Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bekerja dalam Sunyi Memberi Solusi ke Pelosok Negeri

31 Oktober 2017   14:59 Diperbarui: 31 Oktober 2017   23:23 1260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prijono Sugiarto (tengah berbatik) bersama Dewan Juri dan Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 [Foto: ASTRA]

Ada yang bernama Anjani Sekar Arum, seorang perempuan 26 tahun yang sempat mengenyam pendidikan Jurusan Seni & Desain Universitas Negeri Malang. Gabungan bakat, keahlian, ketekunan dan cinta, Anjani mendirikan sanggar dan galeri batik Andaka dengan berfokus pada motif kain batik Bantengan khas Batu Malang pada tahun 2014. Namun tak mudah mencari tenaga pembatik yang konsisten berkarya.

Hingga suatu waktu ada gadis 9 tahun bernama Aliya yang tertarik belajar membatik. Seiring waktu telah ada 58 anak yang telah belajar di sanggarnya, dan karya batiknya jauh lebih indah dengan imajinasi hebat serta konsisten menyelesaikan karyanya. Kini 28 anak-anak itu aktif membatik seusai jam sekolah. Produksi kain batik mencapai rata-rata 45 lembar per bulan. 90 persen hasil penjualan diberikan kepada anak-anak, sementara sisanya digunakan untuk membeli perlengkapan bahan baku dan biaya operasional lainnya.

Tak jarang Anjani harus menguras kocek dari gajinya sebagai guru honorer di sebuah SMP, untuk menambal biaya operasional. Namun ada kendala dalam pengurusan hak paten, karena adanya perbedaan motif yang selalu berbeda dalam proses produksinya. Maka Anjani menghindari penjualan via digital untuk menangkal pencurian motif.

Ada yang namanya PPILAR, sebuah kelompok penyuluh penangkapan ikan sidat liar yang ramah lingkungan di Bengkulu. Pelopor Penangkapan Ikan Sidat Liar (PPILAR) yang diketuai oleh Randi Putra Anom, berdiri tahun 2016 untuk melakukan sosialisasi kepada nelayan penangkap ikan sidat agar menggunakan alat tradisional bubu untuk penangkapan ikan yang efektif, efisien dan ramah lingkungan. Randi bersama kedua rekannya Akri Erlianda (Koordinator Lapangan) dan Rego Damantara (Penggagas Ide), mellihat masyarakat Bengkulu marak menyetrum dan menembak ketika menangkap ikan terutama ikan sidat sejak tahun 2006. Populasi ikan sidat terancam, karena begitu banyaknya ikan yang masih kecil ikut mati. Padahal dalam UU No.31 / Tahun 2009 tentang Perikanan, pemerintah telah mengatur pelarangan menggunakan setrum ketika melakukan penangkapan ikan.

Sosialisasi penggunaan alat tradisional bubu, akan memungkinkan nelayan menangkap ikan dalam keadaan hidup. Selain ikan sidat masih dapat dibesarkan hingga ukuran layak konsumsi dan ekspor, ketika sudah besar dapat dilepaskan kembali ke muara untuk dapat memija (bertelur) di laut dalam. Potensi ikan sidat sebagai komoditas ekspor khas Bengkulu, memiliki nilai ekonomis tinggi yang dikenal sebagai unagi di restoran Jepang.

Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 [Foto: JEPRETPOTRET]
Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 [Foto: JEPRETPOTRET]
Wah atas pengabdian ketujuh anak muda yang berdedikasi mau bekerja di ambang batas ini, PT Astra International Tbk memberikan apresiasi nyata dalam SATU Indonesia Awards 2017. Semangat perbaikan berkesinambungan bagi kemajuan bangsa, merupakan langkah konkret Grup Astra melalui Semangat Astra Terpadu untuk Indonesia (SATU Indonesia).

Apresiasi bidang kesehatan diberikan pada Ronaldus Asto Dadut dan Triana Rahmawati, bidang pendidikan kepada Jamaluddin, bidang lingkungan kepada Ritno Kurniawan, bidang kewirausahaan kepada Anjani Sekar Arum, bidang teknologi kepada Bambang Sardi, dan apresiasi kategori kelompok kepada PPILAR. Ketujuh 'mutiara bangsa' ini merupakan yang terbaik dari total keseluruhan 82 anak muda penerima apresiasi tingkat provinsi (30 provinsi) dalam lima bidang kategori dalam SATU Indonesia Awards 2017.

"Bekerja dalam 'sunyi' (tanpa pamrih) di lingkungan yang tak pernah terekspos, " ujar Prijono Sugiarto (Presiden Direktur PT Astra International Tbk) dalam apresiasi SATU Indonesia Awards 2017 di Gedung Astra International pada 18 Oktober 2017 lalu. Prijono Sugiarto menyatakan pemuda yang rata-rata usianya  masih dibawah 30 tahun ini, mau bekerja tanpa pamrih dan tak ingin terkenal di lingkungan yang tak pernah terekspos.

Harapannya melalui SATU Indonesia Awards, dapat mengangkat pemuda pemudi Indonesia dalam membantu lingkungannya terangkat ke tingkat yang lebih tinggi. Apresiasi Astra ini bukan semata-mata melakukan tugas dan kewajiban yang namanya CSR. Prijono Sugiarto meyakini jika pemuda yang merupakan aset bangsa ini dapat terangkat, maka lingkungan terbantu serta ada rasa optimis bahwa negeri tercinta ini akan dapat lebih baik.

Prof Emil Salim (dosen Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Indonesia) yang turut menjadi salah satu dewan juri SATU Indonesia Awards 2017, menyatakan prakarsa ini sangat baik dengan semakin meningkatnya jumlah kepesertaan. Jika pada SATU Indonesia Awards 2010 tercatat 130 peserta dan 2.341 peserta pada SATU Indonesia Awards 2016, maka pada SATU Indonesia Awards 2017 tercatat 3.234 pemuda-pemudi yang sangat menginspirasi.

Dari jumlah keseluruhan peserta SATU Indonesia Awards 2017, tercatat 2.045 peserta individu dan 1.189 peserta kelompok.  Jumlah pendaftar sesuai kategori berasal dari bidang kewirausahaan 1.455 orang, 1.130 orang dari bidang pendidikan, 400 orang dari bidang lingkungan, 132 orang dari bidang teknologi dan 117 dari bidang kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun