Mohon tunggu...
Jennisa Eklesia
Jennisa Eklesia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya suka membuat artikel artikel dan membaca beberapa berita yang menurut saya menarik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Orang Indonesia Lebih Suka Mendengarkan dari Pada Membaca

29 Mei 2024   20:03 Diperbarui: 29 Mei 2024   20:09 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

SURABAYA -- Melansir Worldmeter data baru PBB 1 , saat ini populasi Indonesia sebanyak
279.586.034 jiwa (29/5/2024). Jumlah penduduk Indonesia setara dengan 3,45% total
penduduk dunia. Tetapi sangat disayangkan dari sekian banyak penduduk yang ada di
Indonesia, minat literasi penduduk Indonesia sangatlah rendah.

Tidak hanya itu, berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student
Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) pada 2019. Indonesia menempati rangking 62 dari 70 negara terbawah yang
memiliki tingkat literasi yang rendah, atau berada pada 10 negara terbawah dengan tingkat
literasi rendah.

Ironisnya United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) juga
menyebutkan minat baca orang Indonesia masih rendah. UNESCO menyebut Indeks minat
baca masyarakat Indonesia hanya diangka 0.001% atau dari 1,000 orang Indonesia hanya 1
orang saja yang rajin membaca buku.

Mengapa minat literasi penduduk Indonesia sangatlah minim dibandingkan negara Asia
Timur seperti Korea, Jepang, China, yang memiliki rata-rata memiliki 20-30 buku baru per- tahun, sementara Indonesia ssendiri hanya berkisar 0-1 buku baru per-tahunnya.
Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf, ikut angkat suara untuk menanggapi data tersebut.
"Angka ini menjadi penting di dunia, karena parameter pendidikan di dunia salah satunya
literasi membaca. Di Indonesia ini angka literasi membaca memang tidak terlalu tinggi, tapi
angka menonton kita justru sangat tinggi. Jadi orang Indonesia lebih suka menonton
ketimbang membaca,".

Menurut Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf, terdapat tiga faktor yang membuat
tingkat membaca di Indonesia rendah. Di antaranya, 1)harga buku yang mahal, 2)akses
informasi yang sulit, 3)buku yang tidak berinovasi.

Fakta tersebut benar adanya dengan apa yang terjadi dikehidupan masyarakat Indonesia saat
ini. Walaupun pemerintah menyediakan dan memberikan penyuluhan edukasi mengenai
penerapan budaya membaca, tetapi hubungan antar keluarga, masyarakat dan lingkungan
sekitar yang tidak mendukung untuk meningkatkan literas, dapat mempengaruhi masyarakat memiliki tingkat literasi yang   rendah. 

"Orang kita itu lebih suka mendengarkan dari pada membaca, makanya ada polisi tidur,
karena dikasih rambu-rambu kurangi kecepatan itu gak dibaca", ujar Dr. Listiyono Santoso,
S.S., M.Hum selaku Dosen Filsafat Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga.

Jika dipikir kembali, begitu banyak polisi tidur yang berada di Indonesia. Hal ini tidak
terlepas dari kurangnya literasi masyarakat Indonesia. Tidak dipungkiri mendengarkan dan
menonton mudah untuk diakses, serta gambar yang memanjakan mata melalui efek-efek
visual modern, sama halnya dengan kekuatan mendengar membuat seseorang lebih fokus ke
suatu tujuan atau objek yang dibahas.

Selain itu rasa malas utuk membaca selalu menyergap kepada setiap orang, karena membaca
sendiri membutuhkan fokus yang lebih banyak, mata yang mudah merasa lelah ketika melihat
tulisan-tulisan, dan tidak terbiasa untuk membaca.

Jika hal ini dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan rendahnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di suatu negara.
Minat baca merupakan salah satu indikator utama dalam penilaian IPM, terutama dalam
bidang kualitas pendidikan.

Dikutip dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Republik Indonesia (Kemenko PMK), bahwasannya sumber daya manusia (SDM) yang
mumpuni sangat dibutuhkan jelang Indonesia Emas tahun 2045. Tiga aspek yang
dipersiapkan untuk SDM mumpuni yaitu literasi dasar, karakter, dan kompetensi.

Pimpinan DPR RI Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) dalam dpr.go.id,
mengatakan "Rendahnya minat baca juga akan menyebabkan kemampuan inovasi kita rendah.
Padahal, inovasi adalah kunci kemajuan bangsa. Bahkan, demokrasi hanya akan berkembang
di suatu masyarakat yang warganya adalah pembaca."

Jika kita bayangkan literasi saat ini yang begitu rendah, lalu bagaimana nasib Indonesia saat
Golden Time.

Lalu apa saja faktor yang menyebabkan minimnya tingkat literasi di Indonesia, yakni ;
* Tidak menanamkan kebiasaan untuk membaca sejak dini
* Akses fasilits yang belum merata hingga beberapa penduduk tidak mendapatkan akses
untuk membaca buku
* Masih kurangnya produksi buku yang menarik minta pembaca di Indonesia
* Terbatasnya buku yang tersedia di perpustakaan online

SURABAYA---Bahasa Kementeri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem
Anwar Makarim mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus meningkatkan literasi
berbahasa, baik itu bahasa daerahnya maupun bahasa Indonesia. Hal itu ia sampaikan saat
memberikan sambutan dalam acara Puncak Bahasa dan Sastra 2020 secara daring pada
(28/10/2020).

"Kepada para guru dan siswa tanamlah kecintaan terhadap bahasa karena tanpa kecintaan itu
akan sulit meningkatkan kemampuan literasi. Kemampuan itulah yang menjadi salah satu
kunci menciptakan SDM unggul dan pembelajar sepanjang hayat, berkompetensi global, dan
berperilaku sesuai dengan norma-norma Pancasila,"ungkap Nadiem.

Beliau juga menambahkan bahwa keberadaan bahasa Indonesia telah menjadi anugerah bagi
bangsa kita. Sebab, persatuan dan kesatuan kita salah satunya dirajut oleh bahasa Indonesia.
Tidak hanya bahasa Indonesia yang mengukuhkan bangsa, tetapi juga berbagai bahasa daerah.
Kebijakan pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia diarahkan untuk tetap merawat
kebinekaan masyarakat kita. Saat ini, Kemendikbud melalui Badan Bahasa telah berhasil memetakan 718 bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Indonesia.

"Semoga pendokumentasian bahasa dan sastra daerah yang menjadikan kita bangsa yang
bineka menjadi semakin sempurna,"tuturnya. (an)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun