Dunia jagat maya kembali heboh dengan ulah segelintir laki-laki yang melakukan pelecehan terhadap perempuan. Seorang pasien perempuan yang hendak menjalani pembedahan di National Hospital, hari Kamis, 25 Januari 2018, dilecehkan oleh seorang perawat pria. Pasien perempuan yang memiliki ribuan pengikut di instagram itu berteriak histeris kepada seorang perawat laki-laki setelah menjalani proses bedah. Meskipun dibius, perempuan itu belum benar-benar hilang kesadarannya. Dan pada waktu itu dia merasa ada tangan yang masuk dan memegang payudaranya.Â
"Kamu pegang payudara saya kan. Kamu remas-remas kan sampai dua tiga kali, tanganmu kamu masukkan," ucap pasien itu sambil beruarai air mata. Pelaku itu pun mengakui bahwa ia memang melakukan hal tercela itu, dan itu nampak dari gerak tubuhnya yang tidak bisa mengelak di hadapan korban dan keluarganya. Sebagai dampak dari perbuatannya, manajemen National Hospital pun tidak segan-seganmemecat perawat itu. Pelakunya pun terancam masuk bui karena kasusnya segera akan diselidikpihak berwajib.
Masih dalam bulan ini juga, jagat maya dihebohkan oleh ulah IST, seorang duda yang meramas payudara seorang pejalan kaki di daerah Beji, Depok. Peristiwa yang terjadi pada 11 Januari 2018 itu berhasil terekam kamera CCTV, dan dari sanalah polisi kemudian berhasil menangkap pelakunya. Sementara itu, hari Kamis sore kemarin, 25 Januari 2018, seorang pria diamankan pihak kepolisian di Gunung Kidul karena meremas payudara seorang perempuan yang sedang mengendarai motor.
Alasan Laki-laki Melakukan Pelecehan
 Jika ditanya mengapa laki-laki melakukan pelecehan terhadap perempuan, sudah hampir dipastikan laki-laki akan menjawab bahwa dia melakukannya karena iseng, karena ada kesempatan, karena berhadapan dengan perempuan yang sedang sendiri, berada atau menjumpai perempuan di tempat yang sepi, dan sebagainya.
Meskipun begitu, cukup banyak studi yang menunjukkan adanya berbagai alasan yang mendorong laki-laki melakukan pelecehan seksual.Sebuah survei terhadap 88 perempuan menunjukkan bahwa ternyata 99 persen perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di jalan.Â
Pelecehan itu termanifestasi secara beragama, dengan persentasi yang paling tinggi mulai dari melirik (leering), membunyikan klakson ketika melihat perempuan (honking), bersiul (whistling), lalu kemudian diikuti dengan melontarkan komentar seksi, bahasa tubuh yang vulgar, melontarkan komen-komen yang mengandung cabul secara eksplisit, dan mengeluarkan bunyi/suara seperti orang berciuman (kissing noises). Perhatikan chart Part 1 di bawah ini.
Bisa jadi perilaku-perilaku itu mengingatkan kita akan bahaya yang lebih besar lagi yang sedang mengancam kaum perempuan dan kelompok-kelompok yang rentan terhadap pelecehan seksual (seperti juga halnya kelompok LGBT). Kita perlu memelototi berbagai data penelitian di tanah air soal motif tindakan pelecehan dan manifestasi perilaku seperti apa.
Dalam kasus pelecehan yang dilakukan seorang perawat di National Hospital, misalnya, tampaknya kode etik dan kode perilaku keperawatan tidak mampu menjaga dan mengendalikan perilaku seorang profesional. Dan ini berbahaya, karena profesi pelayan kesehatan umumnya memosisikan perempuan (dan orang sakit pada umumnya) sebagai pihak yang rentan.Â
Dalam arti itu, perlindungan terhadap pasien harus lebih ditingkatkan lagi. Berbagai langkah bisa dilakukan, misalnya, dengan memeriksa secara berkala integritas moral dan keadaan psikis para profesional yang sebagian besar waktunya berhadapan dengan kelompok rentan seperti pasien, perempuan, orang cacad, dan anak-anak.
Memang tidak mudah menyimpulkan bahwa pendidikan moral dan pendidikan keagamaan telah mengalami kegagalan. Saya hanya ingin mengatakan, bahwa pendidikan moral dan pendidikan agama yang baik seharusnya mendorong orang untuk memiliki sikap yang positif terhadap perempuan, dan bukan sebaliknya malah memosisikan perempuan sebagai sumber dosa, sumber godaan, atau makhluk yang harus dihindari. Jika persepsi demikian yang ditanamkan dalam diri generasi muda, sikap dan perilaku laki-laki terhadap perempuan tidak akan pernah bisa berkembang ke arah yang positif.
Adalah tugas dan tanggung jawab kita semua untuk bisa mengatasi dan mencegah hal ini. Kita mulai dari diri kita sendiri dengan menanamkan sikap dan perilaku positif terhadap perempuan. Dalam hal ini, saya teringat kata-kata bijak yang pernah diucapkan Sang Guru dari Nasareth, "Barangsiapa yang memandang perempuan dan menginginkannya dalam hatinya, sesungguhnya dia telah berzinah dengan perempuan itu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H