapi tidak untuk selamanya.
Ada Harapan?
Meskipun begitu, sebenarnya ada secercah harapan bagi kesatuan Prancis, dan harapan itu lahir dari sepak bola. Marine Le Pen pernah mengaku sebagai orang yang tidak suka sepak bola dan tidak peduli dengan komposisi pemain Prancis, tetapi yang pernah memberi komentar rasis terhadap kesebelasan Prancis dengan mengatakan, "Ketika saya melihat kesebelasan Les Blues, saya tidak mengenali Prancis."Â
Betapa tidak. Setelah Prancis menekuk Belgia di semifinal, Marine Le Pen berkicau di twitternya, menunjukkan dukungan penuh pada tim ini. Meskipun politik itu mudah berubah, setidaknya sikap positif ini membawa secercah harapan.
Pada saat bersamaan, jajak pendapat itu juga menunjukkan bahwa mayoritas orang Prancis percaya bahwa ada terlalu banyak imigran di negara itu. Dan 56 persen warga Prancis mendukung pemerintah mereka untuk mengusir kapal Aquarius yang mengangkut 629 imigran dan pencari suaka.
Jadi, adakah sungguh-sungguh harapan akan persatuan dan pembaruan berbagai suku dan etnis di Prancis? Tampaknya euforia sepak bola yang menyatukan segenap warga di Prancis hanyalah euforia sesaat. Isu etnik dan suku akan tetap menjadi komoditas politik di negeri Napoleon Bonaparte itu.
Dan itu akan menjadi kabar buruk bagi kita semua yang mencintai perdamaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H