Mohon tunggu...
YEREMIAS JENA
YEREMIAS JENA Mohon Tunggu... Dosen - ut est scribere

Akademisi dan penulis. Dosen purna waktu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Permainan dan Pertandingan

20 Maret 2011   22:14 Diperbarui: 24 Agustus 2019   22:00 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sementara dengan memperhatikan juga peran dan perilaku orang lain memampukan orang untuk senantiasa mengevaluasi peran dan perilaku dirinya, menempatkan dirinya dalam tegangan antara peran dan perilaku pribadi dan perilaku ideal yang disodorkan orang lain (masyarakat).

Pembedaan semacam ini sangat sentral dalam pemikiran Mead ketika ia memahami masyarakat sebagai sebuah proses. Bagi dia, masyarakat itu ibarat pertandingan. Ia adalah sebuah realitas sosial yang sangat dinamis yang di dalamnya manusia berada dalam proses “akan jadi” (will be) dan tidak pernah sebagai fakta sosial yang statis dan lengkap.

Dalam masyarakat yang dinamis inilah setiap orang (diri) akan melakukan interpretasi dan internalisasi subjektif atas realitas objektif. Diri kita benar-benar merupakan hasil internalisasi atas apa yang telah digeneralisir orang lain atau kebiasaan-kebiasaan, nilai dan pandangan hidup komunitas yang lebih luas.

Diri yang sejati dibentuk dari kemampuan mengatasi (to transcending) dan mensintesakan ketegangan antara diriku atau nilai-nilai dan pandangan hidupku dengan diri objektif atau nilai-nilai atau pandangan hidup komunitas.

Bukankah dengan demikian, realitas sosial yang dinamis ini adalah sebuah pertandingan? Ya, begitulah keadaannya. Setiap anggota masyarakat secara niscaya dihadapkan pada pilihan atau menghayati kehidupan sosial sebagai sebuah permainan (play) atau pertandingan (games).

Bagi mereka yang memutlakkan nilai dan pandangan hidup pribadi dan mengharapkan atau memaksa orang untuk mengikutinya akan memilih dan menghayati hidup sosial sebagai sebuah permainan.

Sementara bagi mereka yang menghormati dan mengidealkan nilai-nilai tertentu dari masyarakat sebagai yang melengkapi dan memperkaya nilai dan pandangan hidupnya akan memilih dan menghayati kehidupan sosial sebagai sebuah pertandingan.

Tanpa harus mereduksikan kekayaan realitas sosial, sebenarnya tidaklah sulit untuk membidik beberapa perilaku sosial berbangsa dan bernegara yang dihayati semata-mata sebagai permainan.

Upaya yang secara sengaja dilakukan untuk membebaskan diri dari tuntutan keadilan hukum dengan memanfaatkan celah-celah hukum tertentu yang lemah harus disebut sebagai pemaksaan peran dan nilai pribadi atas nilai-nilai komunitas. Belum lagi ketidakberanian kita dalam mengejar dan mengungkapkan korupsi dengan dalih bahwa kita mau membiarkan proses yang ada sekarang berjalan menurut ketentuan hukum yang ada.

Padahal nyata bahwa hukum yang ada banyak kali mengandung cacat yang dapat dimanfaatkan untuk membebaskan diri dari jerat yang dipasang oleh hukum itu sendiri.

Perilaku-perilaku sosial-politis lainnya seperti penyalahgunaan dana sumbangan kemanusiaan, money politic dalam pemilihan pejabat, dan sebagainya harus disebut sebagai pemaksaan nilai-nilai pribadi dan pelecehan terhadap nilai-nilai komunitas yang ideal dan objektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun