Hari Prijanto menjelaskan bahwa sejauh ini dari berbagai batu mulia yang telah di-iradiasi, memang hanya batu topaz yang mengalami kesesuaian dan menunjukkan hasil yang jauh lebih baik. Topaz merupakan jenis permata dengan tingkat kekerasan yang baik, yakni dalam skala 8, serta dengan densitas 3,5 G/Cm3.
Oranye - kuning emas yang sering pula disebut sebagai imperial topaz, merupakan warna yang paling berharga dari topaz. Sementara topaz biru sangat mendominasi dalam peredaran perhiasan topaz di pasar permata pada akhir abad 20. Warna biru sangat umum dalam pewarnaan topaz, dan hampir semuanya merupakan hasil iradiasi.
Karena pada saat itu reaktor lagi beristirahat (shutdown) operasional, jadi tak sempat merasakan "rintihan" batu topaz yang sedang dimurnikan akibat tembakan sinar gamma. Keindahan batu topaz ini mengingatkan pula rasa sakit yang harus dialami tanaman bunga bernama mawar hitam yang tumbuh di negeri Turki. Penerimaan yang tulus dan ikhlas akan takdirnya masing-masing, keduanya lahir menjadi cahaya dan hadiah yang terindah.
Ketika di-iradiasi, struktur kristal dalam topaz berubah. Terjadi perpindahan lokasi atom-atomnya, yang akan bereaksi lain terhadap cahaya. Maka yang terjadi adalah terlihatnya warna kemilau yang lebih hidup. Begitu pula jika dalam diri kita masing-masing tengah mengalami guncangan hidup semacam lagi "di-iradiasi", maka segala pencobaan yang terjadi adalah untuk menghilangkan rasa ego tinggi dalam diri. Mungkin rasa sakitnya tuh disini...
Proses penyembuhan atas 'luka-luka' yang tercipta, mungkin sebentar dan mungkin sangat lama. Meskipun ada 'luka' yang masih tak dapat dienyahkan, percayalah itu atas Kehendak-Nya yang tengah disiapkan untuk menjadi Berkat bagi banyak orang. Berkat yang menjadi inspirasi untuk membantu 'luka-luka' kehidupan orang lain yang mungkin mengalami hal yang tak jauh berbeda.
Alangkah indahnya, seandainya topaz yang indah diberikan sebagai hadiah terindah, seperti misalnya sebagai kado merayakan hari kelahiran...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H