Kepemimpinan TNGL yang memperlakukan staf Leuser lebih manusiawi dan diimbangi keteladanan, tentu akan dapat memecahkan kebuntuan intelektual. Aturan menurut kepala taman nasional, sangat menentukan keprercayaan pengelolaan konservasi. Namun justru aturan ini tak dapat diterapkan dan menjadi bagian masalah di lapangan.
Fenomena jebakan aturan (regulation trap) harus dibongkar dengan pola pikir merdeka, untuk melakukan interprestasi yang brilian atas aturan baku yang sangat ketat membatasi. Diperlukan keberanian dalam belajar berpikir tidak linear dan keluar dari belenggu aturan. Namun semuanya itu tak ada jaminannya dan harus siap kecewa yang mendalam. Why?
Kerja keras pemimpin kawasan konservasi belum tentu mendapatkan pengakuan apresiasi dari tingkat pusat. Namun pengakuan bisa datang dari mana saja. Ada LSM, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemuka agama, pemerintahan lokal hingga media lokal yang ada di sekitat kawasan. Pengakuan ini, jauh lebih penting lho.
Akhirnya dalam sebuah obrolan imajiner:
JP: "Siap 'Jenderal' Wiratno!"
W: "Siap untuk apa?"
JP: "Ya siap untuk #AyoKeTamanNasional dong, yang berada di seluruh penjuru Nusantara. Siap tersesat untuk menjepret dan memotret Roh konservasi sumber daya alam dan ekosistem."
W: "Hm.. Ya sudah, Bersiap-siaplah dan berjaga-jagalah!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H