Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Percaya? Guru dan Dosen itu (Memang) Profesi Mulia

14 April 2018   22:45 Diperbarui: 14 April 2018   22:44 1387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi guru dan dosen memang profesi mulia. Sebagian peserta pertemuan juga serius menyimak. Sumber: Dokumen Panitia Pertemuan, 14/04/2018.

Siapa yang menyangka kalua seorang ibu guru yang telah pensiun dari sebuah sekolah negeri, yang dulunya dikenal sebagai guru "killer", yang mengajar bidang studi Kimia yang selalu ditakuti, kini menjadi tempat curahan hati siswa-siswi ketika di usia pensiunnya diminta kembali mengajar agama (Katolik) sebagai guru honor di sekolah negeri tersebut? Siapa juga mengira, seorang guru sekarang bertemu kembali dengan mantan muridnya yang sekarang sudah menjadi guru juga?

Kisah-kisah semacam itu dan kisah-kisah lainnya yang serupa menegaskan pentingnya "penghargaan" (apresiasi) atas suatu hal baik yang telah dilakukan seseorang. Belajar dari Psikologi Positif, "penghargaan" itu tidak sekadar ucapan terima kasih yang kita terima seusai melakukan suatu kebaikan -- yang harus diakui seringkali hanya basa-basi. 

"Penghargaan" (appreciation) sebenarnya ada dalam kelas yang sama -- dan karena itu tidak boleh dipisahkan -- dengan sikap "syukur" (gratitude). Ini adalah adalah sikap "terima kasih" dan "rasa syukur" yang diucapkan secara tulus kepada seseorang yang telah melakukan kebaikan kepada kita.

Harvard Medical School (HMS) mendefinikan apresisasi dan rasa syukur itu sebagai penghargaan yang diterima seseorang, yang melaluinya seseorang menerima pengakuan akan seluruh kebaikan yang telah dilakukannya dan yang berpengaruh pada perubahan kehidupan orang yang mengucapkan rasa syukur dan apresiasi itu. 

Karena itu, masih menurut perspektif HMS, rasa syukur dan apresiasi yang diterima itu akan memampukan orang untuk menghubungkan dirinya dengan sesamanya, dengan alam, bahkan dengan suatu daya-kekuatan yang lebih besar dan yang melampaui dirinya.

Dihubungkan ke pengalaman menjadi guru dan dosen, pengalaman dihargai dan diapresiasi, entah oleh mantan murid, oleh institusi tertentu, pejabat tertentu, dan sebagainya, sejatinya mengafirmasi 3 hal yang menjadi esensi profesi sebagai guru.

Pertama, lebih dari mengajar dan mentransfer ilmu, menjadi guru dan dosen sebenarnya adalah panggilan untuk mengubah peserta didik menjadi baik. Bagian integral dari profesi menjadi guru dan dosen adalah "mencerdaskan kehidupan peserta didik", tetapi jika berhenti di situ, seorang guru dan dosen tidak lebih dari menjadi "tukang ajar". Guru dan dosen adalah profesi untuk mengubah perilaku, mengubah seseorang menjadi manusia yang penuh, yang lebih baik dan lebih manusiawi.

Kedua, apresiasi dan rasa syukur yang diterima berhubungan dengan peran seorang guru dan dosen sebagai model kebaikan. Guru dan dosen itu memang diguguh dan ditiru. Guru kencing berdiri murid kencing berlari, demikian kata pepatah. Peserta didik belajar menjadi pintar dan cerdas secara keilmuan dari penguasaan keilmuan guru dan dosen. Mereka juga bisa belajar sendiri dari berbagai teks dan sumber yang tersedia. 

Tetapi mereka belajar menjadi manusia yang baik karena mereka melihat dan mengalami bagaimana guru dan dosen menjadi orang baik. Dan ini umumnya tidak diajarkan. Ia hanya dialami dalam sebuah relasi personal guru-dosen dengan para peserta didik.

Ketiga, pengalaman dihargai (diapresisasi) itu memang mampu membuat seseorang melampaui dirinya. Pengalaman itu membuat orang menghubungkan dirinya dengan orang lain di luar dirinya, menghadirkan kembali seluruh relasi penuh keintiman yang sudah pernah terjadi di masa lampau, bahkan mampu menghubungkan berbagai pihak dengan suatu daya kekuatan yang lebih tinggi. 

Dalam koteks itu, seorang guru-dosen akan mengalami perjumpaan dengan semacam Kebaikan (The Good) dalam arti kebaikan Absolut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun