Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Si Jago Merah Mengancam Menara Pencakar Langit

6 Juni 2018   14:15 Diperbarui: 6 Juni 2018   14:18 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepulan asap di dekat Dubai Mall UAE [Foto: AP Photo/ Anthea Ayache]

Selain hambatan faktor politik, masih ada empat hal besar yang dapat mengancam eksistensi kawasan heritage Kota Tua Jakarta yaitu naik turunnya air laut, banjir, penurunan permukaan tanah, dan kebakaran. Sementara itu Kota Tua Jakarta tengah dipersiapkan sebagai UNESCO World Heritage Site (UWHS). 

Terbukti ancaman kebakaran telah terjadi, dengan si jago merah yang menghanguskan Vihara Jin De Yuan (2 Maret 2015) dan Museum Bahari (16 Januari 2018). Peristiwa tragis yang menimpa kedua heritage tersebut, tentunya akan butuh perjuangan dalam upaya menjadikan Kota Tua Jakarta sebagai UWHS.  

Ada kecenderungan bangunan heritage itu memprioritaskan masalah keamanan tapi lupa pada ancaman kebakaran. Dengan tingginya value sebuah heritage, maka sudah seharusnya berani berinvestasi dalam hal proteksi terhadap kebakaran. 

Kadar mengerikan suatu peristiwa kebakaran akan berlipat-lipat, seandainya terjadi di tengah lautan dan gedung tinggi pencakar langit. Terbakarnya KMP Tampomas II di perairan Masalembu pada 1981, merupakan salah satu bukti tragis yang memakan korban ratusan orang (431 orang versi penyelamat, 666 orang versi pemerintah). 

Tak kalah mengerikannya saat si jago merah mengamuk di bangunan tinggi pencakar langit. Malam pergantian tahun 2015 ke 2016, si jago merah beraksi di semua lantai menara bernama Address Residences Fountain Views. Menara 60 lantai setinggi 300 meter yang berdekatan dengan Burj Khalifa, Dubai, UAE, api oranye berhasil mengepung sebagian besar isi menara. 

14 Juni 2017 (pukul 01.45 dinihari), tentu saja bakal tak pernah terlupakan bagi para penghuni Apartemen Greenfell Tower di London Inggris. Api yang melalap menara setinggi 70 meter ini, baru berhasil dipadamkan sepenuhnya dalam waktu 24 jam. Tragedi ini memakan korban 80 jiwa, dimana hingga awal Agustus baru dapat terungkap identitas 47 korban oleh pihak koroner. 

Menara Torch Tower di Dubai yang pernah terbakar pada 2015, dua tahun kemudian kembali harus berhadapan dengan keganasan si jago merah pada 4 Agustus 2017 lalu. Menara tertinggi ke 32 di dunia yang berlantai 86 ini, berhasil mengevakuasi penghuninya dengan selamat sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. 

Sementara itu dua Trump Tower di dua benua yang berbeda harus mengalami amukan si jago merah. Kebakaran Trump Tower di New York AS pada 7 April 2018 lalu menewaskan satu orang dan melukai empat petugas pemadam kebakaran. Tepat tiga minggu kemudian, giliran Trump Tower di  Baku Azerbaijan mengalami amukan si jago merah. Asap terlihat di bagian puncak dari pencakar langit setinggi 130 meter ini. 

Lalu bagaimanakah dengan Indonesia, khususnya Jakarta yang telah dipenuhi 438 menara pencakar langit. Tercatat saat ini gedung tertinggi di Jakarta adalah Gama Tower (289 meter) yang berlokasi di Kuningan Jakarta Selatan. 

Bangunan tertinggi dengan kategori hunian, kini dipegang oleh Apartemen Raffles Jakarta (253 meter) di daerah Kuningan Jakarta Selatan. Untuk kategori hotel, bangunan tertinggi adalah Hotel Keraton & The Plaza (225 meter). 

Kejadian kebakaran mengerikan pencakar langit Jakarta, tentu saja peristiwa 9 Maret 2015 akan selalu diingat Hayono Isman (owner Wisma Kosgoro) sebagai upaya pemadaman terlama di Asia. Dibutuhkan upaya 12 jam memadamkan kobaran jago merah pada lima lantai teratas gedung Wisma Kosgoro Thamrin setinggi 81,34 meter dengan total 20 lantai.

Ada yang menarik ketika terjadi kebakaran hebat yang melanda hutan di wilayah Israel pada bulan Nopember 2016. Rangkaian dari 200 kebakaran hutan di berbagai wilayah tersebut dalam beberapa hari, telah memaksa dikirimnya bantuan perlengkapan (pesawat) penjinakkan api dari dunia internasional seperti Rusia, Turki, Yunani, Italia, Kroasia, Siprus, Ukraina.  

Kebakaran hutan dan semak-semak ini, menjalar masuk ke kawasan padat penduduk dan menyebar hampir di seluruh kawasan negara Israel. Entahlah apakah ini bentuk pertanda azab seperti yang ditanggapi oleh warganet (netizen) saat berkomentar mengenai kejadian luar biasa saat itu. 

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tanah air tercinta Indonesia yang melanda Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sepertinya sudah menjadi ritual tahunan akibat adanya usaha pembukaan lahan oleh individu masyarakat lokal maupun perusahaan besar untuk kebutuhan hutan tanaman industri (HTI), konsesi perkebunan sawit. 

Menariknya kabut asap berkelanjutan yang memasuki tahap puncaknya pada 2015, telah bergerak memasuki wilayah Singapura dan Malaysia. Seperti dikutip dari DW*com (18/09/2015), ternyata ada perusahaan asal Singapura dan Malaysia yang turut terindikasi terlibat dalam aksi pembakaran lahan konsesi. Lucu ya mereka mendesak Pemerintah RI untuk membayar kompensasi atas kiriman asap... 

Nah kembali permasalahan bahaya ancaman kebakaran tersembunyi terhadap menara pencakar langit, sudah seyogyanya harus mau berinvestasi besar untuk proteksi kebakaran secara berkelanjutan (apalagi kalau termasuk gedung berstandar terbaik dengan konsep hijau). 

Namun meskipun menara pencakar langit telah diproteksi dengan standar keamanan tinggi terbaik dari bahaya kebakaran, terkadang akan timbul pertanyaan menggelitik apakah ada "Azab" yang menyertai saat Si Jago Merah hadir atas se-izin Yang Maha Kuasa...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun