Mohon tunggu...
jeremiah sean
jeremiah sean Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pemula

Sedang belajar menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Barapen dan Pancasila

9 Juli 2021   21:12 Diperbarui: 9 Juli 2021   21:19 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari 17.499 pulau. Hal ini yang menyebabkan banyaknya suku yang ada di Indonesia, bahkan terdapat sekitar 1.340 suku. Belum lagi jika kita lihat dari segi bahasa. Bahasa di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Terdapat 668 bahasa pada tahun 2018, lalu meningkat ke 801 bahasa pada tahun 2019. Dengan keberagaman ini Indonesia harus memiliki solidaritas dan kepercayaan yang tinggi terhadap pemerintah sehingga Indonesia dapat terus maju dan tidak terpecah belah. Namun kenyataannya rakyat Indonesia sendiri masih belum dapat menerima keberagaman tersebut. Dari masih mudahnya tersulut emosi karena berita berita hoax sampai adanya individu-individu yang ingin dan berhasil memecah belah rakyat dengan membawa agama. Kejadian serang suku, ras, maupun agama sudah sangat sering kita lihat di jaman sekarang. Bahkan anak-anak kecil sudah biasa menjelekan ras ataupun agama lain. Apalagi saat mendekati pemilu, kehidupan rakyat seolah olah berubah 180°, kita akan sulit melihat persatuan dan kesatuan yang ada di masyarakat saat mendekati pemilu. Perdebatan tentang agama, ras, maupun politik akan terjadi di berbagai platform seperti sosial media, TV, dan whatsapp grup keluarga. Dengan fakta fakta keadaan masyarakat Indonesia yang terjadi di atas, masih bisakah persatuan itu ada di kehidupan sehari hari kita? Apakah nilai nilai Pancasila yang kita bacakan setiap saat kita upacara dapat terus ada di kehidupan kita? Dari penulisan ini, kami tim penulis akan membedah dan mengurai persatuan Indonesia dan menghubungkannya dengan kearifan lokal yang ada di tanah air. Bagaimana masyarakat pedalaman Papua dapat menghidupi Pancasila, bahkan melebih dari rakyat ibu kota? 

TRADISI BARAPEN 

Barapen adalah sebuah tradisi yang berasal dari masyarakat Papua. Barapen memiliki arti bakar batu. Sesuai dengan namanya, dalam memasak dan mengolah makanan untuk pest, suku-suku di Papua menggunakan metode bakar batu. Awalnya seorang penduduk akan menggali tanah berbentuk kolam. Kemudian beragam bahan makanan itu dimasukkan ke kolam yang sebelumnya dialas alang-alang. Setiap jenis makanan dipisahkan dengan berlembar-lembar daun pisang. Setelah semuanya masuk, bahan makanan itu kemudian ditimpa dengan batu hingga rapat, dan jika dirasa sudah matang baru diangkat. Semua rakyat sekitar ikut berperan antaramengumpulkan batu, menggali lobang, maupun mengumpulkan bahan makanan seperti umbi-umbian, sayur bahkan daging. Barapen ini biasanya dilakukan dalam rangka ucapan syukur atas berkat yang melimpah, syukur atas pernikahan, penyambutan tamu agung, dan upacara kematian. Barapen ini juga bisa menjadi bentuk perdamaian antar masyarakat setelah mengalami perang antar suku. Pesta Bakar Batu ini juga menjadi ajang untuk berkumpul bagi warga. Di tiap daerah dan suku di kawasan Lembah Baliem, Barapen memiliki istilah sendiri. Seperti masyarakat Paniai, Barapen disebut dengan nama Gapii atau Mmogo Gapii. Sementara masyarakat Wamena menyebutnya Kit Oba Isago. Namun di kalangan Papua pantai, tradisi ini disebut Barapen. Barapen dipercaya menjadi tradisi tertua di Papua. Barapen merupakan acara yang paling ditunggu warga suku-suku pedalaman Papua. Demi mengikuti pesta ini warga rela meninggalkan kegiatan berladang. Selain itu, mereka juga bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar untuk membiayai pesta ini Menginjak jam makan siang, dan pidato usai, sebagian yang bertugas masak segera membongkar lubang bakar batu. Mereka mengiris daging yang besar-besar itu menjadi lebih kecil. Para perwakilan kelompok mendatangi lubang bakar batu. Mereka dapat jatah untuk masing-masing kelompok. Pejabat yang datang mendapat antaran pertama bakaran. Juga para pejabat non-Kristen yang hadir disuguhi daging ayam hasil bakar batu itu. Setelah itu baru giliran masyarakat yang hadir. Masyarakat antri rapi dan tidak rebutan. Masing-masing kelompok mewakilkan salah satu anggotanya untuk mendekat ke lubang bakaran. Setelah mereka mendapat bagian, wakil ini lari menuju tempat kelompoknya berkumpul. Kalau masih kurang, mereka kembali lagi ke tempat bakar batu. Hebatnya, ratusan orang yang datang akan dapat bagian semua. 

BARAPEN SIMBOL SOLIDARITAS 

Terdapat banyak makna mendalam yang terkandung dari tradisi ini. Yaitu bahwa ungkapan syukur pada Tuhan sebagai simbol dari solidaritas antar sesama yang kuat. Nilai toleransi juga dijunjung tinggi pada tradisi ini, karena antar agama bisa mengikuti upacara iniseperti contoh untuk komunitas/suku yang non-Kristen juga mengikuti tradisi ini bersama-sama dengan yang lain namun media yang dibakar diganti menjadi ayam. Upacara bakar batu juga merupakan simbol kesederhanaan masyarakat Papua. Muaranya ialah persamaan hak, keadilan, kebersamaan, kekompakan, kejujuran, ketulusan, dan keikhlasan yang membawa pada perdamaian. 

PANCASILA & BARAPEN 

Pancasila adalah dasar dan pedoman yang kuat untuk mencapai tujuan negara Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dua kata yaitu “Panca” yang berarti lima dan “Sila” yang berarti prinsip atau asas. Isi dari Pancasila adalah “Ketuhanan yang maha esa”, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, “Persatuan Indonesia”, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan keadilan” dan sila terakhir “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. 

Tradisi Barapen ini mengandung nilai-nilai Pancasila dalam pelaksanaannya. Pada sila yang pertama yaitu “Ketuhanan yang maha esa”, masyarakat Papua menerapkan ini dalam tradisi Barapen dimana mereka menjunjung tinggi agama dan kepercayaan yang dianut. Keyakinan akan Tuhan ini ditunjukkan dengan masyarakat Papua yang memeluk agama, dan melakukan ritual/upacara tersendiri sebagai ungkapan rasa syukur atau persembahan kepada Tuhan yang mereka anut/percaya.

Kemudian ada juga sila berikutnya yang terkandung dalam tradisi ini yaitu sila ketiga, “Persatuan Indonesia”. Nilai persatuan ditunjukkan pada saat mereka menerapkan toleransi terhadap perbedaan, mau itu perbedaan suku maupun agama dan latar belakang, dan mengutamakan kebersamaan yang pada akhirnya membawa perdamaian. Ini juga bisa dilihat ketika kedua desa/suku yang berkelahi disudahi dan ditandai perdamaiannya dengan mengadakan budaya ini sebagai pesta makan-makan. Ada juga nilai gotong-royong dan kekompakkan yang diterapkan sebagai bentuk persatuan masyarakat dalam mempersiapkan upacara Barapen ini. 

BARAPEN INDONESIA 

Dari penjelasan yang ada diatas, ada beberapa hal yang dapat menjadi relevansi antara makna dan nilai-nilai dari kearifan lokal Barapen dengan masa sekarang. Yang pertama yaitumengenai masyarakat Papua yang menerapkan tradisi Barapen dimana mereka menjunjung tinggi agama dan kepercayaan yang dianut dengan memeluk agama dan melakukan ritual/upacara tersendiri sebagai ungkapan rasa syukur dan persembahan kepada Tuhan. Di jaman sekarang, terutama dengan adanya pandemi covid, sebenarnya merubah struktur tatanan yang ada di muka bumi, tak terkecuali mengenai agama. Dimana pada saat sebelum pandemi, ritual seperti datang ke tempat ibadah untuk menyembah Tuhan dilaksanakan secara offline menjadi terhambat. Namun di jaman sekarang, dengan adanya teknologi yang canggih, ritual tersebut tetap bisa dijalankan dengan jarak jauh atau virtual. Dengan itu, maka mengenai masyarakat Papua yang menerapkan tradisi Barapen dimana mereka menjunjung tinggi agama dan kepercayaan yang dianut dengan memeluk agama dan melakukan ritual/upacara tersendiri sebagai ungkapan rasa syukur dan persembahan kepada Tuhan yang berkaitan dengan sila pertama masih relevan dengan zaman sekarang, meskipun dilakukan dengan cara berbeda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun