Kalau mendengar kata "peta" dengan pelafalan "péta," orang Indonesia pasti langsung berpikir tentang suatu gambar pada kertas atau aplikasi yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya. "Peta" biasanya digunakan jika seseorang ingin mencari tahu di mana lokasi suatu objek atau bagaimana caranya mencapai objek tertentu. Selain itu, kata "PETA" dengan pelafalan yang sama merupakan singkatan dari "Pembela Tanah Air"; sebuah kesatuan militer yang dibentuk pemerintah Jepang saat menduduki Indonesia pada tahun 1942 hingga tahun 1945.
Namun, kata "PETA" bagi kalangan masyarakat internasional bukan mengacu kepada kertas atau aplikasi penunjuk lokasi maupun kesatuan militer yang dibentuk pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Bagi kalangan masyarakat internasional, kata "PETA" dengan pelafalan "pita" merupakan singkatan nama bagi organisasi "People for the Ethical Treatment of Animals." Belakangan, organisasi ini dikenal di Indonesia karena menyurati menteri pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto. Dalam surat tersebut, PETA mendesak Prabowo memerintahkan TNI menghentikan latihan memakan hewan hidup-hidup di Thailand dalam kegiatan "Cobra Gold 2021."
Lalu seperti apa organisasi PETA ini?
Organisasi PETA ini berbasis di kota Norfolk, negara bagian Virginia, Amerika Serikat, dan didirikan pada tanggal 22 Maret 1980 oleh dua orang aktivis hak hewan bernama Ingrid Newkirk dan Alex Pacheco. Organisasi ini memiliki moto "animals are not ours to experiment on, eat, wear, use for entertainment, or abuse in any other way" yang berarti "hewan bukan milik kita untuk dijadikan eksperimen, dimakan, dipakai, digunakan untuk hiburan, atau disalahgunakan dengan cara lain." Sesuai dengan moto organisasinya, organisasi ini disebut memperjuangkan hak-hak hewan dari perlakuan manusia yang tidak etis terhadap hewan.
Organisasi ini sebetulnya sudah dikenal sejak lama di kalangan masyarakat Amerika Serikat sebagai organisasi yang sangat kontroversial karena memperjuangkan hak-hak hewan dengan cara yang ekstrem. Organisasi ini dikenal kerap menyampaikan pesan mereka dengan cara provokatif, misal menyebarkan poster dengan gambar manusia maupun hewan yang diperlakukan dengan sadis. Organisasi PETA juga dikenal dengan propagandanya yang mendukung gerakan veganisme, serta menentang adanya kebun binatang, hewan percobaan, peternakan bulu hewan, maupun penggunaan hewan untuk kepentingan hiburan.
Tidak jarang juga, organisasi PETA mengundang protes dari warganet. Pada tahun 2018 yang lalu, organisasi PETA menjadi sasaran kritik setelah mengirimkan cuitan di media sosial Twitter dengan ajakan menghentikan penggunaan idiom bahasa Inggris yang mengandung kata-kata "antihewan" dan menggantinya dengan idiom yang mengandung kata-kata bersahabat. Warganet lalu menjadikan cuitan organisasi PETA tersebut sebagai bahan meme yang justru menyudutkan organisasi ini yang dianggap berlebihan.
Organisasi PETA juga kerap dianggap organisasi yang tidak sejalan dengan tujuannya. Hal ini ditandai dengan beberapa laporan yang menyebut bahwa organisasi PETA sering menculik hewan-hewan yang dipelihara masyarakat. Bahkan, sebuah situs bernama "PETA Kills Animals" menyebut setidaknya sejak paruh kedua tahun 1998 hingga tahun 2020, organisasi PETA telah menampung 49.737 ekor anjing dan kucing selain hewan yang telah dikebiri. Dari keseluruhan anjing dan kucing yang ditampung tersebut, 4.241 ekor di antaranya ditransfer, 3.488 ekor diadopsi, dan sebanyak 41.539 ekor di antaranya dibunuh dengan cara eutanasia. (Artikel PETA Kills Animals)
Di Indonesia, surat organisasi PETA kepada menteri pertahanan Prabowo Subianto juga menuai kritik. Warganet Indonesia menganggap bahwa meminta kepada TNI untuk menghentikan latihan memakan hewan seperti tokek maupun ular hidup-hidup sangat tidak masuk akal karena prajurit TNI harus dilatih bagaimana caranya harus bertahan hidup di alam terbuka. Bahkan, sejumlah warganet berseloroh agar PETA menyediakan bagi prajurit TNI yang sedang bertahan di hutan makanan-makanan cepat saji maupun makanan khas Indonesia, seperti KFC, McDonalds, Pecel Lele, dan bahkan Lontong Sayur.
Pada intinya, organisasi PETA ini sudah dikenal sebagai organisasi yang kontroversial, jika tidak bisa disebut sebagai organisasi bermasalah. Organisasi yang digadang-gadang memperjuangkan hak hewan ini kerap menuai kontroversi, baik di dalam maupun di luar kalangan masyarakat pecinta hewan, atas cara-cara mereka yang ekstrem dalam memperjuangkan tujuan mereka. Bahkan bagi sejumlah kalangan, organisasi PETA telah dicap sebagai "hate group" atau kelompok pembenci. Jadi, sebaiknya menteri pertahanan Prabowo Subianto tidak perlu menanggapi dengan serius surat dari organisasi PETA tersebut. Karena, selain tidak sejalan dengan cara prajurit TNI bertahan hidup dalam keadaan darurat, organisasi PETA sudah dari sononya dianggap kontroversial.
19 Februari 2021
Â
Jeremia Kevin Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H