Mohon tunggu...
Jennifer Yohanna Hutauruk
Jennifer Yohanna Hutauruk Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

cuma siswa biasa yang butuh nilai

Selanjutnya

Tutup

Film

Resensi Film "?" (Tanda Tanya)

14 Maret 2022   00:17 Diperbarui: 17 Maret 2022   07:15 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film yang berjudul unik ini menceritakan tentang kisah tiga keluarga yang masing-masing memiliki agama yang berbeda, yaitu Islam, Katolik, dan Buddha. Dari awal, film ini sudah menyuguhi masalah. Film ini diawali oleh adegan penusukan seorang pastor yang menuai banyak kontroversi dari masyarakat. Lalu, dilanjutkan oleh kisah perjalanan ketiga keluarga tersebut dalam menghadapi perbedaan agama yang ada di masyarakat. Bagaimana kisah mereka masing-masing?

Pak Tan adalah seorang penganut agama Buddha yang memiliki restoran Tionghoa bernama “Canton Chinese Food”. Pak Tan sangat menghargai dan menghormati agama lain. Hal ini bisa dilihat dari salah satu tindakannya, yaitu Pak Tan memisahkan peralatan masak untuk memasak babi dan ayam agar pengunjung yang beragama Islam dapat makan dengan nyaman. Namun, sikap ini sangat berbeda dengan anaknya, yaitu Hendra (Ping Hen). Ping Hen memiliki kebiasaan suka mabuk-mabukan dan tidak menghargai orang yang beragama berbeda.

Di sisi lain, ada juga Rika, seorang janda yang berpindah agama. Dulunya, Rika merupakan seorang muslim. Namun, Rika sekarang berpindah menjadi pemeluk agama Katolik. Keputusannya ini tidak diterima oleh keluarganya. Terlebih lagi, Rika harus menanggung pandangan negatif dari masyarakat terhadapnya akibat keputusannya tersebut.

Adapun Surya, yaitu seseorang yang sudah menjadi aktor selama 10 tahun. Namun, selama itu, Surya hanya menjadi pemeran figuran. Untungnya, Rika menawarkan Surya untuk bermain pentas drama di gereja. Di pentas tersebut, Surya bisa menjadi pemeran utama. Walaupun begitu, Surya ragu untuk mengambil tawaran tersebut karena Surya beragama Islam.

Kehidupan Soleh dan Menuk juga menjadi salah satu fokus dalam film. Permasalahan pasangan suami-istri ini dimulai ketika Soleh meminta cerai kepada Menuk karena dirinya merasa bahwa Ia payah menjadi suami, ayah, dan kakak bagi keluarganya. Keputusannya ini diperkuat oleh fakta bahwa Soleh tidak memiliki pekerjaan. Namun, beberapa hari kemudian, Soleh mendapat pekerjaan menjadi Banser NU (Nahdlatul Ulama). Karena hal ini, mereka tidak jadi bercerai.

Suatu saat, Pak Tan jatuh sakit dan kepengurusan restoran harus dialihkan ke Ping Hen. Selama itu, Ping Hen bertindak seenaknya. Ia memotong cuti para pegawai restoran selama lebaran. Padahal, ada pegawai muslim yang membutuhkan cuti tersebut untuk merayakan hari rayanya. Tindakan Ping Hen memicu kemarahan warga hingga warga berbondong-bondong ke restoran untuk menghancurkan restoran tersebut.

Kejadian ini berdampak pada karakter-karakter yang diceritakan. Menuk menjadi marah kepada Soleh karena Soleh ikut dalam kerusuhan tersebut. Pak Tan menjadi tidak bernafas akibat serangan itu. Ping Hen menjadi sadar dan menyesali tindakannya.

Bagi saya, kejadian akhir merupakan kejadian yang berkesan. Kejadian akhir menceritakan tentang pentas drama mengenai kelahiran Yesus. Surya menjadi pemeran utamanya. Restoran Pak Tan berkontribusi dalam hal konsumsi. Sebagai anggota Banser, Soleh bertugas menjaga gereja.

Awalnya, pentas drama itu berjalan dengan lancar. Namun, masalah mulai muncul saat Soleh menginjakkan kaki ke dalam gereja tersebut. Dalam gereja tersebut, Soleh menemukan bom. Dengan perasaan takut dan kaget, Soleh memberanikan diri untuk membawa kabur bom tersebut. Akhirnya, gereja selamat karena tindakan heroik Soleh yang rela terbom.

Film ini memiliki sejumlah kelebihan. Pesan moral yang ingin disampaikan dikemas dengan baik. Saya, sebagai penonton, dapat memahami bahwa sebagai warga Indonesia yang hidup bermasyarakat yang memiliki keberagaman, terutama agama dan ras, saya harus hidup rukun dengan penganut agama lain. Perbedaan bukanlah penghalang untuk hidup damai dalam bermasyarakat.

Terlebih lagi, di akhir film, terpampang kata-kata yang berasal dari tiga agama, yaitu Islam, Katolik, dan Buddha. Kata-kata ini dikutip dari Al-Quran, Alkitab, dan Buddhist. Adanya kata-kata ini di akhir film mempertegas pesan moral yang ingin disampaikan. Ketiga kata-kata tersebut memiliki kesimpulan yang sama, yaitu sebagai sesama, kita harus menghargai, mengasihi, dan menghormati semua manusia tanpa memandang agama, ras, dan perbedaan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun