Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Permainan Tradisional Anak Negeri Berseri Kembali, Lestari Budayaku Sehat Bangsaku

30 Agustus 2017   23:23 Diperbarui: 31 Agustus 2017   23:09 4014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap sore hari kala masih duduk di tingkat sekolah dasar, hampir setiap hari menyempatkan bermain bersama teman sebaya di lapangan olahraga yang ada di sekitar  kompleks perumahan. Jika ingin bermain sepakbola dan layang-layang, maka tinggal memakai lapangan olahraga milik sebuah SMA yang berada berdampingan dengan kompleks. Namun biasanya akan sering menggunakan lapangan bulutangkis maupun bola basket yang menjadi sarana olahraga warga kompleks.

Selain bermain sepakbola dan bukutangkis, sering pula saling adu ketangkasan permainan tradisional seperti adu kelereng, petak umpet, ular naga, lompat tali, benteng, engklek, congklak, gatrik, galasin (hadang / gobak sodor). Ketika lomba 17-an, maka akan ikut permainan balap karung, egrang, balap bakiak.

Seiring perkembangan zaman yang mengarah pada digitalisasi, maka permainan anak-anak mulai tergeser pada penggunaan alat elektronik yang tergenggam dalam tangan maupun mesin elektronik yang berlokasi di pusat hiburan dan perbelanjaan. Ketika menginjak kelas lima SD, ada beberapa teman sekolah yang memiliki jam tangan yang dilengkapi dengan permainan elektronik seperti tetris. Ketika menginjak pendidikan SMP dan SMA, banyak teman yang sangat doyan nongkrong bermain mesin dingdong di dekat sekolah maupun yang berlokasi jauh seperti di daerah Mayestik, Blok M dan Pasar Ciputat.

Hingga akhirnya perkembangan revolusioner permainan komputer dan arena bermain anak-anak yang berbasis digital di pusat perbelanjaan, mulai mampu menenggelamkan keberadaan permainan tradisional anak negeri. Sementara dunia terasa semakin dekat, dengan terhubungnya dalam jaringan internet yang berkecepatan tinggi. Maka game online semakin digandrungi oleh anak-anak hingga usia dewasa, melalui gerai warnet yang menyediakan layanan game online maupun menggunakan gadget di tangan masing-masing.

Gapura KBA Ciganjur Berseri [Foto:JepretPotret]
Gapura KBA Ciganjur Berseri [Foto:JepretPotret]
Dalam rangkaian peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli dan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus, maka diselenggarakan Festival Permainan Tradisional Berseri pada 27 Agustus 2017 di Kampung Berseri Astra (KBA) RPTRA Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan.

"Bermain adalah hak bagi setiap anak. Hak anak dalam ratifikasi konvensi anak adalah untuk beristirahat, memanfaatkan waktu luang, bergaul, bermain, berekreasi, demi melakukan pengembangan diri sesuai bakat & kecerdasan masing-masing. Penyelenggaraan festival oleh Astra ini, memberikan terobosan baru dalam mengembangkan permainan tradisional yang memiliki nilai filosofis tinggi dan memacu tingkat produktivitas antar teman," kata Rohika Kurniadi Sari (Asisten Deputy Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak RI), ketika menyampaikan pesan Deputy Tumbuh Kembang Anak Kementerian PPPA RI.

"Permainan anak tradisional ini memberikan rasa kebersamaan dan gotong royong. Namun juga kegiatan yang banyak membutuhkan gerak tubuh, yang tentunya sangat membantu tumbuh kembang anak. RPTRA merupakan pusat tumbuh kembang anak untuk bermain dan berinteraksi, yang mampu ditangkap dengan baik oleh Astra dalam melaksanakan festival permainan tradisional," ujar Arifin MAP (Wakil Walikotamadya Jakarta Selatan) yang mewakili Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, turut hadir didampingi istri dan kedua putrinya dalam Festival KBA.

Wawali Kotamadya Jakarta Selatan Arifin MAP (berbaju kotak merah) [Foto:JepretPotret]
Wawali Kotamadya Jakarta Selatan Arifin MAP (berbaju kotak merah) [Foto:JepretPotret]
Banyak sekali perlombaan permainan anak tradisional yang  diikuti oleh 13 perwakilan masyarakat Kampung Berseri Astra se-Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi). Permainan tradisional yang diperlombakan antara lain Dagongan, Hadang, Bakiak, Lari Balok dan Egrang.

Permainan Dagongan ini mempergunakan satu bambu sebagai alatnya, dimana kedua tim akan berusaha saling mendorong hingga salah satu tim terjengkang ke belakang. Hal ini berbeda dengan tarik tambang, dimana kedua tim akan berusaha saling tarik menarik sekuat tenaga. Akhirnya tim KBA Cengkareng Timur Jakarta Barat berhasil menjadi Kampiun, setelah mengalahkan tim tuan rumah KBA Ciganjur Jakarta Selatan di partai final.


Permainan Hadang sudah sangat dikenal sejak zaman kerajaan di Pulau Jawa terutama Jogjakarta. Untuk melatih ketrampilan dan persiapan perang menghadapi musuh, para prajurit kerajaan akan selalu menyelipkan permainan ini dalam sesi latihannya. Permainan ini sangat terkenal dengan nama gobak sodor dan galasin. Berasal dari kata gobak & sodor yang bermakna bergerak dengan bebas & tombak.



Dalam permainan ini satu tim akan bertugas menjadi penjaga dan berusaha menghadang  pergerakan tim lawannya, cukup dengan menyentuh tubuh anggota musuhnya. Sementara satu tim, akan berusaha bergerak bebas dan menghindar dari hadangan lawannya, mulai garis terdepan sampai garis belakang pertahanan lawannya hingga kemudian kembali ke pertahanan depan. Akhirnya tim KBA Sunter Jaya Jakarta Utara berhasil menjadi Kampiun, setelah sukses menghadang tim KBA Cengkareng Timur Jakarta Barat.

Permainan Terompah Panjang, sebuah nama yang awalnya sungguh memeras ingatan otak, apakah pernah mengenali jenis permainan ini sebelumnya? Setelah melihat baliho, baru mengerti bahwa nama bakiak merupakan nama yang sangat familiar dengan ingatan warga negara Indonesia dalam waktu sesingkat-singkatnya. Permainan yang sangat wajib diadakan dalam lomba perayaan 17-an.


Dalam lomba festival ini, satu ronde akan mempertandingkan kelincahan 4 tim KBA sekaligus. Satu tim yang beranggotakan lima anak, akan berusaha berjalan cepat namun seirama dengan kaki yang terikat di atas kayu. Akhirnya tim KBA Kebon Jeruk Jakarta Barat yang berhak menjadi Kampiun di partai final.

Jujur saja sempat terpikir seperti apa bentuk dan aturan dari permainan Jalan / Lari Balok, karena belum pernah menyaksikannya hingga pelaksanaan Festival KBA. Ada empat balok kecil yang menyerupai batubata, dimana setiap melangkah harus memindahkan balok di belakang ke depan sebagai tempat pijakan, dan seterusnya hingga garis akhir. Dibutuhkan konsentrasi, kecepatan dan keseimbangan tubuh ketika memulainya. Akhirnya anggota tim KBA Warakas Jakarta Utara yang tercepat di partai final dan meraih gelar Kampiun.


Permainan Egrang juga termasuk yang familiar di telinga warga negara Indonesia manapun, karena hampir dipastikan akan selalu menjadi lomba 17-an. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung terbuat dari bambu bulat panjang. Meski begitu belum dapat diketahui asal muasal sebenarnya, karena permainan ini juga dikenal dengan nama yang berbeda di beberapa daerah.

Tengkak-tengkak yang berasal dari kata Tengkak (pincang), dikenal di sebagian besar wilayah Sumatra Barat. Ingkau yang berarti sepatu bambu, dikenal di wilayah Bengkulu. Sementara di Jawa Tengah dikenal dengan Jangkungan, yang berasal dari nama burung berkaki panjang.


Dibutuhkan ketrampilan & keseimbangan tubuh ketika menaikinya serta mengayunkan langkahnya. Akhirnya anggota tim KBA Lengkong Kulon Tangerang, yang menjadi Kampiun walaupun sempat terpeleset di garis finish namun tak mengalami cedera yang fatal.

Juara Umum Festival Permainan Tradisional disabet oleh KBA Lengkong Kulon Tangerang dan KBA Cengkareng Timur Jakarta Barat, yang apresiasinya diserahkan langsung oleh Riza Deliansyah (Head of Environment Social Responsibility PT Astra International Tbk) kepada koordinator KBA masing-masing.

Riza Deliansyah (kiri) sedang menyerahkan apresiasi Juara Umum [Foto: JepretPotret]
Riza Deliansyah (kiri) sedang menyerahkan apresiasi Juara Umum [Foto: JepretPotret]
Mengutip kembali kata sambutan Diah Suran Febrianti (Team Leader - Divisi Environment Social Responsibility PT Astra International Tbk) ,"Dalam permainan tradisional terkandung makna rasa persatuan dan kebersamaan, dengan melibatkan aspek fisik dan emosi. Manfaat dari permainan tradisional akan sangat baik bagi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, daya kreatifitas, serta kemampuan bersosialisasi seorang anak".

Bertemakan "Permainan Untuk Anak Negeri", PT Astra International Tbk sangat berkomitmen untuk membudayakan permainan anak tradisional agar dapat dikenal generasi milenial, terutama masyarakat Kampung Berseri Astra. Harapannya melalui Festival Permainan Tradisional Berseri, akan dapat menginisiasi usaha pelestarian permainan tradisonal yang mulai tak tersentuh dan terlupakan oleh generasi milenial.

"Tindakan penelantaran, kekerasan mental & fisik, merupakan tanda ketidakmampuan orangtua dalam pengasuhan anak. Hal ini akan sangat berdampak negatif bagi tumbuh kembang anak," ungkap Dr. Hamid Patilima yang turut menjadi narasumber diskusi "Pengasuhan Berbasis Hak Anak", dalam sesi Seminar Parenting di Festival Kampung Berseri Astra. Kemudian Hamid Patilima menyarankan agar orangtua perlu menyiapkan diri dan menguasai enam aspek resiliensi anak yaitu keamanan dasar, pendidikan, persahabatan, minat & bakat, nilai-nilak positip, serta kompetensi sosial.

Hamid Patilima [Foto:JepretPotret]
Hamid Patilima [Foto:JepretPotret]
Dalam keenam aspek tersebut, tercakup antara lain membangkitkan semangat kebersamaan & menghargai orang lain, mendorong anak untuk bermain & memfasilitasi untuk dapat berprestasi, memfasilitasi anak untuk bersahabat & mengintervensi hal penghambat persahabatan anak, mendorong imajinasi anak serta memfasilitasi minat & bakat anak, membantu anak mengenal emosinya serta mendorong anak dapat bertanggung jawab & berperilaku proporsional, mendorong anak percaya diri & dapat mengontrol diri serta dapat memberikan perhatian pada orang lain.

Pameran Karya Mural [Foto:JepretPotret]
Pameran Karya Mural [Foto:JepretPotret]

Karya Mural Tim Big-Box [Foto: JepretPotret]
Karya Mural Tim Big-Box [Foto: JepretPotret]
Tak hanya lomba permainan, namun juga ditampilkan pameran para finalis Lomba Mural. Karya mural ini merupakan gambaran kreasi mahasiswa tentang kondisi ketiga belas Kampung Berseri Astra yang berada di Jadetabek. Akhirnya tim Big Box dari Universitas Bina Nusantara berhasil meraih apresiasi terbaik, yang lokasi muralnya menggambarkan KBA Kebon Rawajati Jakarta Selatan.

RPTRA Kampung Berseri Astra Ciganjur [Foto:JepretPotret]
RPTRA Kampung Berseri Astra Ciganjur [Foto:JepretPotret]
Denah RPTRA Kampung Berseri Astra Ciganjur [Foto: JepretPotret]
Denah RPTRA Kampung Berseri Astra Ciganjur [Foto: JepretPotret]
Sambil menyaksikan keseruan lomba permainan, sambil pula  berkeliling melihat kondisi Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Ciganjur Berseri. RPTRA yang menjadi bagian dari Kampung Berseri Astra (KBA) ini, diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada 17 Mei 2016. Kampung Binaan Astra ini berlokasi di Jalan Pasir I RW 006 Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa. Jumlah penduduk KBA Ciganjur berjumlah 8.139 jiwa dengan 2.122 kepala keluarga.

Zona Hijau & Tanaman Obat Herbal [Foto:JepretPotret]
Zona Hijau & Tanaman Obat Herbal [Foto:JepretPotret]

Zona Hijau & Rumah Bibit RPTRA [Foto:JepretPotret]
Zona Hijau & Rumah Bibit RPTRA [Foto:JepretPotret]
Fasilitas Toilet RPTRA [Foto: JepretPotret]
Fasilitas Toilet RPTRA [Foto: JepretPotret]
Jika sebuah hotel memiliki tanda bintang sebagai pemeringkatan kelas pelayanannya, maka KBA pun ada pemeringkatannya juga lho. KBA Ciganjur Berseri ini ternyata masih berperingkat Pratama - Bintang 1, sesuai dengan Standard Level Kampung Berseri Astra. Urutan pemeringkatan KBA dimulai dari Pratama, Madya, Nindya, Utama, hingga yang tertinggi yaitu Kencana.

Kegiatan tanggap sosial perusahaan (CSR) PT Astra International Tbk yang diimplementasikan oleh Divisi Environment Social Responsibility (ESR), akan berpedoman pada filosofi Catur Dharma Astra. Butir pertama Catur Dharma Astra, yaitu Menjadi Milik yang Bermanfaat Bagi Bangsa & Negara, menjadi spirit yang menginspirasi pembinaan Kampung Berseri Astra. Dimanapun instalasi Astra, harus membawa manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan sekitarnya serta masyarakat luas.

Dalam pengembangan terpadu program Kampung Berseri Astra, akan terkandung unsur 4 pilar program CSR yaitu Kesehatan, Lingkungan, Pendidikan, dan Kewirausahaan. Diharapkan dapat mewujudkan kampung yang benar-benar Berseri, yaitu Bersih, Sehat, Cerdas & Produktif.


Hak anak terakomodir dengan baik dalam program Kampung Berseri Astra seperti layanan Posyandu, PAUD, Rumah Pintar, hingga donasi beasiswa & perlengkapan sekolah. Pemenuhan kebutuhan dasar anak yang didukung oleh penghijauan kampung yang memiliki ketahanan pangan serta pembinaan Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam Kelompok Usaha Kecil Binaan Astra (AKU BISA), diyakini akan dapat mewujudkan program Kota Layak Anak yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (PPPA) RI.

Keceriaan anak-anak dari berbagai Kampung Berseri Astra se-Jadetabek yang menikmati berserinya kembali Festival Permainan Tradisional Anak Negeri, menggugah rasa optimis untuk melestarikan budaya bangsa yang menyehatkan. "Lestari Budayaku Sehat Bangsaku"!

Referensi Pustaka:

Kholifah, Abdullah. "Buku Panduan Kampung Berseri Astra". Divisi ESR PT Astra International Tbk, Jakarta, 2016.

Liman, Yakub. ©Astra International. "ASTRA on Becoming Pride of The Nation". Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2017.

Inspirasi Mutiara Kebanggaan Bangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun