Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bekerja dalam Sunyi Memberi Solusi ke Pelosok Negeri

31 Oktober 2017   14:59 Diperbarui: 31 Oktober 2017   23:23 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bekerja Dalam Sunyi Memberi Solusi Di Pelosok Negeri. Adakah? Pastinya telah ada individu maupun kelompok yang mencurahkan hidupnya bagi kesejahteraan masyarakat setempat, namun memang jumlahnya tak terlalu banyak serta nyaris tak pernah terekspos. Mereka ini akan semakin mengedepankan hati dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat.

Fakta yang mengejutkan adalah semakin meningkatnya kesadaran generasi millenials untuk turut aktif berperan serta. Padahal 'Kids Zaman Now' ini telah digeneralisasi sebagai generasi yang "tunduk" pada gadget, serta menginginkan kehidupan glamour serba instan. Tak percaya?

Ada yang bernama Ronaldus Asto Dadut, pemuda berusia 25 tahun asal Tambolaka, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Asto, panggilan akrabnya, telah menginisiasi Jaringan Relawan untuk Kemanusiaan  (J-RUK) Sumba pada tahun 2012. Relawan yang mayoritas anggotanya anak muda ini, melakukan sosialisasi gerakan Stop Bajual Orang. Mereka berpartisipasi sebagai agen pencerdasan dalam upaya edukasi preventif bahaya human trafficking di Tambolaka.

Ada yang bernama Triana Rahmawati, gadis berusia 25 tahun kelahiran Palembang Sumatera Selatan. Triana yang menimba ilmu di jurusan Sosiologi FISIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Jawa Tengah, dengan welas kasih menunjukkan kepeduliannya kepada orang-orang masalah kejiwaan (ODMK) di sekitaran kampusnya. Bersama dua teman kampusnya Wulandari dan Febrianti Dwi Lestari, Triana menggagas pembentukan Embrio Griya Schizophren dengan filosofi Social, Humanity Friendly pada tahun 2013. Mereka melakukan kegiatan pendampingan dan perawatan bagi OMDK yang terjaring dalam razia jalanan maupun yang keluarganya tak mampu. Para relawan muda Griya Schizophren tak mengenal lelah di tengah beratnya kendala mengedukasi masyarakat untuk menerima kehadiran ODMK di tengah lingkungannya.

Ada yang bernama Jamaluddin, seorang mantan pemuda putus sekolah yang akhirnya dapat lulus S2 Magister Manajemen Universitas Muslim Indonesia Makassar. Pemuda kelahiran Kamreapia Gowa berusia 29 tahun ini, melihat meskipun tingkat ekonomi masyarakat mencukupi dari sektor pertanian namun tingkat pendidikannya masih rendah. Pernikahan dini penduduk sangat tinggi, karena ada kecenderungan lebih suka menikahkan anak pada usia belia.

Diawali dengan sosialisasi kepada petani betapa pentingnya rajin membaca dan berorganisasi pada tahun 2011. Maka Jamaluddin menginisiasi pendirian tempat para petani untuk membaca dan belajar berorganisasi, yang dinamakan Rumah Koran pada tahun 2016. Gerakan cerdas anak petani ini, akan dapat mewujudkan pemberantasan buta huruf dan mengurangi angka putus sekolah yang tinggi.

Ada yang bernama Ritno Kurniawan, pemuda asal Padang Pariaman Sumatera Barat. Selepas menyelesaikan studi di Universitas Gajah Mada Jogjakarta pada tahun 2012, Ritno pulang kampung dan melihat kerusakan hutan adat akibat pembalakan liar. Pemandangan hutan rimbun menjadi tanah yang gersang. Pastinya galau to the max, kalau katanya Kids Zaman Now.

Maka terpikirlah menjual potensi ekowisata dusun Gamaran Lubuk Alung, dengan wisata Air Terjun Nyarai. Meskipun awalnya kurang dapat diterima kehadirannya, namun Ritno berhasil membaur dan meyakinkan tokoh sentral masyarakat setempat. Ditemani empat pemuda, Ritno membuka jalur tracking dengan jembatan sederhana. Promosi dimulai bersamaan ajang balap sepeda Tour de Singkarak.

Masyarakat perlahan tertarik beralih profesi dari pembalak liar menjadi pemandu wisata. Ini setelah melihat sendiri keramaian pengunjung yang terus meningkat. Para wisatawan diwajibkan turut menanam pohon dalam kawasan hutan lindung. Maka terbentuklah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) bernama Lubuk Alung (LA) Adventure pada tahun 2013, untuk melegalkan perizinan pengelolaan kawasan wisata. Kini 80 persen dari 170 pemandu LA Adventure adalah mantan pembalak liar.

Ada yang bernama Bambang Sardi, seorang dosen jurusan Teknik Kimia Universitas Tadulako Palu. Pria 31 tahun ini tergerak untuk mengoptimalkan potensi pengolahan kelapa di Sulawesi Tengah yang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kelapa terbesar di Indonesia.

Selama ini masyarakat lebih banyak menjual butiran kelapa maupun sebagai bahan dasar kopra. Meskipun ada yang berusaha mengolahnya menjadi virgin coconut oil (VCO), namun masih dengan metode pemanasan dan penambahan cuka. Maka Bambang Sardi berinovasi membuat VCO menggunakan metode fermentasi anaerob, dimana tak perlu menggunakan bakteri dan tak perlu oksigen dalam proses penguraiannya. Air dan amplas kelapa juga dimanfaatkan dalam produksi VCO, sehingga tak ada yang terbuang percuma. Produk VCO ini memiliki kandungan anti virus, anti jamur dan anti bakteri, karena adanya kandungan asam laurat lebih dari 50 persen. 

Ada yang bernama Anjani Sekar Arum, seorang perempuan 26 tahun yang sempat mengenyam pendidikan Jurusan Seni & Desain Universitas Negeri Malang. Gabungan bakat, keahlian, ketekunan dan cinta, Anjani mendirikan sanggar dan galeri batik Andaka dengan berfokus pada motif kain batik Bantengan khas Batu Malang pada tahun 2014. Namun tak mudah mencari tenaga pembatik yang konsisten berkarya.

Hingga suatu waktu ada gadis 9 tahun bernama Aliya yang tertarik belajar membatik. Seiring waktu telah ada 58 anak yang telah belajar di sanggarnya, dan karya batiknya jauh lebih indah dengan imajinasi hebat serta konsisten menyelesaikan karyanya. Kini 28 anak-anak itu aktif membatik seusai jam sekolah. Produksi kain batik mencapai rata-rata 45 lembar per bulan. 90 persen hasil penjualan diberikan kepada anak-anak, sementara sisanya digunakan untuk membeli perlengkapan bahan baku dan biaya operasional lainnya.

Tak jarang Anjani harus menguras kocek dari gajinya sebagai guru honorer di sebuah SMP, untuk menambal biaya operasional. Namun ada kendala dalam pengurusan hak paten, karena adanya perbedaan motif yang selalu berbeda dalam proses produksinya. Maka Anjani menghindari penjualan via digital untuk menangkal pencurian motif.

Ada yang namanya PPILAR, sebuah kelompok penyuluh penangkapan ikan sidat liar yang ramah lingkungan di Bengkulu. Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) yang diketuai oleh Randi Putra Anom, berdiri tahun 2016 untuk melakukan sosialisasi kepada nelayan penangkap ikan sidat agar menggunakan alat tradisional bubu untuk penangkapan ikan yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Randi bersama kedua rekannya Akri Erlianda (Koordinator Lapangan) dan Rego Damantara (Penggagas Ide), mellihat masyarakat Bengkulu marak menyetrum dan menembak ketika menangkap ikan terutama ikan sidat sejak tahun 2006. Populasi ikan sidat terancam, karena begitu banyaknya ikan yang masih kecil ikut mati. Padahal dalam UU No.31 / Tahun 2009 tentang Perikanan, pemerintah telah mengatur pelarangan menggunakan setrum ketika melakukan penangkapan ikan.

Sosialisasi penggunaan alat tradisional bubu, akan memungkinkan nelayan menangkap ikan dalam keadaan hidup. Selain ikan sidat masih dapat dibesarkan hingga ukuran layak konsumsi dan ekspor, ketika sudah besar dapat dilepaskan kembali ke muara untuk dapat memija (bertelur) di laut dalam. Potensi ikan sidat sebagai komoditas ekspor khas Bengkulu, memiliki nilai ekonomis tinggi yang dikenal sebagai unagi di restoran Jepang.

Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 [Foto: JEPRETPOTRET]
Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 [Foto: JEPRETPOTRET]
Wah atas pengabdian ketujuh anak muda yang berdedikasi mau bekerja di ambang batas ini, PT Astra International Tbk memberikan apresiasi nyata dalam SATU Indonesia Awards 2017. Semangat perbaikan berkesinambungan bagi kemajuan bangsa, merupakan langkah konkret Grup Astra melalui Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia (SATU Indonesia).

Apresiasi bidang kesehatan diberikan pada Ronaldus Asto Dadut dan Triana Rahmawati, bidang pendidikan kepada Jamaluddin, bidang lingkungan kepada Ritno Kurniawan, bidang kewirausahaan kepada Anjani Sekar Arum, bidang teknologi kepada Bambang Sardi, dan apresiasi kategori kelompok kepada PPILAR. Ketujuh 'mutiara bangsa' ini merupakan yang terbaik dari total keseluruhan 82 anak muda penerima apresiasi tingkat provinsi (30 provinsi) dalam lima bidang kategori dalam SATU Indonesia Awards 2017.

"Bekerja dalam 'sunyi' (tanpa pamrih) di lingkungan yang tak pernah terekspos, " ujar Prijono Sugiarto (Presiden Direktur PT Astra International Tbk) dalam apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 di Gedung Astra International pada 18 Oktober 2017 lalu. Prijono Sugiarto menyatakan pemuda yang rata-rata usianya  masih dibawah 30 tahun ini, mau bekerja tanpa pamrih dan tak ingin terkenal di lingkungan yang tak pernah terekspos.

Harapannya melalui SATU Indonesia Awards, dapat mengangkat pemuda pemudi Indonesia dalam membantu lingkungannya terangkat ke tingkat yang lebih tinggi. Apresiasi Astra ini bukan semata-mata melakukan tugas dan kewajiban yang namanya CSR. Prijono Sugiarto meyakini jika pemuda yang merupakan aset bangsa ini dapat terangkat, maka lingkungan terbantu serta ada rasa optimis bahwa negeri tercinta ini akan dapat lebih baik.

Prof Emil Salim (dosen Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Indonesia) yang turut menjadi salah satu dewan juri SATU Indonesia Awards 2017, menyatakan prakarsa ini sangat baik dengan semakin meningkatnya jumlah kepesertaan. Jika pada SATU Indonesia Awards 2010 tercatat 130 peserta dan 2.341 peserta pada SATU Indonesia Awards 2016, maka pada SATU Indonesia Awards 2017 tercatat 3.234 pemuda-pemudi yang sangat menginspirasi.

Dari jumlah keseluruhan peserta SATU Indonesia Awards 2017, tercatat 2.045 peserta individu dan 1.189 peserta kelompok.  Jumlah pendaftar sesuai kategori berasal dari bidang kewirausahaan 1.455 orang, 1.130 orang dari bidang pendidikan, 400 orang dari bidang lingkungan, 132 orang dari bidang teknologi dan 117 dari bidang kesehatan.

"Prakarsa mereka dilakukan tanpa sadar bahwa akan ada yang memberikan penghargaan," ujar Emil Salim, yang oleh Cak Lontong nama Emil tersebut bermakna "Emang ahli lingkungan".

"Pedoman penjurian didasari lima hal yaitu keaslian ide, seberapa sulit tantangan yang dihadapi, seberapa manfaat yang dapat langsung dirasakan, seberapa kuat ide dapat ditiru / direplikasi orang lain, seberapa mungkin upaya dapat berlanjut tanpa ketergantungan pada inventor," ungkap Prof Fasli Jalal (Guru Besar Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta), yang turut menjadi dewan juri. Fasli Jalal mengakui tak gampangnya mencari anak muda di pelosok-pelosok Indonesia, maka dilakukan pemanfaatan jaringan organisasi kemahasiswaan di kampus-kampus dalam pengumpulan serta penyebaran informasinya.

Selain Emil Salim dan Fasli Jalal, dewan juri SATU Indonesia Awards 2017 yang berkompeten terdiri dari Prof Nila F Moeloek (Menteri Kesehatan RI), Tri Mumpuni (Pendiri Institut Bisnis & Ekonomi Kerakyatan), Onno W Purbo (Pakar Teknologi Informasi), Bambang Harymurti (Komisaris PT Tempo Inti Media Tbk), Riza Deliansyah (Head of Environment & Social Responsibility Division PT Astra International Tbk) dan Yulian Warman (Head of Public Relation Division PT Astra International Tbk).

"Sejak pertama kali SATU Indonesia Awards dilaksanakan pada tahun 2010, seiring waktu ada dinamika kategori apresiasi. Dimulai dari apresiasi kategori individual, kini telah dapat diapresiasi dua pemenang dalam satu kategori serta adanya penerima apresiasi tingkat provinsi pada tahun ini," kata Riza Deliansyah.

"Tak bermain dengan logika, namun dengan hati yang semakin di depan. Inilah yang ditonjolkan dalam pemberian apresiasi SATU Indonesia Awards. Para pemuda yang sangat menginspirasi dan diibaratkan sebagai Lilin yang Menyala bersamaan, semoga dapat membawa Indonesia lebih Terang," ujar Yulian Warman.

Prijono Sugiarto (tengah berbatik) bersama Dewan Juri dan Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 [Foto: ASTRA]
Prijono Sugiarto (tengah berbatik) bersama Dewan Juri dan Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 [Foto: ASTRA]

Ada hal menarik dari celutukan Cak Lontong, yang mendampingi Hesty Poerwadinata dalam memandu acara SATU Indonesia Awards 2017. Cak Lontong sempat mengatakan bahwa nama Prijono Sugiarto itu memiliki makna penting. Prijono itu bermakna Priyo (baca: Pria) Numero Uno. Sementara Sugiarto itu bermakna Sungguh giat agar Astra tertoto (baca: tertata). Ucapan Cak Lontong itu memang tak salah. Prijono Sugiarto yang telah karatan dalam penugasan sebagai direktur di berbagai unit usaha Grup Astra sejak bulan Mei 2001, akhirnya mendapatkan mandat untuk meneruskan tongkat estafet  nakhoda  Astra International sepeninggal tutup usianya Michael Dharmawan Ruslim pada bulan Maret 2010.

Prijono yang berlatar belakang pendidikan teknik dari dua universitas di Jerman, tentu sangat memahami betapa pentingnya perbaikan terus menerus (improvement) dalam pengembangan sebuah produk dan tentunya sumber daya manusia (SDM) yang berada di balik layar proses produksinya. Kualitas pendidikan serta teknologi khas Jerman, telah diakui oleh dunia dalam menghasilkan SDM yang berkemampuan menghadirkan produk terbaik dengan teknologi berkualitas tinggi.

Prijono Sugiarto (tengah) dalam kegiatan HUT RI ke-72 di Grup Astra [Foto: ASTRA]
Prijono Sugiarto (tengah) dalam kegiatan HUT RI ke-72 di Grup Astra [Foto: ASTRA]
Maka tak perlu disangsikan betapa Astra sangat memperhatikan kualitas SDM internal maupun eksternal dalam perusahaan. Pencanangan Goal Astra 2020 Pride Of The Nation yang digelorakan sejak tahun 2010, tentu saja perlu melibatkan berbagai elemen anak bangsa. Sejahtera Bersama Bangsa yang merupakan cita-cita dan nilai-nilai Catur Dharma Astra, telah diyakini menjadi landasan yang kuat dalam memberikan yang terbaik & bernilai tambah bagi lingkungan sekitar dimanapun instalasi lini usaha Astra berada. Sudah seharusnya membangun negara itu tak hanya berada dalam tanggung jawab pemerintah.

SATU Indonesia yang lahir pada 28 Oktober 2009, merupakan buah perenungan Michael Dharmawan Ruslim dalam usaha semangat melakukan yang terbaik dalam membangun kesejahteraan dan kesatuan bangsa. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Astra yang terintegrasi dalam SATU Indonesia, bukanlah sekedar kegiatan filantropis namun upaya menumbuhkembangkan potensi dan pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. 

Melalui konsep SATU Indonesia, Astra tak hanya harus menjadi kebanggaan bangsa namun dapat menciptakan nilai tambah bagi lingkungan sekitar dimanapun berada dengan segala potensi terbaik yang dimilikinya. Astra mampu dapat bertahan dan terus bertumbuh berkesinambungan berkat kesaktian mandraguna Catur Dharma. Dapat bertahan dari segala gempuran krisis (1975, 1992, 1998, 2008) serta memikat hati karyawan, investor dan pelanggan, merupakan bukti nyata nilai-nilai luhur warisan William Soeryadjaya dalam Catur Dharma menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan. 

Apresiasi SATU Indonesia Awards bagi pencarian anak muda mutiara bangsa yang "terpendam" dalam lumpur sejak tahun 2010, selaras dengan digaungkannya Goal Astra 2020 Pride Of The Nation. Para mutiara bangsa yang bekerja dalam sunyi dalam usaha pemberdayaan masyarakat di berbagai pelosok negeri, mampu menjadi lilin yang menerangi bangsa di tengah masih banyak terabaikannya kesejahteraan masyarakat. Mereka dapat memberikan solusi dari permasalahan yang selama ini tak terpantau radar pemerintah dan tentunya tanpa perlu menyalahkan pemerintah.

Prijono Sugiarto yang Setia Ulet Gigih agar Astra tertata ini, tak hanya harus menyiapkan kaderisasi generasi Insan Astra yang Numero Uno dalam menyambut tongkat estafet kepemimpinan di era Goal Astra 2020. Namun juga membuka segala potensi pemberdayaan masyarakat menuju keunggulan aset bangsa di masa depan. Pemuda-pemudi  SATU Indonesia Awards seperti halnya dengan Astra, dapat diibaratkan seperti ikan kecil yang berada di kolam besar bernama Indonesia. Namun dari yang kecil ini dapat memikirkan sesuatu yang besar bagi kesejahteraan bangsa.


Referensi Pustaka:

  • Dokumentasi Pribadi Rekaman Suara dan Video Apresiasi  SATU Indonesia Awards 2017
  • PressRelease PT Astra International Tbk, 18 Oktober 2017
  • Booklet SATU Indonesia Awards 2017
  • Liman, Yakub.©Astra International, "ASTRA on Becoming Pride of The Nation". Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2017
  • Inspirasi Mutiara Kebanggaan Bangsa
  • Inspirasi Astra Mencapai Bintang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun