Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dari Daerah Prasejahtera Menjadi Insan Unggul Kebanggaan Bangsa yang Menjulang ke Angkasa

31 Desember 2017   21:10 Diperbarui: 1 Januari 2018   22:35 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar: Presentasi Surya Institute
Gambar: Presentasi Surya Institute
Lina juga mengungkapkan bahwa dalam dua minggu terakhir diklat, para guru dan siswa sempat mencicipi materi untuk perlombaan Olimpiade Sains. Tentu saja ini hanyalah pengenalan awal saja. Dibutuhkan waktu pembelajaran penuh selama dua tahun dalam kesiapan untuk dapat bertanding dalam Olimpiade Sains. Lina sangat optimis mereka suatu saat akan dapat merasakan atmosfir kompetisi ilmu pasti tersebut. Ini setelah melihat gairah mereka dalam melahap materi pembelajaran metode Gasing, yang selalu meminta terus tantangan pertanyaan dari para mentor.

Dari beberapa guru binaan YPA-MDR, ada salah satunya yang telah memiliki prestasi nasional. Namanya Imam Muttaqin yang merupakan guru matematika SMP Negeri 2 Donorojo Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Imam telah merasakan atmosfir kompetisi Olimpiade Guru Nasional (OGN) 2016 bidang matematika., dimana berhasil menyabet juara pertama.

Progress Nilai Imam Muttaqin [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Progress Nilai Imam Muttaqin [Gambar:Presentasi Surya Institute]
"Materi pembelajaran matematika tingkat SMP selama tiga tahun, dapat dikuasai hanya dalam kurun waktu kurang dari 1,5 bulan. Metode Gasing ini benar-benar sangat gampang, asik dan menyenangkan," kata Imam ketika ditanya keefektifan metode Gasing ini. 

Imam pun melihat para siswa yang tak lama  baru lulus SD dan masuk jenjang SMP , awalnya belum mengenal materi matematika dan fisika untuk kelas 8 maupun kelas 9. Bahkan mereka baru mengenal sekilas untuk materi kelas 7. Alhasil mereka mendapatkan nilai pre-test yang realtif kecil. Mereka sangat kelabakan saat diuji dengan materi pelajaran hingga kelas 9. Dengan pembelajaran ala Gasing, mereka telah cukup baik menguasai materi hingga kelas 9.

Gambar:Presentasi Surya Institute
Gambar:Presentasi Surya Institute
Gambar:Presentasi Surya Institute
Gambar:Presentasi Surya Institute
Metode pembelajaran yang unik ini, salah satunya diajarkan bagaimana cara membaca bilangan dari arah kiri. Biasanya metode selama ini membaca bilangan dari arah kanan. Para siswa Diklat Gasing ini mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktik lapangan dengan melakukan pengajaran (pengimbasan) di SMP Negeri 2 Leuwiliang Kabupaten Bogor. 

Progress Nilai Adhit Pramudita [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Progress Nilai Adhit Pramudita [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Imam yang turut didampingi salah satu siswanya bernama Adhit Pramudita, melihat sendiri bahwa Adhit telah dapat mengajar siswa kelas 8. Ketika para siswa kelas 8 melakukan hitungan coretan manual, Adhit hanya perlu menggunakan kedua jari tangannya saja. Saat ini Adhit yang masih duduk kelas 7, telah mantap dengan cita-cita luhurnya yaitu menjadi seorang guru. Kemudian siswa SMP Negeri 2 Tanjungsari Kabupaten Lampung Timur bernama Sri Wulandari, juga telah piawai melakukan pengajaran di hadapan kakak kelasnya. Yang lebih menakjubkan adalah Sri melakukan praktek pengimbasan di kelas 9. Sri Wulandari pun memiliki cita-cita yang luhur yaitu menjadi seorang guru.

Progress Nilai Sri Wulandari [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Progress Nilai Sri Wulandari [Gambar:Presentasi Surya Institute]
Herawati Prasetyo (Ketua Pengurus YPA-MDR) menyatakan bahwa program Tanggung Jawab Sosial (CSR) Astra bidang pendidikan telah dimulai saat Michael Dharmawan Ruslim memegang kendali sebagai Presiden Direktur PT Astra International Tbk pada tahun 2005. Astra melihat dampak krisis 1998 telah meningkatkan jumlah penduduk miskin, mengancam terputusnya sekolah bagi jutaan anak bangsa, serta sekolah yang tak mampu membiayai operasionalnya. Padahal pendidikan merupakan tanggung jawab bersama dan merupakan pondasi dasar generasi masa depan bangsa.

Maka Astra membentuk program bantuan pendidikan bernama Program Bernas (Bantuan Edukasi & Transformasi Bagi Anak dan Sekolah) pada tahun 2005. Setahun kemudian ditempatkan dalam naungan Yayasan Astra Bina Ilmu (YABI - Bernas). Sejak 7 Januari 2009 YABI - Bernas telah berdiri sendiri menjadi Yayasan Astra Bina Pendidikan (YABP).

Akhirnya YABP bertransformasi menjadi Yayasan Pendidikan Astra - Michael Dharmawan Ruslim (YPA-MDR) sejak tahun 2010 sebagai penghormatan atas dedikasi almarhum Michael Dharmawan Ruslim saat menjabat Presiden Direktur PT Astra International Tbk (2005 - 2010).

YPA-MDR hingga kini telah mengucurkan total donasi lebih dari Rp 200 milyar dalam bentuk peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Implementasi dilakukan melalui empat pilar pembinaan yaitu pembinaan akademis, pendidikan karakter, kecakapan hidup dan seni budaya untuk menjadi Sekolah Swapraja yang menuju Sekolah Unggul.

"Sejalan dengan Goal Astra 2020 Pride of The Nation, maka kami ingin seluruh sekolah binaan Astra menjadi Sekolah Unggul yang berwawasan global," jelas Herawati dengan rasa optimis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun