Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ucapan "Terima Kasih" yang Membekas

16 Maret 2018   07:07 Diperbarui: 16 Maret 2018   13:19 3205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpustakaan utama di tempat saya bekerja. Sumber: https://twitter.com/atmalib

Mengucapkan terima kasih itu ternyata mampu mempererat persahabatan. Sumber: https://www.thoughtco.com
Mengucapkan terima kasih itu ternyata mampu mempererat persahabatan. Sumber: https://www.thoughtco.com
Kedua, kata terima kasih ternyata mampu menumbuhkan rasa sukacita dan kegembiraan. Kegembiraan, menurut saya, bermakna lebih sempit. Orang yang menerima hadiah baru bisa saja bergembira. Tetapi orang yang sedang dalam kesusahan sudah hampir pasti tidak merasa gembira. Tetapi tidak demikian dengan sukacita. 

Orang yang menerima hadiah atau mendapat kenaikan gaji pasti bergembira tetapi belum tentu bersukacita. Sebaliknya, orang yang sedang dalam kesusahan, bisa saja bersukacita. Jika kegembiraan menyentuh aspek eksternal manusia, sukacita lebih merupakan rasa gembira dalam hati. Ada energi positif yang mengalir dari dalam hati, yang mendorong seseorang untuk bersukacita.

Mengucapkan "terima kasih" tidak hanya membuat orang bergembira, tetapi sekaligus menjadikannya bersukacita. Dia mengalami kegembiraan dalam batin. Dalam pengalaman religius, sukacita itu dialami karena perjumpaannya dengan suatu kebaikan, dan Tuhan menggunakan kita yang mengucapkan terima kasih itu sebagai sarana untuk menyampaikan kebaikan tersebut. Dengan begitu, ucapan terima kasih kita menyentuh jiwa, mengubahnya menjadi sukacita dan memungkinkan seseorang mengalami kehadiran Tuhan, atau sekurang-kurangnya mengalami kehadiran suatu kebaikan yang lebih besar.

Ketiga, dengan begitu, mengucapkan terima kasih sekaligus berarti membuka hati dan kebaikan Tuhan kepada orang lain. Agama mengajarkan supaya kita mencintai diri, sesama, dan Tuhan dengan sepenuhhati dan bukan setengah hati. Sapaan terima kasih yang membekas dan menyentuh hati mendorong seseorang membuka dirinya kepada Tuhan. Orang itu dimampukan untuk mengalami kebaikan Tuhan melalui kita (yang mengucapkan terima kasih).

Genoveva tidak menyadari bahwa apa yang dikatakannya telah memicu refleksi sejauh ini. Meskipun sederhana, ini sebuah perkara serius. Kita membangun komunikasi dan relasi dengan sesama, menurut saya, harus bisa menyentuh aspek emosional. Mengapresiasi orang lain dalam hal yang kecil sekalipun, termasuk di dalamnya adalah mengucapkan terima kasih selepas office boy mengantarkan teh hangat di ruang kerja, seusai cleaning service mengepel ruang kerja, setelah petugas mengantarkan surat, dan seterusnya, itu akan menjadi praktik yang membekas.

Dia akan menyentuh hati, membukanya kepada penghargaan dan kasih. Dan lebih tinggi lagi adalah menyingkapkan kasih dan kebaikan Tuhan kepada manusia.

Jadi, jangan pernah abai mengucapkan "terima kasih".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun