Mobilitas atau pergerakan penduduk dari pedesaan ke wilayah yang lebih bercirikan perkotaan merupakan suatu kegiatan yang menciptakan urbanisasi. Mobilitas penduduk juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Terdapat faktor yang menyebabkan terjadinya urbanisasi yang meliputi faktor penarik dan pendorong. Faktor penarik merupakan kondisi yang menyebabkan seseorang tertarik untuk pindah ke kawasan perkotaan karena terdapat daya tarik yang ditawarkan. Faktor penarik terdiri atas fasilitas kesehatan yang memadai, standar hidup yang tinggi, standar pendidikan yang tinggi, fasilitas rekreasi, kesempatan kerja, keamanan kehidupan dan properti yang lebih baik serta lingkungan sosial yang lebih baik. Sedangkan faktor pendorong merupakan faktor yang menyebab seseorang pindah ke kawasan perkotaan karena kondisi pedesaan yang sudah tidak mendukung. Faktor pendorong meliputi kemiskinan, standar hidup yang rendah, keamanan hidup yang rendah, minim fasilitas transportasi dan komunikasi, kurangnya lapangan pekerjaan, minim fasilitas kesehatan, kualitas pendidikan yang rendah.
Dampak-dampak Adanya Urbanisasi
Dampak positifnya antara lain dengan urbanisasi maka akan meningkatkan pendapatan migran, namun hal ini hanya akan terjadi pada migran yang benar- benar mempunyai kemampuan sehingga dapat sukses hidup di kota. Selain itu juga akan terjadi transformasi gaya hidup perkotaan oleh orang-orang desa sehingga orang-orang desa tidak lagi identik sebagai orang udik yang gaptek dan ketinggalan jaman. Tetapi urbanisasi juga memiliki dampak negatif yang secara tidak langsung dapat berpengaruh pada kota tujuan, yaitu timbulnya slum area. Slum area, atau biasa disebut permukiman kumuh, merujuk pada daerah perkotaan yang didominasi oleh pemukiman yang tidak layak huni dan kondisi lingkungan yang buruk. Selain itu dampak yang berpengaruh pada daerah yang ditinggalkan adalah desa akan kekurangan tenaga kerja yang produktif karena sebagian besar penduduk yang berurbanisasi adalah kaum mudanya, pembangunan desa terhambat, produktivitas pertanian menurun, sulit mencari tenaga kerja yang terdidik. Namun, dampak negatif globalisasi tidak merata dan dapat bervariasi di berbagai negara dan kelompok masyarakat.
Urbanisasi dalam Perspektif Teori Materialistik
Teori materialistik menempatkan penekanan pada faktor-faktor materi dan ekonomi dalam menjelaskan urbanisasi dan perubahan sosial yang terkait. Dalam konteks teori materialistik, urbanisasi dipandang sebagai bagian dari proses reproduksi sosial kapitalis. Pertumbuhan kota-kota dan migrasi penduduk ke perkotaan dihubungkan dengan perkembangan industri, sektor jasa, dan pasar yang menghasilkan lapangan kerja yang lebih beragam dan peluang ekonomi yang lebih besar. Teori materialistik juga menyoroti peran kelas sosial dan ketimpangan ekonomi dalam urbanisasi. Urbanisasi sering kali menghasilkan pembentukan kelas pekerja, termasuk pekerja pabrik, buruh, dan pekerja di sektor jasa. Di sisi lain, urbanisasi juga menyebabkan polarisasi sosial dan ketimpangan ekonomi. Kelas pekerja sering menghadapi kondisi kerja yang sulit, eksploitasi, dan rendahnya upah, sementara kelas atas dan pemilik modal memperoleh keuntungan yang lebih besar. Teori materialistik juga menganggap bahwa urbanisasi dapat memicu konflik sosial. Ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sosial yang terkait dengan urbanisasi dapat menyebabkan ketegangan antara kelas sosial, terutama antara kaum pekerja dan pemilik modal. Pertempuran buruh, perjuangan hak-hak pekerja, dan konflik mengenai akses terhadap sumber daya dan layanan menjadi fenomena yang sering terkait dengan urbanisasi dalam perspektif teori materialistik.
Saran Kebijakan yang Dapat Dilakukan Pemerintah dalam Menangani Urbanisasi di Kawasan Kota
Pemerintah sebaiknya membantu masyarakat yang ingin melakukan perpindahan dari desa ke kota dengan cara seperti: mempermudah akses transportasi, mempersiapkan keterampilan para penduduk desa, dan membantu memberdayakan para penduduk desa ketika sudah berada di perkotaan. Masyarakat sendiri diharapkan lebih sadar akan kemampuannya terlebih dahulu, memastikan kebutuhan pokok (sandang, pangan, dan papan) terpenuhi ketika mereka berada di perkotaan, sehingga ketika mereka melakukan perpindahan tidak menjadi beban bagi daerah perkotaan. Meningkatnya indeks pembangunan manusia adalah cerminan membaiknya kualitas sumber daya manusia. Pemerintah sebaiknya meningkatkan indeks pembangunan manusia dengan menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak mungkin. Jika indeks pembangunan manusia yang tinggi tanpa adanya peningkatan lapangan pekerjaan maka tidak ada tempat untuk masyarakat keluar dari kemiskinan. Seperti halnya dengan indeks pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh secara nyata terhadap penurunan tingkat kemiskinan. Pemerintah sebaiknya meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara merata, salah satu yang dapat dilakukan adalah mempermudah munculnya industri besar, sedang, kecil, dan mikro baik di daerah perkotaan, dan pedesaan. Sehingga semakin banyak lapangan pekerjaan yang terbuka, maka tingkat pengangguran akan berkurang, pendapatan seseorang dapat ditingkatkan, dan kondisi ekonomi mereka juga akan ikut meningkat.
KESIMPULAN
Urbanisasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan masyarakat desa dengan tujuan ke kota untuk mencari kerja dan meningkatkan taraf hidup mereka. Urbanisasi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial suatu masyarakat, sehingga pemerintah pun berperan untuk mengatasi gejolak urbanisasi ini. Karena dari segi sosiologi urbanisasi di dapat menimbulkan lapisan- lapisan sosial masyarakat dan juga masalah sosial masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, I. (2021) Urbanisasi dan Dampak Sosial di Kota Besar Indonesia. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 7(2), 212-221. [Internet]. [Diakses pada 25 Juni 2023]. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIIS/article/download/40517/20163