Mohon tunggu...
tari angriani
tari angriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas palangkaraya

ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pariwisata Berkelanjutan

4 Desember 2023   00:35 Diperbarui: 4 Desember 2023   01:23 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pariwisata Berkelanjutan

Pada dasarnya  pembangunan berkelanjutan adalah untuk mencapai pemerataan pembangunan bagi generasi sekarang dan masa depan. Menurut Salam (1990), pembangunan berkelanjutan berupaya memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Siagian mengartikan pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian tindakan yang disengaja yang dilakukan oleh suatu negara, negara bagian, atau pemerintahan dengan tujuan membangun negara tersebut.

Menurut Tjokroamidjojo, Pembangunan adalah proses penyelenggaraan kegiatan pemerintahan (administrasi) untuk mencapai perluasan terencana menuju keadaan yang dianggap lebih menguntungkan bagi kemajuan beberapa aspek eksistensi suatu bangsa.

Menurut  Supriatna, Pembangunan sebagai sistem  mencakup beberapa komponen, yaitu : 

a). Masukan mencakup budaya, lembaga masyarakat, masyarakat dan sumber daya alam, serta nilai-nilai.

b). manajemen pemerintahan, kapasitas organisasi, dan prosedur pelaksanaan proyek pembangunan

c). Output: Pergeseran dalam cara orang berperilaku yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk berpikir jernih, menunjukkan kasih sayang, dan melakukan tugas-tugas yang diperlukan untuk standar hidup.

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (1990), Ada tiga kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur pembangunan yaitu :

  •  Tidak ada pemborosan sumber daya alam atau pengurasan sumber daya alam
  •   Tidak ada polusi atau dampak lingkungan lainnya; dan
  • Kegiatan harus mampu meningkatkan jumlah sumber daya yang dapat diganti atau digunakan.

Senada dengan konsep tersebut, Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya:

  • Pemerataan manfaat hasil hasil pembangunan antar generasi, berarti bahwa penggunaan sumber daya alam untuk pertumbuhan harus mempertimbangkan batasan wajar dalam pengelolaan ekosistem atau sistem lingkungan, fokus pada sumber daya alam yang dapat diisi ulang, dan meminimalkan tekanan. menentang eksploitasi sumber daya. karakteristik unik.
  • Safeguarding atau memastikan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam saat ini sambil menjaga dari gangguan ekosistem untuk menjamin standar hidup yang tinggi bagi generasi mendatang.
  • Eksploitasi dan pengelolaan sumber daya alam secara eksklusif untuk memperluas ekonomi dengan mengorbankan penggunaan sumber daya yang adil dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.
  • Melestarikan kesejahteraan masyarakat (masyarakat) yang berkelanjutan antarwaktu (sekarang dan masa depan).
  • Melestarikan keuntungan jangka panjang atau berkelanjutan yang diperoleh dari pengembangan atau pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam untuk generasi mendatang.
  • Menjaga kesejahteraan manusia agar selaras dengan lingkungannya secara lintas generasi.

Menurut Sutamihardja (2004), bahwa dalam konsep pembangunan berkelanjutan, tabrakan kebijakan antara kebutuhan untuk mencegah degradasi lingkungan dan kebutuhan untuk mengeksplorasi sumber daya alam untuk memerangi kemiskinan perlu dihindari dan sedapat mungkin dapat dilakukan secara seimbang. tata krama. Pembangunan berkelanjutan juga mencakup pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dan memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk mewujudkan impian mereka akan kehidupan yang lebih baik tanpa mengorbankan generasi mendatang.

Pengembangan konsep pembangunan yang berkelanjutan pertimbangan harus diberikan pada persyaratan yang dapat diterima secara sosial dan budaya, nilai-nilai yang dapat diperjuangkan secara sah oleh setiap orang, dan nilai-nilai yang menghasilkan standar konsumsi yang bervariasi dalam batas kemampuan lingkungan. Meskipun demikian, ada kemungkinan bahwa pemenuhan tuntutan ini akan bergantung pada perlu atau tidaknya pembangunan ekonomi atau produksi skala maksimum.

