Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengaktifkan Gelombang Kaizen dalam Detak Kehidupan Hebatnya UKM

13 September 2017   10:10 Diperbarui: 22 September 2017   23:51 1496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
NOYES Manufacturing Nagoya Jepang [Foto: Facebook NOYES]

"Ada sebuah industri kecil menengah (IKM) berbasis manufaktur mebel di Nagoya Jepang yang memiliki nama dan filosofi yang unik. NY Manufacturing ini memakai nama usaha yang tak identik dengan yang berbau Jepang. NoYes, begitulah nama perusahaan ini, yang juga merupakan filosofi yang dianut oleh sang pemilik usaha (owner). Sang owner mengatakan jika ada perusahaan lain berkata "No", maka perusahaan kami akan berani berkata "Yes".

Sementara itu masih ada beberapa IKM yang dikunjungi peserta Batch 5 di Osaka dan Nagoya, termasuk pula dua manufaktur industri besar di Nagoya yaitu Kubota dan Toyota Motor Corporation.

Pekerjaan rumah besar bagi pengembangan UMKM di Indonesia, dapat dilakukan dengan mengadopsi perilaku manajemen UKM serta industri besar di Jepang.
Hal teknis yang dipelajari antara lain filosofi perusahaan, manajemen usaha khususnya dalam proses produksi. Dalam hal non teknis, kita dapat melihat kedisiplinan perilaku dan waktu.

Beruntung sekali dapat melihat keberlangsungan UKM di Jepang,  yang kini dikelola oleh generasi kedua. Saya yang juga sebagai generasi kedua di perusahaan, dapat turut mempelajari filosofi dan pengalaman UMKM generasi kedua di Jepang dalam mengembangkan usaha yang lebih produktif pasca menerima tongkat estafet dari generasi pertama".

Demikianlah pernyataan dari Yulius Handaru Pradipto (Deputy DirectorPT Galih Ayom Paramesti), ketika bertestimoni pada saat acara pelepasan peserta IDCM Batch 6 tahun 2017 di kantor YDBA Sunter Jakarta Utara pada 11 September 2017 kemarin. Yulius Handaru Pradipto berkesempatan mewakili perusahaannya yang merupakan UMKM mitra Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), untuk mengikuti pelatihan The Program on Corporate Management for Indonesia (IDCM) Batch 5 ke Jepang pada tahun 2016.

Pelatihan IDCM yang telah berlangsung sejak tahun 2013, merupakan program kolaborasi antara YDBA, Association for Overseas Technical Cooperation & Sustainable Partnerships (AOTS), serta Himpunan Alumni AOTS Indonesia (HAAI). Oh ternyata, AOTS itu merupakan organisasi internasional yang bergerak di bidang pengembangan sumber daya manusia negara-negara berkembang, yang bernaung dalam Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang. AOTS akan mempromosikan kerjasama teknis melalui pelatihan, pengiriman pakar, serta rangkaian program lainnya.

Tercatat ada 24 UMKM sebagai peserta Batch 1 yang diberangkatkan pada tahun 2013. Untuk Batch 2 dan Batch 3 tahun 2014, tercatat total 48 UMKM yang diberangkatkan. Pada Batch 4 tahun 2015, ada 22 UMKM yang diberangkatkan. Sementara pada Batch 5 tahun 2016, telah memberangkatkan 21 UMKM.

Kini di tahun 2017, ada 22 UMKM mitra YDBA yang berkesempatan mengikuti IDCM di Kansai Kenshu Center, Osaka, Jepang. Mereka telah diseleksi secara administratif dengan melihat berbagai aspek pertimbangan seperti profil & struktur organisasi perusahaan, serta bidang usaha yang dijalani UMKM.

Wah peserta Batch 6 akan mengikuti pelatihan di Jepang selama 13 - 26 September 2017, yang didampingi oleh instruktur terbaik pasca karyawan YDBA tahun ini yaitu Yusuf Parna. Beliau yang telah purnabhakti dari PT Astra Daihatsu Motor ini, merupakan instruktur yang memiliki kecakapan dalam bidang quality control circle (QCC), lean production system (LPS), total productive maintenance (TPM).

Pius Cahyo Ardi Andono (Manajer InjeksiPT Yogya Presisi Tehnikatama Industri), yang mewakili peserta Batch 6, menyatakan bahwa upgrade materi pelatihan & pendampingan ala YDBA telah begitu banyak memberikan manfaat bagi daya saing serta keberlanjutan UMKM. Tak hanya dirasakan oleh pemilik usaha, namun juga peningkatan kompetensi para pekerjanya.

Andono berharap agar pelaku UMKM dapat menyelam sambil minum air plus sekalian mengail ikan di kolam besar yang bernama Indonesia. Kelak dapat berdiri di kaki sendiri, sambil menegakkan Merah Putih di negeri sendiri.

"Ketika berjalan-jalan melihat di wilayah Cikarang hingga Karawang, begitu gagahnya berkibar bendera putih yang ada merah ditengahnya," ungkap Andono menjelaskan dengan senyum simpul.  

Saharto Sahardjo (kiri) & Mohammad Iqbal (kanan), mendampingi perwakilan peserta IDCM 2017 Batch 6 [Foto:JepretPotret]
Saharto Sahardjo (kiri) & Mohammad Iqbal (kanan), mendampingi perwakilan peserta IDCM 2017 Batch 6 [Foto:JepretPotret]
Produk Domestik Bruto (PDB) yang disumbangkan lebih dari 60% oleh UMKM, patut dicermati sebagai betapa pentingnya UMKM sebagai pilar pertumbuhan ekonomi. Namun Saharto Sahardjo (Wakil KetuaHAAI) melihat masih ada tantangan dalam memasuki pasar global.

"Kontribusi ekspor UMKM Indonesia baru mencapai 16%. Sementara Thailand mencapai 30%, sedangkan Filipina telah mencapai 20%. Diperlukan pengetahuan akan pasar global mengenai akses dan sistem administrasinya. Menimba ilmu ke Jepang ini, bagaikan mendapatkan pendidikan Mini MBA (Master Business Administration)," ungkap Saharto Sahardjo saat berbagi pengalamannya sebagai salah satu alumni AOTS.

Saharto melihat Pemerintah Jepang sangat memberikan dukungan penuh bagi pelaku UMKM-nya, agar dapat melakukan penetrasi ke pasar global. Hal inilah yang coba diadopsi oleh YDBA terhadap mitra binaannya.

"Para peserta Batch 6 harus dapat memaksimalkan waktu belajar ilmu manajemen usaha selama dua minggu di Jepang, serta diharapkan akan menjadi garda terdepan dalam melakukan implementasi kaizen (continous improvement) di lingkungan perusahaannya masing-masing," ujar Mohammad Iqbal (Sekretaris Pengurus YDBA) ketika menyampaikan pesan harapannya pada seluruh peserta.

YDBA yang memiliki filosofi Berikan Kail Bukan Ikan, menjalankan program tanggung jawab sosial Astra dengan berfokus pada pembinaan UMKM yang meliputi UMKM manufaktur (baik terkait mata rantai usaha Grup Astra maupun tak terkait), perbengkelan roda empat & roda dua, pengrajin, serta petani. Proses pelatihan dan pendampingan oleh YDBA, berlandaskan nilai-nilai
CARE (Compassionate, Adaptive, Responsible & Excellent) dengan mengembangkan Sektor Unggulan yang berbasis komunitas.

Komitmen Astra melalui YDBA, merupakan peran serta aktif turut membangun bangsa, seperti yang dicita-citakan oleh William Soeryadjaya sejak tahun 1980. Semangat ini sesuai amanat dari butir pertama Catur Dharma Astra, yaitu Menjadi Milik yang Bermanfaat bagi Bangsa & Negara.

Ber-Kaizen dan Ber-QCC. Ada gelombang kaizen di setiap detak kehidupan Hebatnya UKM mitra YDBA, sebagai upaya agar UMKM dapat naik kelas, mencapai kemandirian, serta awet secara berkelanjutan. Yuk NgImprove!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun