Ketika beberapa waktu lalu dan beberapa kali sempat mengunjungi Kawasan Kota Tua di Jakarta Barat, seringkali terlihat turis-turis mancanegara nongkrong menikmati suasana siang menjelang sore hari. Ada yang dari Asia Timur, Australia, Â Eropa, dan AS.
Yang paling mencolok mata tentu saja penampakan para bule-bule yang berambut pirang. Mereka dengan ramah dan sabar bagaikan selebriti internasional, untuk melayani permintaan foto bersama oleh banyak anak kecil dan remaja.
Padahal mereka dan kita bukan satu Indonesia., tapi tampak ada rasa saling menghargai akan adanya perbedaan budaya.
Gloede saat ini memimpin sebuah perusahaan Jerman milik keluarga yang saat ini telah berkantor di Jakarta. Dirinya baru akan ke Jerman jikalau ada keperluan yang mengharuskannya pergi ke sana. Ternyata bakso serta rendang plus nasi padangnya, merupakan makanan kesukaannya.
Bule yang berasal dari salah satu negara Skandinavia ini, pekerjaan utamanya sih tak jauh berhubungan dari dunia musik dan perfilman. Kvitland yang alumnus Norwegian University Science & Technology dari jurusan teknologi musik ini, dikenal sebagai gitaris dari grup band asal Norwegia bernama Monkfish dan Asiago.
Kvitland juga merupakan seorang penata suara (sound designer), komposer, pencipta lagu, sekaligus pemilik Ambolt Studio di Trondheim Norwegia. Ia telah banyak terlibat dalam tahapan produksi musik di berbagai film-film. Kvitland pernah terlibat sebagai adr recordist dalam film Hollywood yang dibintangi oleh Will Smith pada 2013. Namun namanya tak ada dalam credit title film After Earth. Auduuhhh #KecianBanget.
Kvitland diketahui melalui akun Instagram pribadinya, berkunjung pertama kali ke Indonesia pada awal tahun 2016. Saat itu selama tiga minggu berkeliling ke Bali, Lombok, Pulau Komodo, Yogyakarta dan Jakarta. Menjelang kepulangannya ke kampung halaman, Kvitland diajak pemandunya untuk makan di salah satu restoran Padang di kawasan Pasar Baru Jakarta Pusat.
Kebetulan sang pemandu ke toilet sebentar. Sementara Kvitland ketika berada di meja makan sendirian, merasa sangat shock melihat kedatangan pelayan menyajikan banyak piring berisi menu makanan berbumbu rempah yang sangat pedas. Dalam pikirannya adalah bisa kagak bayar semuanya yang telah disajikan.
Setelah diberikan penjelasan, Kvitaland baru mengerti bahwa nantinya akan membayar yang dimakan saja. Rupanya selera lidah dan perut Kvitland sangatlah #IndonesiaBanget, yang berbeda dengan bule-bule kebanyakan. Akhirnya berpiring-piring sajian pedas dan bersantan bermigrasi ke perutnya.
Kesan yang mendalam ketika menyantap masakan Padang ini, masih terus menghantui kehidupan normalnya di Norwegia. Sementara nasi Padang di Eropa lebih banyak dijumpai misalnya di Belanda. Kvitland telah memantapkan hati, suatu kelak dapat membuka restoran Padang di Norwegia. Kerinduan yang telah membuncah akan nasi padang, akhirnya diekspresikan dalam sebuah lagu berjudul "Nasi Padang".