Pembangunan berkelanjutan jelas mensyaratkan pertumbuhan ekonomi ditempat yang kebutuhan utamanya belum bisa konsisten dengan pertumbuhan ekonomi, asalkan isi pertumbuhan mencerminkan prinsip-prinsip keberlanjutan.

Prinsip , Strategi, dan Pendekatan Pariwisata Berkelanjutan

A. Prinsip Pariwisat Berkelanjutan

  • Menurut Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995), pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pengaturan penyediaan, pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan. Hal ini juga dapat dilakukan secara ekonomi, bermanfaat secara ekologis, dan adil secara sosial dan etika. Hal ini hanya dapat dipraktikkan dengan kerangka tata kelola yang kuat, yang memerlukan keterlibatan aktif dan seimbang dari sektor publik, dunia usaha, dan masyarakat. Oleh karena itu, isu-isu demokrasi, hak asasi manusia, dan topik-topik umum lainnya semuanya terkait dengan pembangunan berkelanjutan selain isu-isu lingkungan hidup. Tidak dapat disangkal bahwa gagasan pembangunan berkelanjutan masih dianggap sebagai "resep" terbaik untuk mencapai kemajuan. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-prinsipnya yang di eloborasi. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi,keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

1. Partisipasi

Prinsip ini menekankan pentingnya melibatkan semua pihak yang terlibat dalam pariwisata, seperti masyarakat lokal, pemerintah, dan pelaku pariwisata lainnya. Dengan partisipasi aktif dari semua pihak, keputusan dan kebijakan yang diambil dapat mencerminkan kepentingan dan kebutuhan semua orang.

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Prinsip ini mengacu pada pentingnya melibatkan semua pihak yang memiliki kepentingan dalam pariwisata, seperti pemilik bisnis, masyarakat lokal, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah. Dengan melibatkan semua pihak, dapat tercipta kerjasama yang baik dan keputusan yang lebih baik untuk keberlanjutan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal

Prinsip ini menekankan pentingnya masyarakat lokal memiliki peran yang aktif dalam pengelolaan pariwisata. Dengan memberikan kepemilikan lokal, masyarakat dapat merasakan manfaat ekonomi dan sosial dari pariwisata, serta memiliki kepentingan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan budaya lokal.

4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan

 Prinsip ini mengacu pada pentingnya menggunakan sumber daya alam dan budaya dengan bijaksana dalam pariwisata. Hal ini berarti menjaga agar penggunaan sumber daya tidak melebihi kapasitas yang dapat dipulihkan, sehingga dapat terjaga keberlanjutannya untuk generasi mendatang.

5. Mewadahi Tujuan-tujuan Masyarakat

 Prinsip ini menekankan pentingnya pariwisata berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan masyarakat lokal. Dalam pariwisata berkelanjutan, perlu mendengarkan dan memperhatikan keinginan dan kebutuhan masyarakat lokal, serta memastikan bahwa pariwisata memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi mereka.

6. Daya Dukung

Prinsip ini berkaitan dengan menjaga keseimbangan antara kegiatan pariwisata dengan kapasitas daya dukung suatu destinasi. Artinya, pariwisata harus dilakukan dengan memperhatikan batas-batas ekologis, sosial, dan budaya yang ada. Dengan mempertimbangkan daya dukung, dapat dihindari dampak negatif yang berlebihan pada lingkungan dan masyarakat setempat.

7. Monitor dan Evaluasi

 Prinsip ini mengacu pada pentingnya melacak dan mengevaluasi dampak pariwisata terhadap lingkungan, masyarakat, dan budaya. Dengan memantau secara teratur, kita dapat mengidentifikasi masalah dan peluang untuk meningkatkan keberlanjutan pariwisata. Evaluasi ini membantu kita mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan yang baik.

8. Akuntabilitas

Prinsip ini menekankan pentingnya bertanggung jawab dalam menjalankan pariwisata berkelanjutan. Para pelaku pariwisata harus memastikan bahwa mereka bertindak secara etis dan mematuhi aturan dan peraturan yang berlaku. Akuntabilitas juga melibatkan transparansi dalam melibatkan masyarakat lokal dan memberikan informasi yang jelas tentang dampak pariwisata.

9. Pelatihan serta promosi

 Prinsip ini berfokus pada pengembangan keterampilan dan pengetahuan para pelaku pariwisata dalam menjalankan praktik-praktik berkelanjutan. Pelatihan yang baik dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya pariwisata berkelanjutan. Selain itu, promosi yang efektif juga penting untuk mengedukasi wisatawan tentang praktik pariwisata berkelanjutan dan mendorong mereka untuk berpartisipasi. 

B. Strategi Pariwisata Berkelanjutan

Strategi pengembangan pariwisata merupakan upaya untuk mendongkrak potensi pariwisata di suatu daerah. Hal ini mungkin melibatkan perbaikan infrastruktur non-fisik dan fisik yang sudah ada dengan tujuan akhir meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal di sekitar daerah tujuan wisata.

Menurut A. Yoeti, analisis sumber daya dan lingkungan dilakukan sebagai bagian dari proses perencanaan strategis suatu destinasi wisata. Menemukan organisasi atau lembaga yang bertugas mengembangkan pariwisata di kawasan sasaran wisata beserta kelebihan dan kekurangannya menjadi satu-satunya tujuan penyelidikan ini.

Adapun hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan daerah wisata, dengan kata lain pengembangan yang dilakukan tidak bisa hanya sembarangan saja harus ada target dan tujuan yang dicapai, sehingga apa yang diharapkan dari pengembangan daerah tujuan wisata tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan. Adapun syarat yang harus dipenuhi agar daerah tujuan wisata tersebut benar-benar menjadi daerah wisata yang baik yaitu:

a. Daerah tersebut memiliki daya tarik yang lain atau berciri khas, baik itu obyek wisatanya ataupun atraksi yang ditampilkan.

Dalam mengembangkan potensi pariwisata di suatu daerah harus bertumpu pada apa yang dicari oleh wisatawan. Modal atraksi yang dapat menarik kedatangan wisatawan yaitu:

  •  Natural resources (alami)
  •  Atraksi wisata budaya
  •  Atraksi buatan manusia

b. Adanya fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti permainan rekreasi yang dapat membuat wisatawan lebih betah.

Segala macam fasilitas sarana dan prasarana sangat diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah wisata, seperti penginapan, rumah makan, transportasi, mushola, dll. Fasilitas-fasilitas di daerah wisata secara khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan ke destinasi pariwisata.

c. Tersedianya tempat berbelanja baik itu cinderamata, tempat jual makanan khas dan lain sebagainya.

Cinderamata merupakan salah satu kekuatan utama pariwisata yang selalu dicari wisatawan. Perbelanjaan wisatawan saat berwisata berbeda

dengan perbelanjaan mereka saat berada di daerah asal. Wisatawan cenderung tidak memperhatikan harga melainkan lebih mementingkan dan keunikan produk.

d. Terdapat fasilitas-fasilitas umum yang vital seperti toilet, tempat parkir, tempat makan dan sebagainya sehingga mempermudah pengunjung, bukan itu saja tetapi bisa juga dilengkapi dengan ATM dan jalan yang memadai untuk pengunjung.

Dengan adanya fasilitas-fasilitas umum tersebut dapat menarik minat wisatawan begitu juga dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung. Sarana dan prasarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan sehingga mereka dapat menikmati perjalanan wisatanya.

Pendekatan pariwisata

Secara ideal keberlanjutan pembangunan membutuhkan pendekatan pencapaian terhadap keberlanjutan ataupun kesinambungan berbagai aspek kehidupan yang mencakup; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik, serta keberlanjutan pertahanan dan keamanan.

1. Keberlanjutan Ekologis

Pendekatan ini berfokus pada pelestarian dan pengelolaan lingkungan alam serta ekosistem yang ada di destinasi pariwisata. Tujuannya adalah untuk meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan, seperti kerusakan ekosistem, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Dalam pendekatan ini, penting untuk menerapkan praktik pariwisata yang ramah lingkungan, seperti pengelolaan limbah, penggunaan energi terbarukan, dan pendidikan lingkungan kepada wisatawan.

2. Keberlanjutan Ekonomi

 Pendekatan ini berkaitan dengan manfaat ekonomi yang dihasilkan dari pariwisata. Tujuannya adalah untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di destinasi pariwisata. Dalam pendekatan ini, penting untuk mengembangkan produk dan layanan wisata yang bernilai tambah, mempromosikan keterlibatan pelaku lokal, dan memastikan adanya distribusi manfaat yang adil.

3. Keberlanjutan Sosial Budaya

Pendekatan ini berfokus pada pelestarian dan penghormatan terhadap warisan budaya dan identitas masyarakat lokal di destinasi pariwisata. Tujuannya adalah untuk melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan, mempromosikan toleransi dan penghargaan terhadap keanekaragaman budaya, serta mencegah terjadinya efek negatif seperti komersialisasi yang berlebihan atau hilangnya keaslian budaya lokal.

 4. Keberlanjutan Politik

Pendekatan ini mencakup kebijakan dan regulasi yang mendukung pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Tujuannya adalah menciptakan kerangka kerja yang memfasilitasi pertumbuhan pariwisata sambil mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kerjasama antara pemerintah, sektor pariwisata, dan masyarakat lokal sangat penting dalam mengembangkan kebijakan yang mengutamakan keberlanjutan. Dengan menerapkan tata kelola dan regulasi yang efektif, kita dapat memastikan bahwa pariwisata memberikan manfaat baik bagi masyarakat lokal maupun destinasi secara keseluruhan.

5. Keberlanjutan Pertahanan dan Keamanan

Pendekatan ini berfokus pada memastikan keamanan dan keselamatan wisatawan dan masyarakat lokal di destinasi pariwisata. Ini melibatkan langkah-langkah untuk mencegah dan merespons potensi risiko dan ancaman, seperti bencana alam, keadaan darurat kesehatan.

Konsep pariwisata

Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan lahir dari konsep pembangunan berkelanjutan yang telah berkembang lebih dulu. Tahun 1987, Komisi Sedunia tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (World Commision on Environment and Development) menyatakan bahwa lingkungan dan pembangunan masa kini yang terjadi tidak berkelanjutan, sehingga diperlukan tindakan-tindakan baru yang menjamin keberlanjutan dunia untuk masa mendatang. WCED mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai upaya pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka (Sutiarso, 2018).

Merujuk pada konsep pembangunan berkelanjutan, maka konsep pariwisata berkelanjutan yang digagas UNWTO mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan wisatawan saat ini dan masa yang akan datang (Fennel dalam Yoga Pratama, 2019). Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial (termasuk budaya) terhadap masyarakat (Haryanto, 2014). Selain itu, menurut (Mowforth dan Munt dalam Waimbo, 2012) konsep sustainable development meliputi tiga komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, diantaranya:

1. Ecologycal Sustainability

 Komponen ini berkaitan dengan pelestarian dan pengelolaan lingkungan alam dan ekosistem di destinasi pariwisata. Tujuannya adalah untuk meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan, seperti degradasi ekosistem, polusi, dan kehilangan keanekaragaman hayati. Keberlanjutan ekologi melibatkan praktik pariwisata ramah lingkungan, seperti pengelolaan limbah, penggunaan energi terbarukan, dan pelestarian sumber daya alam. Dengan menjaga keberlanjutan ekologi, kita dapat menjaga keindahan alam dan ekosistem yang merupakan daya tarik utama destinasi pariwisata.

2. Social Adaptability

 Komponen ini melibatkan keterlibatan dan partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pariwisata memberikan manfaat sosial yang adil dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Adaptabilitas sosial melibatkan pemberdayaan masyarakat lokal, pemenuhan kebutuhan dasar, dan pemberian kesempatan ekonomi. Selain itu, komponen ini juga mencakup pemeliharaan identitas budaya dan tradisi lokal serta penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat. Dengan memperhatikan adaptabilitas sosial, pariwisata dapat menjadi alat untuk meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial.

3. Cultural Sustainability

 Komponen ini melibatkan pelestarian, penghargaan, dan promosi warisan budaya dan identitas lokal di destinasi pariwisata. Ini mencakup pelestarian bangunan bersejarah, seni tradisional, tarian, musik, dan praktik budaya lainnya. Keberlanjutan budaya penting untuk menjaga identitas suatu tempat, mencegah hilangnya pengetahuan dan tradisi budaya yang berharga, serta melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun