Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dari Daerah Prasejahtera Menjadi Insan Unggul Kebanggaan Bangsa yang Menjulang ke Angkasa

31 Desember 2017   21:10 Diperbarui: 1 Januari 2018   22:35 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Herawaty Prasetyo (kiri) dan Kristanto Parmanto (kanan) [Foto:JepretPotret]

Berputar cepat dengan titik keseimbangan tepat, maka putaran sebuah gasing akan dapat bertahan lebih lama. Kita dapat melihat betapa dalamnya filosofi sebuah gasing dalam kehidupan sehari-hari. Seandainya dalam perilaku hidup dapat menyeimbangkan diri baik perkataan dan perbuatan, maka niscaya akan dapat menikmati hidup yang lebih lama. Namun tak hanya berbicara soal ketahanan dan keseimbangan, perputaran gasing pun melibatkan unsur konsentrasi dan seni keindahan. Maka ketika keempat elemen tersebut dapat diserap dengan baik oleh jiwa, akan ada kehidupan berkualitas yang lebih baik.

Gasing merupakan alat permainan tradisional berbahan kayu keras sesuai jenis kayu di daerah tersebut. Maka gasing pun dikenal di beberapa daerah dengan istilah yang berbeda. Gansing dikenal di Sumatera Barat, begasing di Kalimantan Timur, megasing di Bali, apiong di Maluku, pukang di Lampung.

Metode Gasing [Gambar: Presentasii Surya Institute]
Metode Gasing [Gambar: Presentasii Surya Institute]
Gasing inilah menginspirasi Prof Yohanes Surya PhD membuat terobosan revolusioner dalam metoda pembelajaran matematika dan fisika. Gampang, Asik dan Menyenangkan (Gasing) yang diciptakan oleh sang pendiri Surya Institute, justru pertama kali diujicobakan pada tahun 2010 terhadap lima siswa terbodoh yang berasal dari Papua.

Kelima siswa tersebut mendapatkan materi pembelajaran enam tahun pendidikan sekolah dasar dalam waktu enam bulan saja. Hasilnya memang sangat luar biasa mencengangkan dalam perolehan nilai Ujian Nasional (UN). Satu siswa memperoleh nilai 92, tiga siswa memperoleh nilai 95 dan seorang siswa memperoleh nilai 100.  Sempurna!


Sementara itu pada bulan Maret hingga Mei 2017 lalu di Amaris Tangcity Tangerang, beberapa sekolah dasar (SD) dari daerah prasejahtera binaan Yayasan Pendidikan Astra - Michael Dharmawan Ruslim (YPA-MDR) berkesempatan mendapatkan kesempatan pelatihan matematika dengan metode Gasing bersama Surya Institute.

Dalam kegiatan Pendidikan & Pelatihan (Diklat) Metode Gasing Batch 1 ini, ada 18 guru terbaik didampingi oleh siswa terbodoh yang memiliki nilai paling rendah di sekolah. Para guru matematika diajarkan metode Gasing yang berupa memahami konsep (Konkrit), membangun pola berpikir imajinasi (Abstrak) dan menstimulasi kerja otak kanan & kiri bersamaan (Mencongak). Lalu guru mengajarkannya pada siswanya, yang kemudian siswa dapat mengerti konsep, paham konkritnya, serta mampu  mengerjakan soal dan dapat menjelaskan How dan Why.

Gambar:Presentasi Surya Institute
Gambar:Presentasi Surya Institute
Progress Nilai Siswa SD Peserta Diklat Gasing Batch-1 [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Progress Nilai Siswa SD Peserta Diklat Gasing Batch-1 [Gambar:Presentasi Surya Institute]

Sementara pada Diklat Batch 2 yang berlangsung September hingga 1 Nopember 2017 lalu di tempat yang sama, giliran para guru dan siswa terbaik kelas 7 sekolah menengah pertama (SMP) binaan YPA-MDR. Ada 12 guru dengan siswa pendampingnya. Mereka ini berasal dari SMP Negeri 4 Leuwiliang Kabupaten Bogor, SMP Negeri 1 Tanjungsari Kabupaten Lampung Selatan, SMP Negeri 2 Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan, SMP Negeri 2 Gedangsari Kabupaten Gunungkidul, SMP Negeri 4 Pandak Kabupaten Bantul, SMP Negeri 2 Donorojo Kabupaten Pacitan. Mereka ini merupakan yang terbaik dan kelak diproyeksikan akan dapat unjuk gigi dalam Olimpiade Sains tingkat nasional dan internasional.

"Mencongak dan pemakaian alat peraga akan selalu digunakan dalam metode Gasing Prof Yohanes Surya," tutur Aguslina Angkasa (Vice Chief Program Officer Surya Institute), saat penutupan Diklat Matematika & Fisika Metode Gasing Batch 2 pada 1 Nopember 2017 lalu.

Aguslina Angkasa [Foto:JepretPotret]
Aguslina Angkasa [Foto:JepretPotret]
Aktivitas mencongak ini untuk lebih mengoptimalkan otak kanan. Sementara agar siswa lebih mudah mengingat selamanya dibandingkan cara menghapal, maka digunakanlah alat peraga. Lina, panggilan akrab Aguslina Angkasa, telah berkeliling melihat keadaan sekolah-sekolah di berbagai daerah. Ternyata setiap sekolah tersebut telah memiliki alat peraga, namun dalam keadaan berdebu. Lina menduga bahwa pihak sekolah kurang dapat mengoptimalkan tata cara penggunaannya.

Lina telah mengikutkan anaknya les berbagai metode pembelajaran seperti sempoa yang berfokus pada mental aritmatika, kumon yang menekankan soal yang berulang-ulang, sakamoto yang menekankan soal yang bercerita. Lina mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman pribadinya tersebut, tentu ada perbedaannya dengan metode Gasing.

"Sebenarnya tak ada anak-anak yang tak mampu. Namun tak pernah mendapatkan kesempatan saja," lanjut Aguslina Angkasa, mengutip pernyataan Prof Yohanes Surya. 

Gambar: Presentasi Surya Institute
Gambar: Presentasi Surya Institute
Lina juga mengungkapkan bahwa dalam dua minggu terakhir diklat, para guru dan siswa sempat mencicipi materi untuk perlombaan Olimpiade Sains. Tentu saja ini hanyalah pengenalan awal saja. Dibutuhkan waktu pembelajaran penuh selama dua tahun dalam kesiapan untuk dapat bertanding dalam Olimpiade Sains. Lina sangat optimis mereka suatu saat akan dapat merasakan atmosfir kompetisi ilmu pasti tersebut. Ini setelah melihat gairah mereka dalam melahap materi pembelajaran metode Gasing, yang selalu meminta terus tantangan pertanyaan dari para mentor.

Dari beberapa guru binaan YPA-MDR, ada salah satunya yang telah memiliki prestasi nasional. Namanya Imam Muttaqin yang merupakan guru matematika SMP Negeri 2 Donorojo Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Imam telah merasakan atmosfir kompetisi Olimpiade Guru Nasional (OGN) 2016 bidang matematika., dimana berhasil menyabet juara pertama.

Progress Nilai Imam Muttaqin [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Progress Nilai Imam Muttaqin [Gambar:Presentasi Surya Institute]
"Materi pembelajaran matematika tingkat SMP selama tiga tahun, dapat dikuasai hanya dalam kurun waktu kurang dari 1,5 bulan. Metode Gasing ini benar-benar sangat gampang, asik dan menyenangkan," kata Imam ketika ditanya keefektifan metode Gasing ini. 

Imam pun melihat para siswa yang tak lama  baru lulus SD dan masuk jenjang SMP , awalnya belum mengenal materi matematika dan fisika untuk kelas 8 maupun kelas 9. Bahkan mereka baru mengenal sekilas untuk materi kelas 7. Alhasil mereka mendapatkan nilai pre-test yang realtif kecil. Mereka sangat kelabakan saat diuji dengan materi pelajaran hingga kelas 9. Dengan pembelajaran ala Gasing, mereka telah cukup baik menguasai materi hingga kelas 9.

Gambar:Presentasi Surya Institute
Gambar:Presentasi Surya Institute
Gambar:Presentasi Surya Institute
Gambar:Presentasi Surya Institute
Metode pembelajaran yang unik ini, salah satunya diajarkan bagaimana cara membaca bilangan dari arah kiri. Biasanya metode selama ini membaca bilangan dari arah kanan. Para siswa Diklat Gasing ini mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktik lapangan dengan melakukan pengajaran (pengimbasan) di SMP Negeri 2 Leuwiliang Kabupaten Bogor. 

Progress Nilai Adhit Pramudita [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Progress Nilai Adhit Pramudita [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Imam yang turut didampingi salah satu siswanya bernama Adhit Pramudita, melihat sendiri bahwa Adhit telah dapat mengajar siswa kelas 8. Ketika para siswa kelas 8 melakukan hitungan coretan manual, Adhit hanya perlu menggunakan kedua jari tangannya saja. Saat ini Adhit yang masih duduk kelas 7, telah mantap dengan cita-cita luhurnya yaitu menjadi seorang guru. Kemudian siswa SMP Negeri 2 Tanjungsari Kabupaten Lampung Timur bernama Sri Wulandari, juga telah piawai melakukan pengajaran di hadapan kakak kelasnya. Yang lebih menakjubkan adalah Sri melakukan praktek pengimbasan di kelas 9. Sri Wulandari pun memiliki cita-cita yang luhur yaitu menjadi seorang guru.

Progress Nilai Sri Wulandari [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Progress Nilai Sri Wulandari [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Herawati Prasetyo (Ketua Pengurus YPA-MDR) menyatakan bahwa program Tanggung Jawab Sosial (CSR) Astra bidang pendidikan telah dimulai saat Michael Dharmawan Ruslim memegang kendali sebagai Presiden Direktur PT Astra International Tbk pada tahun 2005. Astra melihat dampak krisis 1998 telah meningkatkan jumlah penduduk miskin, mengancam terputusnya sekolah bagi jutaan anak bangsa, serta sekolah yang tak mampu membiayai operasionalnya. Padahal pendidikan merupakan tanggung jawab bersama dan merupakan pondasi dasar generasi masa depan bangsa.

Maka Astra membentuk program bantuan pendidikan bernama Program Bernas (Bantuan Edukasi & Transformasi Bagi Anak dan Sekolah) pada tahun 2005. Setahun kemudian ditempatkan dalam naungan Yayasan Astra Bina Ilmu (YABI - Bernas). Sejak 7 Januari 2009 YABI - Bernas telah berdiri sendiri menjadi Yayasan Astra Bina Pendidikan (YABP).

Akhirnya YABP bertransformasi menjadi Yayasan Pendidikan Astra - Michael Dharmawan Ruslim (YPA-MDR) sejak tahun 2010 sebagai penghormatan atas dedikasi almarhum Michael Dharmawan Ruslim saat menjabat Presiden Direktur PT Astra International Tbk (2005 - 2010).

YPA-MDR hingga kini telah mengucurkan total donasi lebih dari Rp 200 milyar dalam bentuk peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Implementasi dilakukan melalui empat pilar pembinaan yaitu pembinaan akademis, pendidikan karakter, kecakapan hidup dan seni budaya untuk menjadi Sekolah Swapraja yang menuju Sekolah Unggul.

"Sejalan dengan Goal Astra 2020 Pride of The Nation, maka kami ingin seluruh sekolah binaan Astra menjadi Sekolah Unggul yang berwawasan global," jelas Herawati dengan rasa optimis. 

Herawaty Prasetyo (kiri) dan Kristanto Parmanto (kanan) [Foto:JepretPotret]
Herawaty Prasetyo (kiri) dan Kristanto Parmanto (kanan) [Foto:JepretPotret]
Sementara itu Kristanto Parmanto (Sekretaris Pengurus YPA-MDR) menyatakan bahwa konsep Sekolah Eskalator dalam setiap jenjang pendidikan (tingkat SD hingga SMK), mendapatkan pembinaan dan pendampingan berkelanjutan, hingga dapat berdampak pada pemberdayaan masyarakat sekitar. 

Program Teaching Factory (TeFa) yang diterapkan dalam sistem pembelajaran di tingkat sekokah menengah kejuruan (SMK), akan mempersiapkan siswa untuk memiliki kemampuan kewirausahaan dan memiliki usaha kecil menengah (UKM) sesuai potensi ekonomi lokal. TeFa merupakan program tambahan selama satu tahun setelah kelulusan dari SMK.

"Salah satu kendala TeFa adalah masih adanya mindset yang kuat dari pihak orangtua, yang lebih menginginkan anaknya langsung bekerja selepas lulus SMK. Padahal kita menginginkan dapat mencetak lebih banyak wirausahawan muda," terang Kristanto.

Siswa binaan mulai tingkatan SD hingga SMK di Gedangsari Kabupaten Gunungkidul telah difokuskan pada industri fesyen batik. Mereka telah menggerakkan ekonomi kerakyatan bersama pelaku UKM Batik Gedangsari mewujudkan Kampung Batik. Karya batik para siswa telah dapat berkiprah dalam berbagai pameran dan promosi fesyen di tingkat daerah, nasional dan internasional.  


Salah satu keunggulan UKM Batik Gedangsari adalah penyediaan fasilitas laboratorium zat pewarna alam, sebagai wujud upaya meningkatkan pelestarian batik. Setelah keberhasilan mewujudkan Kampung Batik, Astra melalui YPA-MDR berusaha meluaskan jangkauan ekonomi kerakyatan dengan rintisan desa wisata budaya Gedangsari. 

Dalam peluncuran rintisan wisata tersebut yang diresmikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X pada 30/08/2017 lalu, ditampilkan parade seni budaya, pameran kerajinan dan makanan olahan lokal khas Gedangsari. Daya tarik utamanya adalah pagelaran busana karya batik siswa SMKN 2 Gedangsari yang berkolaborasi desainer top Indonesia Fashion Chamber (IFC). Pagelaran busana di dalam area hutan Wanajati ini memecahkan rekor Museum MURI sebagai yang pertama di Indonesia. Rekor MURI lainnya adalah membatik lintas generasi/usia (mulai murid SD hingga lansia) pertama di dunia.

"Event wisata ini diharapkan akan menjadi agenda tahunan kedepannya," kata Kristanto dengan optimis.

Kini seiring adanya potensi kawasan wisata baru, maka telah dimulai rintisan TeFa di SMKN 1 dan SMKN 2 Gedangsari dalam bidang perbengkelan sepeda motor roda dua. Rintisan ini akan mendapatkan dukungan penuh dari Astra Motor Jakarta dan PT Astra Honda Motor. 

SMK Negeri 1 Leuwiliang Kabupaten Bogor berfokus pada mencetak ahli di bidang industri agribisnis. Kompetensi Keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian(APHP) telah dirintis sejak tahun 2011. YPA-MDR sangat serius dengan baru saja meresmikan gedung sekolah SMKN 1 dengan berbagai fasilitas pendukungnya pada 12 Juli 2017 lalu, yang total biaya pembangunannya menelan anggaran Rp. 27 miliar. Wow, SMKN 1 Leuwiliang telah menjadi sekolah menengah kejuruan dengan fasilitas terlengkap dan terbaik di Indonesia.


Ternyata SMKN 1 Leuwiliang yang telah berstandar ISO 9000, akan dipersiapkan menjadi Information Communication Technology (ICT) Based  School dimana pemanfaatan teknologi berbasis IT akan diterapkan dalam kurikulum sekolah. Pengadaan dan instalasi sarana laboratorium dan perangkat lunak (software) akan melibatkan kolaborasi Politeknik Manufaktur (Polman) Astra dan PT Astragraphia Information Technology (AGIT).

Sementara itu SMKN 2 Donorojo Kabupaten Pacitan diproyeksikan akan mencetak ahli pertanian, melalui pembinaan kejuruan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP). Kejuruan APHP kelak akan juga diterapkan pada sekolah binaan di Kabupaten Lampung Selatan. Untuk potensi tenun ikat yang khas NTT, tengah dipersiapkan bagi kejuruan binaan di Kupang NTT.

Nantinya lulusan SMK ini akan memiliki prioritas pilihan lanjutan sesuai peminatan. Bagi yang berminat melanjutkan pendidikan tinggi, akan dapat diarahkan berkuliah ke Polman Astra. Sementara yang berminat untuk langsung bekerja mengaplikasikan ilmunya, tentu saja industri besar dari 7 lini usaha Astra telah siap menyambutnya dengan tangan terbuka. Lalu bagi yang sangat ingin mandiri dengan berwirausaha, Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA) telah siap memberikan pembinaan UKM yang berkelanjutan yang ditopang oleh  Astra Mitra Ventura (AMV) sebagai fasilitator pengembangan dana usaha.

Seluruh produk hasil TeFa siswa binaan telah di-display bersama karya dari 7 Rumah Pintar binaan YPA-MDR dalam Galeri YPA-MDR di Kantor Pusat Astra International Sunter Jakarta Utara. Ada produk aneka kain batik tulis & pakaian jadi batik karya siswa SD/SMP/SMK Gedangsari Kabupaten Gunungkidul, ada produk kuliner siswa SD/SMP/SMK Leuwiliang Kabupaten Bogor, ada kerajinan tas anyaman rotan dari siswa SD Kabupaten Kutai Barat, ada kerajinan batok kelapa dari siswa SMP Pandak Kabupaten Bantul. Sementara produk dari Rumah Pintar seperti makanan, kerajinan tas dan kerajinan anyaman.

Semua produk ini telah siap dipasarkan. Jika ada yang berminat untuk pemesanan, maka akan siap untuk diorderkan ke pihak sekolah yang bersangkutan. Saat ini memang belum dapat berupa penyediaan produk massal. Produk tersebut diperkenalkan pada pagelaran pameran kerajinan seperti Inacraft, Kriyanusa, serta telah menjadi perlengkapan seragam karyawan Grup Astra. 

"Intinya ini merupakan wadah promosi sebagai media pemasaran produk," ujar Kristanto di kantor YPA-MDR pada 12/12/2017 lalu, ketika ditemui seusai kegiatan Seminar Karya Ilmiah Guru Binaan YPA-MDR. 


Kristanto di Galeri YPA-MDR [Foto:JepretPotret]
Kristanto di Galeri YPA-MDR [Foto:JepretPotret]
YPA-MDR melaksanakan program tanggung jawab sosial Astra di bidang pendidikan di daerah prasejahtera, dengan mewujudkan Sekolah Unggul yang mampu mencetak SDM berkualitas sebagai agen perubahan menuju masyarakat sejahtera. Melayani dengan Hati dalam usaha mewujudkan Sekolah Unggul yang menjadi Kebanggaan Bangsa (Pride of the Nation), tercermin dari mars "(Menuju) Sekolah Unggul" yang ternyata merupakan buah kreasi Kristanto sendiri. 

"Mars (Menuju) Sekolah Unggul"

Ayo-ayo kita semua, "tuk wujudkan cita-cita
Ayo-ayo bersatulah, raih prestasi mulia
Bangun semangat tetap satulah,
m'nuju sekolah unggul

Tegakkan keteladanan, junjunglah kedisiplinan,
Jujur dan pantang menyerah, 'tuk bangsa, negara tercinta

Ayo-ayo berderaplah,
bersama Astra s'bagai mitra
Songsong masa depan 'kan jaya
Jadilah kebanggaan Bangsa

Potensi ekonomi kerakyatan pun akan turut bergerak, berputar kencang menghasilkan produk barang dan jasa yang penuh kearifan lokal. Cita-cita Sejahtera Bersama Bangsa dan Menjadi Kebanggaan Bangsa seperti yang diimpikan oleh pendiri Astra William Soeryadjaya puluhan tahun lalu, akan dapat terwujud dalam waktu tak terlalu lama lagi seiring semakin dekatnya Goal Astra 2020 Pride of The Nation.

Dorongan angin kencang dari YPA-MDR pada kawasan daerah prasejahtera (3T- Terluar, Terdepan, Tertinggal), akan membawa energi perubahan bagi potensi keunggulan sumber daya manusia yang selama ini terpinggirkan. Mereka akan sejajar keunggulannya dengan daerah lain yang telah maju terlebih dahulu. Mereka akan menjadi agen perubahan (agent of change), mengimbaskan angin perubahan ke seluruh penjuru nusantara. Bukan hal mustahil mereka akan dapat menjulang tinggi ke angkasa sejajar dengan insan bangsa-bangsa maju lainnya yang berada di muka bumi ini.

Sahabat #CerdasBersamaYPAMDR, Pasti Bisa bersama Astra. Menjulang Tinggi ke Angkasa dan Menjadi Kebanggaan Bangsa.

Referensi Pustaka:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun