Mohon tunggu...
JepretPotret
JepretPotret Mohon Tunggu... Freelancer - ........ ........

........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Celebrating The Moment, Merayakan Sang Momen

1 Juli 2017   22:02 Diperbarui: 2 Juli 2017   08:44 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

>>>>>>>>
Dan momen pun kembali berdenyut...
Merenungkan kematian syahid St.Bartholomeus di Katedral Milan, menemukan keheningan di Katedral Vaduz, menyaksikan pentas teater musik yang terinspirasi hikayat kepahlawanan Sulawesi Selatan namun disutradarai oleh orang asing, meresapi kemiringan Menara Pisa, hingga terpaku pada sebuah jembatan di kota Ageo.

Terlihat asap yang ditinggalkan pesawat terbang yang melintasi langit Pisa. Ini merupakan pertanda akan simbol perjalanan waktu. "Segala sesuatu baik adanya, sekalipun nampak tak baik, sebetulnya baik adanya", begitulah kebenaran kata bijak. Menara lonceng gereja Katedral yang miring karena kesalahhitungan arsitek, kini mendatangkan manfaat (maslahat) buat masyarakat.
Cekrek.. Cekrek... Cekrek....

Menara Miring
Menara Miring
"Menara Miring" (The Leaning Tower)
Dalam kesungguhan upaya
Kesalahan hanya soal masa
Selewat masa lewat
Masalah jadi maslahat

Di sudut kota Ageo, tersedia jembatan khusus pejalan kaki yang menghubungkan fasilitas publik. Masih banyak sepeda terparkir dimana-mana hingga larut malam. Kendaraan yang sederhana masih menjadi pilihan masyarakat Jepang, meskipun dikenal sebagai produsen mobil terbesar di dunia.
Cekrek.. Cekrek... Cekrek....

Sepeda Negeri Kaya
Sepeda Negeri Kaya
"Sepeda Negeri Kaya" (Bicycle in A Rich Country)

Di negeri yang kaya
Produsen mobil paling raya
Naik sepeda bukan lagi soal gaya
Sudah menjadi kesehariannya

Di negeri yang suka belanja
Konsumen mobil yang berdaya
Naik sepeda entah prioritas keberapa
"Masuk TV nggak?" jawabnya

>>>>>>>>
Dan momen pun berdenyut kembali...
Merasakan kehidupan penduduk Desa Sitonjul, menikmati keasrian kehidupan Desa Gajeboh, mendengarkan suasana belakang layar pertunjukkan busana, menyaksikan pentas tari klasik, merasakan irama konser jazz, hingga menyaksikan metafora kehidupan di bilangan Patung Pak Tani.

Pose Bunda Tani yang menyediakan bekal, gedung yang sedang dibangun, bis kota yang ngetem sejenak yang memberikan kesempatan Pak Kenek melepaskan dahaga, memunculkan penggalan orkestra metafora kehidupan.
Cekrek.. Cekrek... Cekrek....

Anak Tani
Anak Tani
"Anak Tani" (Former's Kids)

Kami adalah anak tani
Yang lupa pada padi
Mengagungkan gedung tinggi
Meski hanya jadi kuli

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun