Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Di Bawah Serangan Siber, Menyadap Eksekutif Grup Korporasi?

1 September 2020   16:37 Diperbarui: 1 September 2020   16:46 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat itu 25 Oktober 2015 silam di salah satu sudut Lotte Shopping Avenue di Jakarta Selatan. Ada acara peluncuran program Indonesia Diversity, di mana dapat menikmati talkshow, hiburan musik, pembacaan puisi, pameran fotografi dan videografi.

Dari rangkaian kegiatan tersebut, pembacaan puisi lumayan menarik perhatianku. Dibawakan seseorang berwajah oriental dan berkaos oblong. Diriku benar-benar tak mengenal gerangan siapakah beliau. Penampilan seorang seniman, tapi...

Hingga suatu waktu saat beberapa bulan kemudian, sempat membaca sebuah majalah di sebuah perpustakaan. Ada sebuah sosok dalam majalah, yang kemudian mengingatkanku kembali akan rangkaian kata-kata nan puitis dirinya saat peluncuran Indonesia Diversity. Ternyata oh ternyata, beliau adalah seorang eksekutif dari sebuah grup korporasi.

Hingga suatu waktu Sang Momen mempertemukan kami dalam acara berbuka puasa dari yayasan yang dipimpinnya saat itu. Beliau merupakan pensiunan direksi salah satu anak usaha grup korporasi tersebut, namun masih diberikan amanat sebagai ketua pengurus yayasan dari grup korporasi tersebut.

Dari setiap momen kegiatan acara offline yayasan, selalu saja dibumbui oleh pembacaan puisi darinya. Diriku yang apabila menyempatkan hadir atas undangan kegiatan dari yayasan tersebut, selalu menunggu momen merayakan kehidupan dari puisi nan puitisnya.

Nah, ada setidaknya sempat dua kali diriku kehilangan nomor kontaknya. Ketika pertama kali kehilangan, diriku langsung Direct Message via Instagram pada 2019 silam.

Namun diriku kehilangan nomor kontaknya lagi pada 2020 silam. Setelah mencoba menghubungi dua bawahannya, yang satu tak ada respons sama sekali. Sementara yang satu bilang akan mengirimnya, namun tak pernah terealisasi.

Akhirnya teringat bahwa jejak digital percakapan di DM Instagram, pasti masih menyimpan nomor kontaknya. Namun ketika membukanya di bulan April 2020, betapa terkejut ketika melihat layar DM telah kosong.

"Anjay.... Cukcuk....," umpatku dalam hati.

Trus kucoba cek jejak-jejak DM dari orang lain yang pernah berinteraksi denganku, termasuk dari putrinya sang eksekutif tersebut. Semuanya masih ada lengkap lho. Namun terkadang agak jengkelin, ketika jumlah following akun berkurang. Ternyata ada aktivitas unfollow yang tak pernah kulakukan. 

Ohya, pesan curhat untuk someone yang seringkali aku DM. Diriku tak pernah follow akunmu, karena tak ingin dirimu nantinya berpikir macam-macam saat akunku tiba-tiba unfollow akunmu. Yang penting kan namaku telah terakreditasi di hatimu, dan namamu telah terakreditasi di hatiku. [Aku tahu kamu tak pernah balas DM-ku, tapi menyapaku melalui kode khusus dalam setiap postingan-mu. So sweet]. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun