Mohon tunggu...
Jasmin Sitanggang
Jasmin Sitanggang Mohon Tunggu... -

Lahir saat gejolak G 30 S PKI di Sumatera Utara. Peringatan hari kesaktian Pancasila aku sering ke Tugu Sujono, letaknya di tengah perkebunan karet Bandar Betsy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makna Laporan Hasil Belajar Semester Luna

28 Desember 2012   11:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:54 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pagi  itu anak-anak berkumpul di ruang tunggu sekolah. Ekspressi  wajah anak-anak  sangat beragam. Dini tampak murung. Lini dan Anti biasa-biasa saja.  Luna  gelisah. Ia  meremas-remas  jemari  dan sekali-kali  menundukkan kepala. Ia sangat khawatir nilai rapor yang akan diterima  orang tua tidak sesuai dengan harapan ayah dan ibunya. Kegelisahannya  semakin memuncak ketika ibunya akan menunjukkan hasil belajar semester satu. “Kamu  berada di rangking 10 dari seluruh kelas. Ibu sudah mengingatkanmu berkali-kali agar dapat peringkat 1, atau peringkat 2, kalau tidak peringkat 3.  Ayo, pulang. Nanti kita bicarakan di mobil.”

Luna tampak hanya diam. Ia tidak berani menjawab  ocehan ibunya yang bersikap menghakimi. Sepanjang perjalanan pulang, ibunya tak henti-hentinya  mengomel tentang  ranking Luna yang tidak mampu memenuhi kemauan ibunya. Konsep ibunya  hanya berorientasi ranking. Sayangnya, sang ibu tak mampu melihat secara jeli kemampuan Luna yang luar biasa. Berdasarkan data ranking, selisih nilai antara ranking tidak terlalu jauh, hanya  hitungan satuan tidak sampai puluhan.

Zaman sekarang masih banyak orang tua  mengukur prestasi belajar anak  berdasarkan angka-angka di rapor. Sang ibu hanya memiliki kaca mata kuda dan lensanya tidak berwarna. Orang tua lupa bahwa proses belajar tidak hanya kognitif  tetapi juga meliputi  afeksi dan motorik. Dari segi kognitif,  hasil belajar Luna tergolong  sangat baik. Data   menunjukkan bahwa rata-rata nilai-nilainya di atas  8,5. Tetapi karena orang tua  memiliki ambisi agar anak mendapat rangking antara 1 hingga 3 maka ia mengabaikan usaha anak yang telah menunjukkan prestasi baik.
Mengapa sikap orang tua demikian? Setelah ditelusuri ternyata si anak mendapat beasiswa dari perusahaan tempat  orang tua bekerja. Kata ‘ranking’ menjadi nilai materi. Orang tua  hanya menilai proses belajar dari angka-angka. Sikap ini menjadi bagian dari karakter Luna dalam proses pembelajaran.

Berbagai upaya dilakukan Luna untuk menunjukkan  bahwa ia lebih unggul di dalam kelas. Ia kurang menunjukkan sikap menghargai  teman. Ungkapan dan perilakunya cendrung  arogan. Teman-teman tidak menyukainya. Berdasarkan sharing, teman sekelas tidak mau berteman dengan Luna karena bahasanya terlalu tinggi.  Ia tidak memahami makna kata yang diungkapkan. Suatu ketika, Luna pernah ditolak oleh teman-teman dalam pembentukan kelompok belajar. Ia hanya mau berkelompok dengan orang tertentu. Di dalam kelompok ia bersikap dominan. Bahasanya kasar. Kata – katanya sering kali menyinggung perasaan. Ketika ditelusuri, ternyata perilaku itu merupakan representasi situasi keluarga yang dialami Luna setiap hari.
Di satu sisi, pengetahuan orang tua tentang makna pembelajaran yang holistik tidak  diimplementasikan dalam bersikap dan berperilaku sehingga hanya berorientasi kesombongan belaka. Nilai materi mengalahkan nilai-nilai daya juang, nilai penghargaan, nilai sopan, nilai kejujuran, nilai religiusitas. Konsep orangtua yang benar  tentang belajar akan hidup akan menjadi cermin di dalam diri setiap anak. Demikian halnya, bila  orang tua beranggapan bahwa materi menjadi tolok ukur keberhasilan maka anak akan mengabaikan orang lain. Konsep  orang tua yang keliru,  akan semakin menjauhkan anak dari hakikat belajar yang sesungguhnya dan mengkerdilkan nilai-nilai luhur yang dikehendaki Tuhan dalam diri anak. Tugas orang tua adalah membantu anak menjadi manusia yang terintegrasi baik segi kognisi, afeksi serta psikomotorik. Semoga anak-anak tumbuh dan berkembang menjadi  manusia yang memiliki nilai-nilai luhur sehingga ia memiliki makna bagi orang lain dan Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun