Abang tukang bakso
Mari-mari sini, aku mau beli
Abang tukang bakso
Cepat dong kemari
Sudah tak tahan lagi
Satu mangkok saja
Lima ribu perak
Yang banyak baksonya
Tidak pakai saos
Tidak pakai sambel
Tapi minta pakai kol
Bakso bulat seperti bola pingpong
Kalau lewat membikin perut kosong
Jadi anak janganlah suka bohong
Kalau bohong digigit kambing ompong
Pada tahun 2009 silam, ada seseorang yang mengundurkan diri dari pekerjaannya. Lalu diputuskan untuk berjualan bakso ikan. Setiap hari berbelanja ke pasar dan bakso dibuatnya sendiri. Kemudian mengantar pesanan dengan mendatangi rumah ke rumah.Â
Modal tak mencukupi untuk membeli rombong maupun gerobak. Maka dijajakanlah memakai tas kresek. Dalam keterbatasan kemampuan finansial, pada 16 September 2009, tukang bakso mengalami "pencangkokan otak" untuk menguasai strategi membeli properti secara kontan tanpa uang tanpa KPR.
Tiga bulan kemudian, tukang bakso mulai take action...
Sang tukang bakso mengantarkan pesanan pelanggan di sebuah perumahan di kawasan Krian Sidoarjo Jawa Timur. Dengan mantap mendatangi sekuriti perumahan dan bertanya, "Kantor pemasarannya dimana ya?"
Ternyata sekuriti balik bertanya, "mau apa? mau ngantar bakso?"
Sang tukang bakso malah bertanya berapa harga rumah di kawasan ini.
Pandangan yang meremehkan dari sekuriti, dimulai dari memandangi ujung rambut hingga ujung kaki tukang bakso hingga berakhir ke tas kreseknya. Peristiwa yang sangat membekas dalam dirinya, yang membuatnya malu bagaikan seperti kepiting rebus.
Ditolak bukan berarti game over. Tanpa putus asa, terus tancap gas untuk mengasah kemampuannya. Hingga pada suatu hari bulan Februari 2010, sebuah rumah mungil senilai Rp. 65 juta di salah satu perumahan kawasan Krian Sidoarjo Jawa Timur. Selang dua bulan kemudian, berhasil membeli rumah senilai Rp 40 juta di kampung halamannya di Kediri Jawa Timur.
Sang tukang bakso sebagai orang sederhana yang dalam keterbatasan finansial, berhasil mengawalinya untuk mempraktikkan strategi membeli properti secara kontan tanpa uang tanpa KPR.Â