Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sean Buranahiran, Kekuatan Media Sosial dan Ziarah Hati

6 April 2018   15:52 Diperbarui: 7 April 2018   15:47 6683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sean Buranahiran menyihir pengikutnya dengan video-video inspiratif. Sumber: www.nationmultimedia.com

Mungkin saya termasuk satu dari sedikit orang yang terlambat menyadari betapa Sean Buranahiran menjadi sosok yang sangat populer di media sosial akhir-akhir ini. Anak muda praktisi media sosial dan motivator ini -- atau mungkin juga seorang penasihat rohani -- sedang menikmati popularitasnya. Hanya setelah salah satu videonya mengenai berjudul "Raja dan Empat Istrinya" menjadi viral di Indonesia, saya tertarik untuk mengecek, siapa sebenarnya "si ganteng" ini, dan mengapa dia berhasil mencuri perhatian jutaan orang di sosial media?

Harus diakui, tidak mudah menemukan profil dan curriculum vitae yang cukup representatif mengenai orang ini. Fakta bahwa akun facebooknya sudah diikuti oleh hampr 3 juta orang menjadi bukti tak-terbantahkan akan popularitasnya.

Video-videonya telah ditonton dan di-shared jutaan kali. Beberapa videonya bahkan sudah diberi subtitle dalam Bahasa Indonesia oleh para penggemar dan pengikutnya. Menariknya, ada bloger yang memaknakan Sean Buranahiran tidak hanya sebagai fenomenal, tetapi juga sebagai contoh positif tentang bagaimana seharusnya menjadi terkenal di media sosial. 

Tentang hal terakhir, Sean Buranahiran diposisikan sebagai sosok panutan, bahwa menjadi terkenal, tenar, dan memiliki banyak pengikut di dunia maya seharusnya dilakukan bukan dengan cara merendahkan diri, juga bukan dengan melakukan hal-hal yang konyol. Seseorang menjadi terkenal karena kemampuan menyajikan konten-konten positif dan menginspirasi. Kesan ini, menurut saya, benar demikian. Mengkreasi suatu konten positif dan disukai banyak orang itu jauh lebih bermartabat daripada melakukan hal-hal yang konyol dan memalukan.

Hal lain yang juga menarik bagi saya adalah kenyataan bahwa Sean Buranahiran intens menyebarkan kisah/cerita yang sifatnya inspiratif  dan mendorong orang untuk hidup lebih baik dan positif, adalah bahwa semacam pengalaman "pertobatan" dan peralihan hidupnya. 

Saya belum menemukan seperti apa kehidupan seorang Sean Buranahiran sebelumnya. Meskipun demikian, sebuah informasi online dapat dirujuk, bahwa Sean Buranahiran pernah mengalami semacam titik balik (turning point) dalam hidupnya setelah membaca novel The Alchemist karya Paulo Coelho, tetapi juga buku prosa-puisi berjudul The Prophet karya Kahlil Gibran dan Musashi, yakni tentang kisah hidup Miyamoto Musashi, penulis The Book of Five Rings". Kenyataan ini sebetulnya mengafirmasikan hal yang semakin sering dilupakan orang, bahwa membaca memang mampu memengaruhi dan mengubah kehidupan seseorang. Dengan membaca, orang dapat mengalami perubahan hidup, setidaknya beralih ke kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

Si Gembala alias Sang Peziarah dalam novel The Alchemist sebagaimana diilustrasikan. Novel ini mengajarkan keteguhan hati untuk mewujudkan takdir dan meraih harta karun kita masing-masing. Sumber: http://jeffpalmstudio.com/alchemist/
Si Gembala alias Sang Peziarah dalam novel The Alchemist sebagaimana diilustrasikan. Novel ini mengajarkan keteguhan hati untuk mewujudkan takdir dan meraih harta karun kita masing-masing. Sumber: http://jeffpalmstudio.com/alchemist/
Dalam kesempatan yang sama saya juga sadar diri sebagai orang yang ternyata belum pernah membaca kisah Musashi dan The Prophet karya Khalil Gibran itu. Tentang yang terakhir, agak aneh memang, karena sebenarnya sudah puluhan syair dan puisi penulis asal Lebanon ini yang pernah saya baca. Diam-diam saya berjanji kepada diriku untuk membaca karya-karya ini. 

Tentang The Alchemist, saya tampaknya setuju dengan Sean Buranahiran. Membaca novel karya penulis asal Brasil ini sungguh mencerahkan. Bagi saya, membaca novel yang sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari tujuh puluh bahasa itu ibarat membaca sebuah Kitab Suci. Betapa tidak. Novel yang diterbitkan tahun 1988 (edisi Bahasa Indonesia diterbitkan secara resmi oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama) itu berkisah tentang seorang gembala yang melakukan sebuah ziarah ke Mesir untuk mendapatkan harta karun. Bagaimana mungkin seorang gembala sederhana dari Andalusia bermimpi meraih takdirnya dan mampu melakukannya?

Dua karakter kuat saya rasakan ketika membaca novel ini. Pertama, Paulo Coelho mengingatkan kita untuk selalu mengikuti kata hati, menaati dorongan dari dalam diri supaya bergerak keluar, pergi meninggalkan diri, beranjak dari zona kenyamanan, demi mengejar harta berharga. 

Kedua, setiap individu memiliki apa yang disebut takdir (fate) yang berbeda. Orang bisa memilih untuk merealisasikannya -- dan itu artinya dia memilih untuk bergerak keluar -- tetapi orang juga bisa memilih untuk tidak merealisasikannya. Dan dalam upaya mewujudkan takdir itu, setiap individu diajarkan untuk terbuka kepada berbagai kejutan yang akan terjadi dalam hidup. Dan ini menyadarkan kita akan kebijaksanaan klasik dalam hidup, bahwa memang segala hal telah direncanakan secara rapi dan terukur akan terjadi sesuai yang dikehendaki. Itulah alasannya mengapa manusia suka memiliki rencana A dan rencana B dalam hidupnya. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa akan ada banyak kejutan yang muncul selama pencarian harta terpendam itu.

Jika Anda menonton beberapa video inspiratif yang dibuat Sean Buranahiran, sebut saja "Raja dengan Empat Istrinya"  atau "Sang Budha dan Pengemis", saya yakin Anda akan akan menangkap kesan kuat tentang pentingnya mengolah dan mengembangkan kehidupan internal dan dimensi spiritualitas hidup manusia. Itulah sebetulnya pesan yang ditarget Sean Buranahiran.

Sean Buranahiran berbicara tentang perlunya memberi makan kepada jiwa, pentingnya menjaga kesehatan jiwa, dan karena itu, jangan hanya mengejar hal-hal yang sifatnya eksternal dan periferi. Keunggulan Sean Buranahiran adalah bahwa ajaran-ajarannya itu disampaikan dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Thailand yang lugas dan sederhana sehingga mudah diingat. Di atas semuanya itu, saya kira juga karena itu disampaikan oleh seorang anak yang masih muda, segar, dan terkesan tidak menggurui.

Di situlah menurut saya kekuatan inspiratif dari Sean Buranahiran, selain tentu saja tema-tema yang disampaikannya memang sedang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang. Channel Youtube Sean Buranahiran sendiri sudah diikuti oleh hampir dua ratus ribu orang, sementara hampir setiap video dari total 141 video yang telah diproduksi biasanya disukai dan dibagikan kembali jutaan kali.

Fenomena Sean Buranahiran, bagi saya, adalah sebuah paradoks modernitas. Sangat mungkin apa yang dikatakan Sean dipengaruhi oleh kultur dan cara berefleksi orang Thailand yang Buddhis itu. Tetapi mengapa ajaran-ajarannya mendunia dan melampaui kultur dan agama? Menurut saya, itu karena masyarakat kita sekarang mengalami semacam kekosongan jiwa. 

Dan itulah paradoksnya. Media sosial dan kecepatan informasi membuat kita terhubung satu sama lain. Kita menggenggam seluruh realitas lewat gawai kita. Kita juga giat bekerja dan tekun merealisasikan kehidupan ekonomi. Kita ingin mewujudkan seluruh hal yang dicita-citakan dalam hidup, dan semuanya itu dapat kita raih karena segala kondisi dan kesempatan memang tersedia di hadapan kita. Tetapi justru di tengah usaha dan keberhasilan hidup itu, kita sering lupa memberi ruang bagi pemeliharaan jiwa kita. 

Kita menjadi orang yang terlalu sibuk sampai lupa kalau kita perlu jeda. Kita mengabaikan pentingnya ruang kosong, pentingnya momen untuk mengambil jarak dan berefleksi. Kita butuh momen kontemplasi, saat kita melihat kembali seluruh perjalanan hidup kita. Dalam momen reflektif dan pengambilan jarak semacam itulah kita akan mampu menyadari berbagai kejutan yang telah terjadi dalam hidup ini sambil terus membuka diri kepada kejutan-kejutan selanjutnya.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun