Sebuah arahan yang menakjubkan dari seorang sutradara. Para teroris mengintruksikan Neerja dan para pramugari agar mengumpulkan pasport orang-orang Amerika. Mereka mengancam akan membunuh warga Amerika yang ada di dalam pesawat. Neerja dengan kecerdasan dan sisi kemanusiaanya yang sangat luar biasa menyembunyikan dan membuang pasport orang-orang Amerika ke bawah tempat duduk pesawat.
 Pihak teroris dan pemerintah Pakistan tak kunjung menemukan kesepakatan. Lampu pesawat tiba-tiba mati karena kehabisan daya. Para teroris mengamuk dan merasa dijebak pemerintah Pakistan. Mereka menganggap misi mereka gagal dan menembaki para penumpang dalam keadaan gelap. Neerja langsung memanfaatkan situasi itu dengan membuka pintu darurat. Dan mengintruksikan penumpang lain untuk membuka pintu darurat di samping mereka. Neerja membantu para penumpang untuk keluar melalui pintu darurat.
Dan saat semua penumpang yang masih hidup sudah berhasil diselamatkan, Neerja masih di dalam pesawat. Memastikan sudah tidak ada lagi penumpang yang masih hidup di dalam pesawat. Ternyata masih ada tiga anak kecil yang bersembunyi di balik tempat duduk penumpang dan Neerja masuk lagi ke dalam pesawat untuk menyelamatkan anak-anak itu. Saat ketiga anak tersebut ia keluarkan dari pintu darurat seorang teroris mencoba menembak anak-anak itu, dan Neerja dengan cepat langung melindungi mereka dengan tubuhnya. Tiga tembakan menghantam bagian belakang tubuh Neerja dan disitulah pengorbanan Neerja berakhir.Â
 Neerja akhirnya mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan penumpang. Sebuah kalimat singkat yang sederhana ia ungkapkan kepada anak yang sudah ia selamatkan. “ If you meet my mom tell her that,  I hate tears “. Saya benci air mata. Film ini digarap dengan indah dan sangat menyentuh. Setiap adegan di visualisasikan dengan nyata. Seolah-olah penonton sedang menyakasikan sebuah kejadian menengangkan di tahun 1986 dalam sebuah berita televisi yang ditayangkan secara langsung. Semuanya nyata dan logis.
 Bagaimana mungkin Sonam kapoor dan ibunya di film Neerja bermain dengan apik. Ia menampilkan sosok Neerja dengan sempurna dalam dirinya. Dan Sutradara yang tidak begitu kaliber seperti Ramkmadhvani mampu mengemas film ini dengan sempurna tanpa celah. Awalnya saya berpikir bagaimana bisa sebuah adegan diakukan hanya dalam pesawat dalam durasi hampir dua jam. Ternyata banyak adegan yang bisa dieksplorasi Ramkmadhvani hanya bersettingkan sebuah pesawat. Situasi dan ekspresi penumpang yang ada dalam pesawat seperti benar-benar terjadi.
Neerja menyuguhkan sebuah drama dan sedikit action yang tulus. Adegan-adegan yang menyentuh mampu membobol air mata untuk keluar dari sarangnya. Adengan paling indah adalah ketika mayat Neerja di dalam peti diserahkan kepada keluarganya di ruang tunggu bandara. Bagaimana ibu Neerja, ayahnya dan dua saudara laki-lakinya memainkan air matanya dengan mengharu biru tanpa sentuhan dramatisir.
Saat pramugari teman-teman Neerja yang masih hidup memberi penghormatan terakhir pada Neerja salah satu adegan terbaik yang pernah saya lihat. Saat ibu Neerja memberikan pidato pertamanya satu tahun setelah kematian Neerja sungguh luar biasa menyentuh. Dengan kata-katanya yang manis dan emosional. Ia menagatakan, “ Hingga saat ini saya belum bisa menerima kepergiaan putri saya, yang meninggal di usia 23 tahun. Ia ditembak saat menyelamatkan penumpang.
Ia selalu mementingkan orang lain, ia tidak pernah mementingkan dirinya sendiri. Bahkan ia tidak berpikir bagaimana perasaan ibunya jika ia pergi. Orang-orang bertanya kepada saya, bagaimana saya mendidik seorang gadis pemberani seperti Neerja. Seharusnya saya tidak bersedih, seharusnya saya bangga dengan Neerja. “ Sebuah pernyataan dan suguhan yang layak direspond dengan standing applause.
 Film Neerja dikemas dengan sederhana, dengan dialog-dialog yang membujuk penonton untuk menyadari bebrapa hal, tentang kasih sayang, pengorbanan, perjuangan, kemanusiaan dan dedikasi terhadap pekerjaan. Tidak berlebihan rasanya jika saya menyebutkan bahwa Neerja adalah super hero yang sesungguhnya.
Ia menyelamatkan manusia dengan cara yang sederhana, nyata dan bisa dipertanggungjawabkan. Ia bukan spiderman yang meloncat dari satu gedung ke gedung lain untuk misi penyelamatan. Bukan pula superman dengan sempak diluar yang terbang mengintari Amerika untuk melawan kejahatan. Ia juga bukan ibu peri yang bisa menciptakan keajaiban seenaknya. Dia nyata dan tindakanya masuk akal.
 Kisah Neerja terjadi di tahun 1986, lagi-lagi film ini digambarkan reall seperti di tahun delapan puluhan. Mulai dengan properti, suasana dan situasi bandara. Mesin tik, komputer, di bandara dan tape yang kasetnya masih segi empat. Semuanya sangat  delapan puluhan sekali.