Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Quantum Leap] Sinarmu Selalu Memperbarui dan Memberikan Pengharapan

19 Desember 2019   19:22 Diperbarui: 19 Desember 2019   19:50 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ohhh! Masuk dalam Lorong mesin waktu...
Betapa melelahkannya diriku melakukan perjalanan melintasi waktu pertama kalinya ini. Entahlah akan menjadi siapa diriku ke masa lalu.  

Tibalah di masa lalu. 

"Oh My God," batinku terkejut menyadari sedang duduk dibelakang kemudi sebuah truk Fuso.

Truk-ku menabrak pagar sebuah rumah besar. Kucoba tenang untuk berpikir. Segera kulihat dompet di celana, SIM, STNK, serta surat jalan muatan.
Setelah memahami siapakah profil dari sopir dan muatan truk, diriku keluar truk untuk melihat kondisi bemper truk dan pagar rumah besar.
Orang-orang sekitar telah berdatangan dan berkumpul menyaksikan kejadian ini. Aku hanya duduk terpekur di depan truk, sambil menahan kantuk luar biasa.

Tak berapa lama keluarlah seorang lelaki paruh baya. Diriku lalu menghampiri dan langsung bersimpuh di kakinya.

"Pagi Pak. Mohon maaf, saya benar-benar tak sengaja. Ngantuk tak sempat beristirahat dalam perjalanan semalam. Maafkanlah," lirihku dalam keadaan tak berdaya.

"Hmmm. Bangunlah. Tenangkan diri dulu. Ayo kita duduk," kata pemilik rumah sambil menjabat tanganku.
"Namamu siapa?," tanya pemilik rumah.
"Kirono," jawabku.

Kemudian beliau memanggil pembantunya untuk menyiapkan sarapan.

"Ayo sarapan dahulu ya. Kamu terlihat lelah dan pucat. Pasti belum makan," ujar pemilik rumah dalam bahasa Jawa.

"Pak Kirono asalnya darimana, muat apa dan dikirim kemana?," tanya beliau.
Kemudian kujelaskan asal daerah, nama perusahaan pengirim dan penerima muatan, serta nama perusahaan ekspedisi truk.

"Uang jalan masih cukup kan setelah selesai urusan bongkar?," tanya beliau.
"Maaf Pak. Jujur saja buat beli makan dan beli solar gak ada lagi. Tadi urusan nge-mel lebih banyak dari biasanya. Trus nambal ban sampai dua kali," jawabku sejujurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun