Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tampang Sorbeje Penggerebek Benteng Cakraningrat IV dan Mercusuar Sembilangan

2 Desember 2018   00:29 Diperbarui: 2 Desember 2018   00:30 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampang Sorbeje [Foto: screenshot Youtube Jelajahnesia]

Sorbeje... Itulah penamaan kota Surabaya yang dilafalkan oleh orang-orang Madura. Ngomong-ngomong Madura, jadi teringat pernah menjelajah kawasan bersejarah masa lampau di daerah Kabupaten Bangkalan Madura pada hari Minggu 6 April 2014. Waktu itu ikut tour bertajuk Plesiran ke Poelaoe Garam, bersama Komunitas RoodeBrug Soerabaia. Biayanya sih cukup dengan selembar uang kertas lima puluh ribu rupiah saja.

Menggunakan bus Damri, sekitar 50-an peserta berkumpul di sekitar kawasan Jembatan Merah Surabaya pada pukul 07.00 WIB. Perjalanan menyeberangi Jembatan Suramadu, yang kemudian bergerak ke arah Jalan Ketegan. Tibalah rombongan di Resto Ole Olang, disambut dengan camilan khas Madura. Abby sebagai pemilik (owner) Ole Olang, memiliki kepedulian sangat tinggi pada kegiatan seperti yang diinisiasi oleh RoodeBrug.

Pukul 09.00 rombongan segera berangkat menuju arah Benteng Cakraningrat IV. Hanya membutuhkan waktu sejam saja untuk mencapai lokasi di Desa Tandjoeng Piring (Jung Pereng), Kecamatan Bangkalan. Berada di Barat dari Pulau Madura, Benteng Cakraningrat IV berada pada posisi 112 derajat 41 menit 58,7 Bujur Barat dan 7 derajat 2 menit 1,2 detik Lintang Selatan.

Rombongan RoodeBrug Soerabaia disambut dengan kehangatan oleh tim tuan rumah yakni Yayasan Koena Madoera (YKM). Dalam seremonial ini, pimpinan rombongan RoodeBrug mendapatkan tjinderamata berupa sebuah Peta Kuno Rencana Pembangunan Benteng Cakraningrat IV yang dibuat tahun 1707. Beberapa komunitas yang bernaung dalam YKM turut pula hadir, antara lain Labhang Bhuta, Bangkalan Memory, dan TretanCom.

Wah ekspedisi untuk penggerebekan Benteng Cakraningrat IV ini, ternyata juga ditemani oleh beberapa personil Kodim 0829 Bangkalan. Wilayah telah disisir terlebih dahulu untuk memastikan keamanan dari gangguan sekecil apapun. Untunglah cuaca tak terlalu terik sekali, namun disertai desiran angin sepoi-sepoi sangat memberikan kenyamanan saat napak tilas.

Perjalanan terkadang harus mengenyahkan ilalang, semak belukar, sulur tanaman yang lebat menutupi hutan. Untunglah peserta umum menggunakan sepatu dan pakaian lengan panjang. Hal ini untuk mengantisipasi sengatan serangga, tusukan duri, dan lainnya. Sementara anggota RoodeBrug Soerabaia menggunakan pakaian khas serdadu zaman perang, yang memang telah memenuhi standar keamanan.

Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Bangunan benteng awalnya dibangun pada masa Cakraningrat III. Setelah Cakraningrat III wafat pada tahun 1718, maka naiklah adiknya dengan gelar Cakraningrat IV dan merelokasi Kraton ke Sembilangan. Namun usai kalah perang dengan pihak Belanda, Cakraningrat IV diusir ke luar Pulau Madura. Maka benteng yang terbuat dari kayu, diubah menggunakan beton. Banyak bunker yang terhubung dengan terowongan bawah tanah, yang menjadi akses tentara Belanda.

Kedatangan Jepang pada tahun 1942, benteng Belanda tersebut dihancurkan dan bunker baru dibuat untuk menyesuaikan kebutuhan militer Jepang. Namun mercusuar mendapatkan pengecualian karena masih dapat dibutuhkan sebagai alat navigasi.

Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Penggerebekan yang cukup melelahkan, dalam menyusuri hutan yang cukup lebat. Tersisa bangunan bawah tanah yang kokoh maupun tinggal puing-puingnya yang cukup luas berserakan di berbagai sudut lebatnya hutan. Misalnya seperti bastion, barak tentara, gudang persenjataan, tempat pengintaian, ruang pertemuan, dan lain sebagainya.

Ada yang menarik dari celotehan seorang anggota komunitas Madura. Konon katanya ada gua bawah tanah yang dapat menghubungkan Pulau Madura hingga ke Pulau Kalimantan. Entahlah kebenaran kabar ini hanya mitos atau fakta yang tertunda saja untuk diketahui.

Oh ternyata, ada sebuah sumur tempat pembuangan korban terduga terlibat G-30S-PKI. Meskipun sang pemandu mewanti-wanti jangan berada terlalu dekat dengan lokasi, namun diriku merasa biasa saja tak ada getaran aneh-aneh. Padahal penduduk setempat tak ada yang berani mendekati areal tersebut. Wah, Hebatnya RoodeBrug Soerabaia...!

Pemandu hanya mengijinkan untuk tak terlalu berlama-lama di dekat areal sumur. Syukurlah tak ada hal aneh yang mengiringi terjadinya sesuatu, seperti yang sering disaksikan dalam tayangan acara Dunia Lain di televisi. Gak tahu kalau malam hari... Maka perjalanan dilanjutkan menyusuri hutan, hamparan pematang sawah, ladang, hingga sungai dan bibir pantai yang tertutup lebatnya hutan.

Sumur air tawar [Foto: screenshot Youtube Jelajahnesia]
Sumur air tawar [Foto: screenshot Youtube Jelajahnesia]
Mencicipi air sumur | Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Mencicipi air sumur | Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Wah ada sebuah sumur yang ternyata ketika ditimba akan mendapatkan air tawar. Wow, padahal lokasinya hanya beberapa meter saja dari bibir pantai. Seusai mencicipi air sumur yang segar, tak lama kemudian melewati sebuah peternakan ayam skala besar. Katanya sih yang punya wong Suroboyo. Keren juga nih investor dalam memilih lokasi yang tersembunyi jauh dari keramaian.

Sesi Foto bersama seusai menggerebek Benteng Cakraningrat IV | Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Sesi Foto bersama seusai menggerebek Benteng Cakraningrat IV | Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Akhirnya ekspedisi penggerebekan bekas bunker Jepang tersebut berakhir setelah memakan waktu hingga 4 jam lamanya. Rombongan kembali berada di titik awal berkumpul untuk beristirahat, makan siang, dan menunaikan ibadah bagi yang menjalankannya. Setelah beristirahat seusai ekspedisi 'menggerebek' bekas bunker Jepang, pukul 16.00 bus rombongan melanjutkan perjalanan menuju sebuah lokasi yang tak jauh jaraknya.

Berjalan kaki menuju Mercusuar Sembilangan [Foto: screenshot Youtube Jelajahnesia]]
Berjalan kaki menuju Mercusuar Sembilangan [Foto: screenshot Youtube Jelajahnesia]]
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Bangunan putih menjulang tinggi telah terlihat dari kejauhan di dalam bus. Masyarakat lokal justru tak akan mengetahui lokasi bangunan menara, seandainya ditanya nama Mercusuar Sembilangan. Mereka akan antusias menunjukkan lokasinya jika ditanya nama dari Menara Lampu.

Bus tak dapat memasuki jalan kecil, yang mana hanya bisa dilewati mobil pribadi dan sepeda motor. Terpaksa bus parkir di jalan raya dan rombongan berjalan kaki. Sementara Mercusuar Sembilangan telah terlihat gagah dari kejauhan. Ketika memasuki halaman mercusuar, terparkir beberapa sepeda motor dan mobil pribadi.

Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Di atas pintu masuk terdapat plakat, yang terpampang sebuah nama yakni Z.M. William III dan angka tahun 1879 Masehi. Untuk mencapai puncak mercusuar harus melewati total 17 tingkat, dimana jika dihitung terdapat ada total 3330 tangga. Butuh perjuangan ekstra untuk menaiki satu persatu tangga. Ada yang tak kuat naik, akhirnya hanya menikmati lantai dasar mercusuar dan pelatarannya. 

Suasana hening sunyi disertai suara dentuman dari getaran hentakan langkah kaki pengunjung. Namun menurut kisah penduduk setempat, memang pada malam hari masih ada penampakan makhluk astral berupa sosok orang Belanda dengan pakaian kunonya.

Ribuan mur baut berukuran besar merekatkan sambungan besi-besi. Di tengah ada lubang pipa besi melingkar dengan ukuran diameter sekitar  dua meter, yang berfungsi sebagai lift manual untuk menaikkan barang dari bawah ke atas dan sebaliknya.

Di Puncak Mercusuar Sembilangan | Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Di Puncak Mercusuar Sembilangan | Foto: Screenshot YouTube Jelajahnesia
Tenaga telah banyak terkuras saat 'penyerbuan' ke bekas bunker Jepang tersebut. Tampang-tampang Sorbeje yang masih memiliki semangat juang 45, terus berusaha naik ke atas. Semua rasa lelah akhirnya hilang tanpa bekas, terbayarkan dengan pemandangan lautan nan luas. Daratan Pulau Kalimantan, samar-samar dapat terlihat pula. Sementara kapal-kapal terlihat berlayar untuk keluar dan masuk ke Dermaga Tanjung Perak.

Dahulu mercusuar ini dibuat untuk melayani kapal-kapal Belanda dari Laut Jawa yang melewati Selat Madura, untuk bersandar di Tanjung Perak Soerabaia. Saat ini masih difungsikan oleh Kementerian Perhubungan untuk membantu navigasi pelayaran.

Foto bersama di Mercusuar Sembilangan [Foto: screenshot Youtube Jelajahnesia]]
Foto bersama di Mercusuar Sembilangan [Foto: screenshot Youtube Jelajahnesia]]
Setelah satu jam merasakan atmosfir Mercusuar Sembilangan, rombongan pun telah bersiap bergerak kembali ke bus yang terparkir di jalan raya. Akhirnya bus mengarah lagi ke Resto Ole Olang. Sambil menunggu titah apa yang akan diproklamirkan pihak panitia, rombongan dapat melihat-lihat Ole Olang yang tak hanya sebuah resto. Namun memiliki gerai/toko yang menyediakan produk-produk camilan dan kerajinan khas Madura.

Kecapekan yang mendera rombongan RoodeBrug tak terasa sama sekali, saat santai beramah tamah dengan komunitas pemerhati sejarah Pulau Madura. Beneran jarang banget dapat bertemu dan berbincang dengan orang Madura yang intelekan dan toleran. Horeee... Ternyata Abby mengadakan jamuan santap malam istimewa, dengan menu Bebek kremes dan Bebek Cetar Membahana khas Ole Olang.

Lupakan deh tuh dua Bebek tetangga sebelah yang lebih tersohor lebih dahulu. Gak menyangka, ada resto yang memiliki garansi sangat istimewa pagi para tamu yang berkunjung untuk menikmati sajian. Ole Olang berani berkata, "Tidak Enak, Tidak Usah Bayar".

Bebek kremes-nya tak bau amis, bertekstur empuk, dan tak pedas. Keempukan dagingnya didapat bukan dari dipresto, namun dimasak dalam waktu yang agak lama. Sedangkan Bebek Cetar Membahana diolah dari racikan rahasia bercitarasa pedas dengan tingkatan yang berbeda. Rasa pedas biasa pada Level 1, rasa pedas yang nendang pada Level 2, hingga rasa pedas yang Cetar pada Level 3.

Sambil menikmati sajian bebek, diriku merasakan ada sesuatu pembeda dalam diri Abby sang owner Ole Olang. Sepertinya beneran baru pertama kali bertemu orang Madura yang berjiwa filantropis yang disertai hati tulus dan ikhlas. Apakah selama ini begitu "apes" lebih banyak dipertemukan dengan orang-orang Madura yang bertipe sebaliknya dibandingkan Abby?

Mudah-mudahan akan ada lebih banyak orang Madura berjiwa filantropis seperti Abby Ole Olang. Seusai ramah tamah penuh kehangatan, RoodeBrug pun kembali ke Sorbeje tepat pada pukul 19.30. Melewati kembali Jembatan Suramadu yang berkelap-kelip indah di malam hari, dan berakhir di kawasan Jembatan Merah.

Jembatan Suramadu [Foto:SURYAMALANGcom]
Jembatan Suramadu [Foto:SURYAMALANGcom]
RoodeBrug Soerabaia telah meninggalkan jejak sejarah dan dapat bercerita ke anak coecoe, bahwa pernah menggerebek tempat bersejarah peninggalan para kompeni di Poelaoe Garam yang berada di wilayah Oetara dari kota Soerabaia tertjinta...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun