Mohon tunggu...
Jentar Samosir
Jentar Samosir Mohon Tunggu... Human Resources - Propesional Literasi sekolah

Solusi pemecahan masalah jika kita rajin membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makna Membangun Budaya Literasi

2 Maret 2021   19:50 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:22 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontek budaya literasi secara luas tidak hanya diartikan hanya membaca dan menulis saja, akan tetatapi segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan pembiasaan untuk gemar membaca dan memberikan pemahaman peserta dan dilaksankan dengan suasana yang menyenangkan tanpa tekanan sehingga menumbuhkan mainset bahwa membaca dan menulis dalam konteks literasi  tidak membosankan.

Budaya literasi  dilaksankan agar peserta didik senantiasa ingin berkunjung perpustakaan ataupun sudut baca yang sudah tersedia disekolah.Oleh karena itu diperlukan sarana sebgai aktivitas belajar di   perpustakaan, sudut baca termasuk juga mini library yang sudah diakses setiap saat tersedia waktu luas.Agar lebih efektif dapat juga dibuatkan jadwal kunjungan wajib yang akan mendorong peserta didik  terbiasa membaca dan menulis

Keberadaan perpustakaan atau sudut baca yang refressentif harus nyaman, sejuk bersih,indah, buku-buku yang up-tudate, tersusun rafi, serta memiliki fasilitas kelengkapan pendukung yang memadai, seperti tersedianya wifi,atau host sport area.Faktor-faktor tersebut yang akan mendukung budaya literasi dapat tumbuh dan berkembang.

Dalam Upaya menumbuhkan  budaya literasi,Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan kebudayaan meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS ).Gerakan ini bertujuan agar para didik memimiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.

Kemampuan berilterasi anak didik memiliki keterkaitan erat dengan tuntutan keterampilan membaca, yang berujung pada kemempuan memahami informasi secara analisis, kritik dan reflektif.Literasi lebih sekedar membaca dan menulis tetapi mencakup ketrampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual digital dan auditori

Berdasrkan hasil survey Uniesco ( dalam talkshow Mata Najiwa) pada tahun 2016 menggambarkan rendahnya minat baca hanya 0,001 % atau diartikan 1000 orang Indonesia hanya satu orang yang memiliki minat baca.keadaan seperti itulah yang menempatkan Indonesia urutan terendah kedua atau urutan 60 dari 61 negara yang disurve.Lebih  memperhatikan lagi bila dibandingkan lagi  dengan data SCM, tentang jumlah buku yang dibaca peserta didik.Dari 13 Negara termasuk Indonesia, ( Ozy Novesa 2016 ) disebutkan di Amerika Serikat jumlah buku yang wajib dibaca siswa SMA sebanyak 32 buku, belanda  30 buku,Prancics 30 buku,jepang 22 buku, burunai tujuh buku dan Indonesia buku yang dibaca masih dibaca, 0,1 % dikatogorikan masih rendah. Menurut Purwanto ( 2007 ), bahwa rendah minat baca salah meyebabkan adalah karna tradisi kelisanan yang mengakar dimasyrakat Indonesia tempo dulu lebih tradisi baca tulis ( literasi ), selain sistem dikelolah juga kurang memberikan peluang bagi tradisi literasi kepada peserta didik.

Maka dengan itu Gerakan literasi sekolah ( GLS ) yang digagas oleh pemerintah melalui Peraturan Kementrian pendidikan dan Kebudayaan No 23 Tahun 2015, merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh.Untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran,yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.Bahwa kemampuan literasi sangat penting dalam rangka menumbuhkan minat baca yang komprenhensif guna mengembangakan ilmu pengetahuan dan pembelajaran.Oleh karena itu diperlukan strategi untuk membangun budaya  lietrasi disekolah yang kreatif, efektif dan menyenangkan. dan mengembangkan strategi untuk menciptakan budaya literasi yang posif kegiatan literasi disekolah dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu tahapan tersebut, pembiasaan,pengembangan dan pembelajaran.

Membangun Literasi

Sebagaimna kita ketahui ,proses belajar itu sebagaian besar adalah melalui membaca.Ilmu pengetahuan yang berkembang secara cepat itu tidak mungkin lagi dikuasai melalui proses mendengar atau transisi dari seorang guru, misalnya,tetapi harus lewat membaca.Hampir 80-90 persen pengetahuan berasal dari membaca,membaca adalah proses memberikan arti kepada dunia.Dengan demikian, masyrakat yang gemar membaca akan melahirkan generasi yang belajar ( learning cociety ). Makin gemar membaca maka makin kita memperoleh kaki yang kokoh dan kuat.Makin kita membaca makin hidup kita  agar hidup lebih bermakna.Karna hanya membaca diri kita bisa berubah.

        Berubah untuk mengenal potensi diri merupakan modal untuk menebar manfaat kepada sesama, akan menganugrahkan puncak dari segala hal terpuji bagi semua hambanya yang mau membaca.Terpuji di hadapan allah, mulia dihadapan manusia ,karena banyak ilmunya.Sayangnya, minat baca digeri ini masih sangat rendah.Menurut indeks  minat baca yang dikeluarkan UNESCO pada tahun 2012

Dalam proses budaya literasi, yaitu kemampuan membaca dan menulis,  untuk melakukan kebisaan berpikir yang diikuti proses membaca,menulis, pada akhirnya apa yang dilakukan dalam proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya, jadi prinsipnya budaya liteasi itu yang paling efektif harus mulai dari sejak anak berusia dini.Oleh karena itu gerakan literasi sekolah yang dicanangkan kemendikbud, salah satu gerakan 15 menit membaca sebelumKBM, harus mendapat apresiasi dan dukungan dari kita semua.Dan program ini akan efektif bila diteruskan dan dikembangkan masing-masing keluarga, untuk itu membangun budaya literasi.Diperlukan Perpustakaan keluarga menjadi penting sebagai kelengkapan refensi bahan pustaka, untuk itu alokasikan secara rutin anggaran untuk membeli buku, selanjutnya buku-buku yang di  baca anak-anak kita  aksi yang dilakukan sejauh mana pemahaman buku yang dibaca untuk bisa diceritakan kembali , hal ini bertujuan  untuk membangun budaya literasi dimulai dari budaya membaca kemudian diterusukan dengan budaya menulis.Ketika budaya membaca sudah terbangun dengan baik maka akan menjadi gampang  membangun budaya menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun